Bulan suci Ramadan memang merupakan salah satu momen yang paling ditunggu umat islam di seluruh dunia. Bahagia rasanya jika kita bisa melewati bulan penuh berkah ini bersama keluarga di rumah. Rumah di sini memiliki makna yang sangat luas, tak hanya bangunan tempat kita tinggal melainkan juga lingkungan sekitar. Pasti akan sangat menyenangkan jika kita bisa menjalani puasa bersama orang-orang yang juga menjalankannya.
Namun bagaimana ya rasanya ketika kita harus jauh dari rumah dan berpuasa di daerah baru yang mana mayoritas penduduknya bukan pemeluk agama islam. Pasti muncul kekhawatiran dalam diri kita mengenai bagaimana akan menjalani sahur, di mana menemukan makanan untuk berbuka, bisakah melakukan jamaah tarawih, dan semacamnya. Tapi tenang saja, di bawah ini ada potret bagaimana para muslim minoritas menjalankan Ramadan di tujuh negara ini. Dijamin kekhawatiranmu akan lenyap deh.
Banyak dari kalian mungkin sempat mendengar bahwa di beberapa wilayah di Australia ada masyarakat yang kurang ramah terhadap muslim. Namun tidak perlu khawatir karena sebenarnya muslim diterima dengan baik di negeri kanguru itu. Dalam pelaksanaan puasa sendiri, sudah ada masjid yang memang menyediakan menu berbuka puasa untuk disantap sebelum bersama-sama melaksanakan tarawih. Bahkan di beberapa lokasi kita juga bisa menemukan pasar takjil layaknya di Indonesia. Pastinya makanan yang dijual halal kok.
Cina juga tidak lepas dari berbagai berita mengenai diskriminasi agama. Tapi sepertinya kalian tidak perlu terlalu khawatir saat harus menjalani Ramadan di negara tersebut, lantaran Cina memiliki komunitas muslim yang cukup besar. Menurut pengakuan beberapa mahasiswa Indonesia yang belajar di sana, menjadi muslim minoritas di Cina tidaklah begitu sulit. Kita masih punya tempat untuk salat dan berbuka saat Ramadhan. Tak jarang mereka juga mengadakan buka bersama antar anggota komunitas muslim di sana.
Wah, gimana ya kalau kita harus menjalankan puasa di Inggris? Sama saja dengan Australia dan Cina, umat islam di Inggris juga bisa dengan leluasa menjalankan puasanya kok. Memang sih di jalan-jalan kita masih akan banyak melihat penjaja makanan, tapi Ramadan di Inggris terkesan cukup damai. Muslim Inggris juga bisa melaksanakan salat tarawih berjamaah dengan khusyuk di masjid-masjid yang tersebar di beberapa wilayahnya. Dan lagi, menurut beberapa referensi, saat ini jumlah masyarakat pemeluk islam di Inggris selalu mengalami peningkatan. Senang kan rasanya memiliki teman baru untuk menyelesaikan Ramadan bersama.
Nah kalau di Italia tentunya akan berbeda lagi situasi Ramadannya. Wilayah yang didatangi oleh banyak sekali umat islam dari berbagai negara itu ternyata juga menawarkan kedamaian saat Bulan Ramadan tiba. Hal itu bisa dilihat dari tak sepinya masjid disambangi para jamaah untuk berbuka puasa bersama serta tarawih. Di beberapa titik di Italia, kita juga bisa bertemu banyak muslim di aneka pasar Arab. Bahkan banyak supermarket di negara tersebut yang memberikan penawaran khusus untuk umat islam lho, seperti misalnya daging halal sampai kurma. Wah, seru sekali ya.
Menurut data terakhir, jumlah pemeluk agama islam bisa dibilang sangat sedikit, yaitu sekitar 1500 orang. Di mana mayoritas orang tersebut merupakan mahasiswa asal Pakistan dan negara lain yang menetap di sana. Karena jumlahnya yang sedikit, maka untuk fasilitas beribadahnya pun bisa dibilang terbatas dan kecil. Meski demikian, umat islam di Kuba nampaknya bisa menjalani Ramadan dengan baik karena Kuba merupakan salah satu negara yang toleran dengan berbagai agama.
Berbeda di Kuba, beda pula Myanmar. Memang sih dua negara itu sama-sama memiliki populasi penduduk muslim sangat kecil, tapi kalau bicara tentang kehidupan mereka saat Ramadan sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pasalnya beberapa masjid di sana akan dengan sengaja menambah waktu khotbah saat dzuhur serta ashar. Sementara untuk kota-kota kecil, biasanya akan ada pasar Ramadan digelar di pelataran masjid sehingga memudahkan kita membeli panganan untuk berbuka.
Memang sih bila Ramadan tiba, nampaknya tidak ada banyak yang berubah dari jalanan Rusia. Di mana semua toko masih tetap buka dan masyarakat non muslim bisa makan di sana. Namun satu tradisi unik Rusia saat Ramadan adalah mengundang imam untuk berbuka bersama. Selesai berbuka biasanya anak-anak dan orang tua diharuskan membaca beberapa ayat suci Al-Qur’an. Setelah selesai, imam tersebut memberi semacam ceramah kepada semua yang hadir sambil meminum teh hangat.
Ternyata menjalankan Ramadan di negara-negara muslim minoritas tidak seseram apa yang selama ini kita pikirkan ya. Meskipun yang berpuasa hanya segelintir orang, kita masih bisa berkumpul bersama untuk berbuka sambil bercerita tentang pengalaman puasa di hari itu. Kita juga masih bisa menjalankan tarawih dengan khusyuk tanpa harus mengkhawatirkan ini itu. Yang pasti selama diniatkan dengan baik, insya Allah kita tidak akan menemui rintangan yang berarti di mana pun itu.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…