Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri, kutipan dari presiden pertama Indonesia ini memang sangat tepat. Sejarah akan memberitahu siapa jati diri kita dan melalui sejarah pula bangsa ini bisa belajar menghargai betapa besarnya jasa para pahlawan dalam merebut kemerdekaan.
Baca Juga :Kisah Cinta Soekarno dan 9 Istrinya
Indonesia memiliki sejarah yang panjang namun minim sekali dokumentasi yang dimiliki sehingga banyak memori sejarah yang terlupakan. Mirisnya lagi Belanda, negara yang pernah menjajah negeri ini selama berabad-abad malah memiliki arsip lengkap tentang Indonesia. Mereka memiliki foto-foto Indonesia tempo dulu dan salah satunya adalah foto-foto kota Surabaya. Diterbitkan oleh KITLV, sebuah media perpustakaan digital Belanda, inilah foto-foto kota Surabaya tempo dulu yang bikin kamu masuk dalam lorong waktu.
Masih ingat dengan lagu daerah Jawa Timur berjudul “Rek Ayo Rek”? Lagu itu menceritakan sebuah daerah di Surabaya yaitu Tunjungan. Nah bisa dibayangkan jika kawasan Tunjungan itu memang sudah terkenal sejak zaman dahulu bahkan jauh sebelum lagu ini ada. Pengen tahu buktinya, lihat foto Tanjungan di bawah ini.
Kawasan di sepanjang jalan Tunjungan memang terkenal sebagai salah satu pusat keramaian di Surabaya. Di salah satu sisinya terdapat Tunjungan Plaza yang menjadi landmark belanja kota pahlawan ini. Foto yang ditempilkan tersebut diambil tahun 1930-an, bahkan pada saat itu kawasan ini sudah sangat ramai. Foto tersebut diambil di pertigaan antara Jalan Tunjungan dengan Jalan Embong Malang.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya di mana letak dari Oranje Hotel ini. Sebab jika googling di internet dengan kata kunci Oranje Hotel yang keluar malah Hotel Majapahit. Itu tidak salah, sebab hotel mewah yang ada di Jalan Tunjungan ini memang memiliki sejarah panjang dengan juga berkali-kali ganti nama mulai dari LMS, Oranje Hotel, Hotel Yamato dan juga Hotel Hoteru hingga akhirnya Hotel Majapahit seperti sekarang.
Oranje Hotel ini terkenal dengan kisahnya dimana saat hotel ini bernama Hotel Yamato terjadi insiden perobekan warna biru bendera Belanda di hotel tersebut oleh para pejuang Indonesia. Oranje Hotel dibangun tahun 1910 dan direnovasi tahun 1936. Pembukaan hotel dengan tampilan baru setelah renovasi turut dihadiri oleh bintang Hollywood Charlie Chaplin dan Paulette Goddard. Dalam foto tersebut nampak Oranje Hotel yang diambil tahun 1920.
Hari ini jika ingin telepon keluarga atau kerabat tinggal cari di kontaknya di memori hape dan langsung melakukan panggilan. Begitu mudahnya akses telekomunikasi saat ini, bayangkan jika Anda hidup di tahun 1900-an, untuk telepon saja Anda haru melalui operator dulu sebelum disambungkan ke nomor tujuan. Seperti foto di bawah ini contohnya.
Foto tersebut di ambil di Surabaya tahun 1918. Sekedar informasi dahulu saat telepon baru masuk Surabaya, orang yang menggunakan telepon harus melewati operator dulu baru kemudian disambungkan dengan nomor yang dituju. Untuk mengakomodir hal tersebut maka diperlukan operator telepon yang berjaga. Orang-orang dalam foto tersebut adalah operator telepon yang memiliki sebutan cukup menggelitik yaitu PENTIL KECAKOT singkatan dari Penjaga Tilpun Kecamatan Kota.
Siapa yang tak kenal dengan salah satu monumen bersejarah kota Surabaya ini. Adalah Jembatan Merah yang sudah ada sejak zaman VOC hingga kini bentuknya tetap terjaga seperti dahulu hanya ada sedikit perubahan pada pagar pembatasnya saja. Jembatan Merah ini juga sempat dijadikan judul lagu oleh seorang musisi terkenal Gesang. Zaman dahulu keberadaan jembatan ini dianggap sangat penting sebagai sarana menuju Gedung Karesidenan Surabaya melewati Kalimas.
Foto yang ditampilakan tersebut menggambarkan suasana di Jembatan Merah Surabaya sekitar tahun 1920-an. Dalam foto tersebut nampak pula tulisan yang menunjukkan letak gedung Algemeene atau sekarang terkenal dengan nama Gedung Singa yang ada di jalan Kalimas. Kalimas sendiri merupakan sebuah sungaipecahan dari Sungai Brantas yang mengalir ke arah timur laut dan bermuara di Surabaya. Dahulu sungai ini menjadi pusat niaga yang sangat ramai.
Kali Pegirian berada di Kelurahan Pegirian, Kecamatan Semampir. Ini merupakan sungai vital di Surabaya yang pertama sebelu kanal Kalimas dibuka. Kali Pegirian adalah salah satu anak sungai Kalimas yang membelah kota Surabaya dari utara ke selatan. Di sungai ini dulunya terdapat pelabuhan kuno Surabaya sekaligus menjadi perlintasan perahu dagang dari dan menuju pedalaman Jawa Timur.
Melihat kondisi Kali Pegirian saat ini sungguh bertolak belakang dengan kondisinya zaman dahulu. Dalam foto tersebut yang diambil tahun 1920 nampak sungai masih terawat dengan baik bahkan air sungainya dapat digunakan untuk mandi karena masih jernih dan belum tercemar. Buktinya dalam foto tersebut terdapat undak-undakan yaang digunakan untuk mencuci baju dan segala aktivitas warga lainnya.
Saat mendengar nama alun-alun Contong tak banyak orang yang tahu bahkan orang Surabaya sekalipun belum tentu tahu di mana letak daerah ini. Pasalnya nama Contong sudah sejak lama tidak digunakan lagi kini alun-alun ini dikenal dengan sebutan Baliwerti. Letaknya berada di dekat pertemuan antara Jalan Pahlawan dan Jalan Kramat Gantung, tak jauh dari Tugu Pahlawan.
Nama Contong diambil dari betuk alun-alun ini yang berbentuk kerucut. Tempat ini juga menjadi salah satu saksi bisu hebatnya peperangan pada masa revolusi kemerdekaan tahun 1945. Foto yang ditampilkan tersebut diambil tahun 1928 ketika keadaannya masih bagus dan belum rusak. Tugu putih yang ada di tengah alun-alun tersebut dibangun untuk mengenang seorang warga negara Jerman yang berjasa kepada Belanda.
Di sepanjang aliran Kalimas terdapat tiga pintu air yang salah satunya adalah pintu air Gubeng. Seperti diketahui Kalimas merupakan akses menuju daerah di Jawa Timur pedalaman pada zaman dahulu. Namun demikian saat musim hujan Kalimas sering meluber dan membanjiri kota Surabaya sehingga pemerintah Belanda memutuskan untuk membangun pintu air untuk menjinakkan arus Kalimas, salah satunya dibangunlah pintu air Gubeng ini.
Pintu Air Gubeng merupakan sytem canggih dari pengaturan lalu lintas air jaman dahulu. Namun sayang eksistensi pintu air ini tidak bertahan lama, sekarang sudah pada rusak karena kurang perawatan dan kepedulian pemerintah. Bayangkan saja jika ini terawat dengan baik pasti akan sangat keren untuk dijadikan tempat wisata air.
Anda tidak akan mengira jika Gedung Siola yang megah saat ini pernah hancur lebur seperti yang nampak dalam foto di bawah ini. Gedung Siola atau dahulu bernama White Laidlaw merupakan sebuah gedung bersejarah di Surabaya. Kini gedung megah yang ada di kawasan Tunjungan ini berubah menjadi pusat perbelanjaan di Surabaya.
Gedung Siola memiliki cerita sejarah yang sarat akan kisah heroik para pahlawan kemerdekaan. Pada saat itu gedung ini pernah digunakan sebagai salah satu pos perlawanan terhadap Sekutu yang datang dari utara. Pertempuran tersebut sangat sengit hingga membumi hanguskan gedung ini. Dalam foto nampak gedung Siola terbakar akibat bom yang dijatuhkan tentara Sekutu.
Itulah beberapa foto kota Surabaya tempo dulu yang akan membuatmu terseret mesin waktu menjelajahi kehidupan kota Surabaya zaman dahulu. Jadi saksi bisu perjuangan hingga jadi modern seperti sekarang.
Kasus baru, masalah lama. Begitulah kira-kira jargon yang cocok disematkan kepada Menteri Peranan Pemuda dan…
Selain susu dari sapi atau kambing, kamu mungkin sudah pernah mendengar susu dari almon atau…
Kamu pasti sudah nggak asing lagi dengan nama Labubu, atau Boneka Labubu. Jelas saja, karena…
Di dalam hutan lebat Papua, terdapat salah satu burung terbesar dan paling menakjubkan di dunia,…
Siapa yang tidak kenal Hikigaya Hachiman? Tokoh utama dari *OreGairu* ini dikenal dengan pandangan hidupnya…
Belakangan ramai perbincangan mengenai dugaan eksploitasi yang dialami mantan karyawan sebuah perusahaan animasi yang berbasis…