Sebagai bentuk bantuan sosial (bansos) dari pemerintah selama pandemi corona, program kartu prakerja justru menuai kritikan tajam dari berbagai pihak. Padahal, kartu prakerja diharapkan bisa menjadi salah upaya untuk meningkatkan kompetensi masyarakat di dunia kerja. Hal ini pun sempat jadi angin segar bagi mereka yang terkena PHK.
Sayang, keberadaan kartu prakerja justru dianggap tidak tepat sasaran. Terutama bagi mereka yang telah kehilangan pekerjaan sebagai imbas dari pandemi corona. Masalah rupanya belum berhenti sampai di sini. Banyak masyarakat yang mengeluh susah mendaftar hingga gagal dan mengulang kembali di gelombang berikutnya.
Bagi kalangan ekonom, program kartu prakerja dinilai tidak tepat sasaran jika diberikan pada masyarakat di tengah pandemi corona saat ini. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, yang dikutip dari Kumparan (13/04/2020) mengatakan, bantuan berupa uang tunai dan sembako lebih dibutuhkan daripada pelatihan.
Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah, banyaknya dari masyarakat merasa kesulitan mengakses situs yang disediakan untuk mendaftar. Sebelumnya, pembukaan program ini sempat terlambat selama dua hari dari rencana sebelumnya. Beberapa mengalami error saat mencoba mengakses situs yang disediakan. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pun meminta masyarakat maklum karena tingginya peserta yang mengakses situs secara bersamaan.
Ronny P. Sasmita, Direktur Eksekutif Economic Action Indonesia (EconAct), dalam tulisannya yang dimuat di situs Tempo (22/04/2020), mengatakan, materi pelatihan secara online yang disediakan pada program kartu pra kerja dianggap banyak tersedia dan mudah ditemukan di platform gratis seperti YouTube. Jelas amat disayangkan jika saldo yang ada di kartu prakerja dibelanjakan hanya untuk menonton video pelatihan.
Kritikan terhadap program kartu prakerja juga dilontarkan oleh Anggota Komisi IX Fraksi PDIP, Nabil Haroen. Dirinya mengatakan bahwa sebaiknya program tersebut ditunda untuk sementara. Harapannya, pemerintah bisa memfokuskan perhatiannya untuk mendukung tenaga medis guna menghadapi COVID-19 di lapangan, serta membantu ketahanan pangan masyarakat. Hal senada juga dilontarkan oleh Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahadiansyah, mengatakan masyarakat butuh bantuan yang sifatnya tunai (langsung) dan bukan pelatihan.
BACA JUGA: Kartu Pra Kerja dan Bagaimana Ia Memakmurkan Para ‘Pemburu Pekerjaan’ dari Seluruh Indonesia
Mereka yang terpilih pada program kartu prakerja, akan menerima bantuan total senilai Rp 3,5 juta per orang dengan rincian Rp 1 juta untuk biaya pelatihan, Rp 600 ribu sebagai uang saku per bulan selama empat bulan, dan Rp 150 ribu diberikan ke lembaga pelatihan untuk survey kerja. Entah efektif atau tidak, biarkan pemerintah untuk sementara fokus dan bekerja semaksimal mungkin. Gimana menurutmu Sahabat Boombastis?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…