Seperti yang kita ketahui, warga Indonesia memiliki persebaran yang luar biasa. Tak hanya bisa ditemui di sini saja, orang-orang berdarah NKRI juga terdapat di tempat-tempat yang jauh di sana. Misalnya Madagaskar, Suriname, Pulau Natal, bahkan di Kaledonia Baru. Kenapa bisa ada orang-orang Indonesia di sana, penyebabnya ada banyak, mulai dari penjajahan sampai lantaran merantau.
Masih soal penduduk Indonesia yang tersebar di mana-mana, di Vietnam ternyata juga ada saudara sedarah kita. Ya, mereka ini adalah suku Jawa atau lebih detailnya Bawean yang menetap di sana. Sampai hari ini tidak diketahui dengan pasti bagaimana orang-orang Bawean ini bisa sampai ke negara tetangga. Namun yang pasti, mereka berada di sana sejak lama, bahkan sebelum Vietnam merdeka.
Uniknya, orang-orang Bawean yang ada di sini masih mengenal budaya asli mereka walaupun jumlahnya tidak banyak. Lebih jauh tentang orang Bawean yang ada di Vietnam, berikut beberapa fakta yang mungkin belum kamu tahu.
Sejauh informasi yang didapatkan baik dokumenter maupun media cetak, tidak ada kepastian sumber yang memberitahukan tentang kapan pertama kali suku Bawean datang ke Vietnam. Informasi tersebut hanya diperkirakan bahwa kedatangan Masyarakat Bawean ke Vietnam dimulai sejak masa kolonial zaman penjajahan Belanda. Masyarakat Bawean tidak hanya merantau ke wilayah Vietnam saja, tetapi juga Malaysia dan Singapura.
Menurut salah satu warga Bawean tertua di Vietnam, kedatangan masyarakat Bawean memiliki beberapa alasan. Salah satu tujuan mereka datang ke Vietnam adalah untuk bekerja pada pemerintahan Perancis yang memiliki kekuasaan di Vietnam. Alasan mereka tidak kembali pulang dikarenakan tidak memiliki dokumen kewarganegaraan yang sah atau terputusnya komunikasi keluarga dan sanak saudara di kepulauan Bawean yang ada di Jawa Timur.
Dari sejarah informasi yang ditemukan, Masjid Al Rahim dibangun oleh orang-orang Bawean pada saat Vietnam dijajah oleh pasukan Perancis. Saat itu, masyarakat Bawean yang disebut sebagai orang-orang Boyan membangun masjid tersebut dari kayu. Kini, sebagian besar masyarakat Bawean tinggal di sekitar Masjid Al Rahim, Ho Chi Minh City. Menurut keterangan dari Imam Haji Ally seorang pemimpin takmir masjid, Masjid Al Rahim sudah berdiri sejak tahun 1885.
Sebagian besar masyarakat Bawean di Vietnam tidak mengenal budaya asal mereka. Dari informasi yang ditemukan, sebanyak 400 keseluruhan masyarakat Bawean tidak dapat menguasai Bahasa Indonesia. Dalam kesehariannya, mereka hanya menggunakan Bahasa Vietnam. Hanya warga Bawean yang berusia lanjut usia saja yang masih lancar menggunakan Bahasa Melayu dalam berkomunikasi. Dari data hasil penelusuran dan wawancara, mereka bisa berbahasa Indonesia saat berada di sekolah saja karena mata pelajaran Bahasa Indonesia memang tercantum pada kurikulum pendidikan di Vietnam. Bahkan, sebagian masyarakat Bawean yang tinggal di Vietnam enggan pulang karena mereka menikah dengan etnis asli Vietnam, atau tidak mengetahui keberadaan kabar keluarga di Pulau Bawean itu sendiri.
Dari penjelasan salah satu warga Bawean di Vietnam, status kewarganegaraan mereka secara administrasi tertulis sebagai warga Vietnam. Untuk mengurus KTP, pada awalnya masyarakat Bawean mengalami kesulitan dalam hal administrasi. Warga Bawean pindah ke Vietnam sebelum status Vietnam merdeka. Hal inilah yang menimbulkan perdebatan karena status warga Bawean menjadi tidak jelas. Bahkan, Vietnam tidak menerima KTP warga Bawan yang dikeluarkan oleh pemerintah Perancis, karena status mereka tertulis sebagai warga Melayu. Kemudian, etnis Cham menawarkan warga Bawean menjadi bagian dari etnisnya karena merasa sama-sama muslim. Warga Bawean menolak karena mereka bukan etnis Cham. Karena Warga Bawean ini sudah sangat lama tinggal di Vietnam, akhirnya pemerintah Vietnam mengakui mereka dengan sebutan ‘Indonesia’ saja.
Fakta tentang orang Bawean di Vietnam ini makin menambah panjang daftar penyebaran orang-orang Indonesia di luar sana. Terlepas dari penyebab yang ada, hal ini jadi sesuatu yang tentu membanggakan. Ya, orang-orang Indonesia ternyata bisa diterima di mana pun. Masuk akal sih mengingat sejak dulu bangsa kita ini ramah terhadap siapa saja. Bahkan penjajah saja awalnya diterima dengan baik.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…