Menunaikan ibadah ke tanah suci Makkah atau lebih dikenal dengan ‘naik haji’ adalah hal yang diinginkan setiap orang. Siapa sih yang tidak mau melaksanakan rukun iman terakhir ini? Semua orang pasti ingin ke sana. Di sisi lain naik haji bukanlah perkara mudah, mengingat hanya dilaksanakan pada musim tertentu dengan biaya yang tidak sedikit. Tidak jarang, jama’ah haji kadang hanya disesaki mereka yang punya banyak tumpukan uang.
Dari sekian banyak yang ingin pergi ‘naik haji’ ada mereka yang ternyata telah berjuang mati-matian demi mewujudkan impian. Mereka menyisihkan rupiah sedikit demi sedikit karena memang tidak punya materi berlebih, kisah mereka tentu menggetarkan hati dan bikin mata sembab. Seperti yang dirangkum dalam 5 kisah penuh perjuangan ini!
Kamu bisa membayangkan bagaimana rasanya mengumpulkan uang selama 60 tahun lamanya? Ya, itulah yang dilakukan oleh kakek Ambari, seorang buruh tani sekaligus pejuang dari zaman penjajahan. Terinspirasi dari sang ayah, kakek Ambaripun mulai menabung sejak usianya 30 tahun. Ia mengumpulkan koin dari hasil panen ke dalam sebuah kaleng biskuit.
“Ketika Belanda datang, saya menguburkan kaleng tersebut ke dalam tanah sebentar, lalu malamnya saya ambil lagi” tutur lelaki 90 tahun itu. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit, keping koin tabungan tersebut membuka pintu menuju Makkah. Kakek Ambari menukar koin hasil menabungnya hingga terkumpul Rp 35 juta. Dengan uang yang dikumpulkan selama 60 tahun itu, kakek Ambari bisa ‘naik haji’ tunai pada 2016 lalu.
Inspirasi bisa datang dari orang yang berada di sekeliling kita, begitulah yang dituturkan ketua MPR, Zulkifli Hasan. Salut dengan perjuangan tukang tambal ban yang menabung demi hajikan ibu, ia mendatangi langsung rumah bapak Ismail di Banjarmasin. Pak Ismail mengaku ia butuh waktu lama untuk akhirnya bisa memberi hadiah haji kepada sang ibu, mengingat tambal ban adalah pekerjaan dengan penghasilan sangat kecil.
Walaupun begitu, semua tidak menjadi alasan untuk menyerah, pak Ismail bekerja hampir 24 jam dan menabung setiap hari. “Kalau sehari dapat 50.000, 30.000 saya tabung, tapi kalau kurang dari itu, saya hanya menabung 10.000 saja” tuturnya. Nasib baik memang tak kemana, karena tekun dan tak kenal lelah, setelah 10 tahun berlalu, pak Ismail dan ibunya berhasil menunaikan ibada haji tahun 2017 lalu.
Tak kalah membuat mata berair, kisah ini dari seorang tukang parkir di Yogyakarta, pak Bardi namanya. Berniat haji sejak tahun 1985 tapi apalah daya, hal tersebut tidak didukung oleh materi yang cukup, belum lagi ia harus menyekolahkan kedua anaknya. Tidak putus harapan, ia berjuang dari menjual rokok, koran, membuka warung lotek di pinggir jalan, hingga menjadi tukang parkir. Dari uang tersebut, ia menabung sedikit demi sedikit.
“Dari hasil kerja seharian, saya bisa menabung 5.000 sampai 10.000” ujarnya. Pada 2005, pak Bardi berniat memutar uang tabungannya untuk bisnis, tapi sayang untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Niat membuka usaha properti malah berakhir dengan kerugian. Kendati begitu, ia tetap gigih mengumpulkan uang hingga hasil menabung selama 30 tahun mengantaran ia haji pada 2016 lalu.
Zaman sekarang mungkin orang harus berfikir dua kali untuk menjadi tukang sapu, apalagi dengan gaji yang sangat minim. Berbeda dengan pak Mulyono, warga Desa Rejoagung, Tulungagung, yang sudah 30 tahun menjadi tukang sapu di masjid jami Al-Munawar,Tulungagung. Ia punya mimpi ingin sekali bisa melihat ka’bah dan menapakkan kaki di tanah suci. Tapi keinginan tersebut serasa hanya mimpi, mengingat gaji sebagai tukang sapu hanyalah 300 ribu perbulan.
Namun begitu, pak Mulyono tetap menyisakan uangnya untuk ditabung juga infaq. Keinginan tersebut ternyata di dengar oleh anak bungsunya yang berprofesi sebagai guru honorer. Dengan mencicil setiap bulan 500 ribu, ditambah uang tabungan selama ini, pak Mulyono bisa berangkat haji. Ajaibnya, pak Mulyono yang seharusnya berangkat pada 2021 diberi kemudahan karena usia yang sudah lansia. Ia berhasil mewujudkan mimpi pergi haji pada 2017 lalu. Berkahnya ngurusi masjid!
Ekspresi bahagia jelas sekali terpancar dari wajah Kami Alukariman Warsidi, warga kabupaten Gresik, Jawa Timur. Betapa tidak, usaha menabung hasil menjual rujak selama 15 tahun terbayar sudah dengan tiket haji ke tanah suci. Dilansir dari Viva.co, Perjuangan dalam mencapai impian haji sangatlah berat, ia harus menyekolahkan 4 orang anaknya sendiri sejak suaminya meninggal pada 1995.
“Saya selalu minta petunjuk dan pertolongan dari Allah, agar keinginan saya pergi haji diijabahi,” tuturnya. Dengan bantuan si bungsu, Kami membuka jualan rujak dari jam 7.00 pagi sampai jam 12 malam tanpa mengeluh sedikitpun. Optimis memang selalu berbuah manis, berkat kesabaran dan usaha, pada awal September 2015 lalu, di usia yang sudah senja 55 tahun Kami berhasil berangkat ke tanah suci.
Semua kisah di atas berawal dari optimis, kerja keras dan usaha tanpa kenal putus asa. Perjuangan mereka patut dicontoh dan dijadikan pelajaran. Kisah penuh inspirasi tersebut menjadi bukti bahwa jika bersungguh-sungguh hal yang mustahil terjadi sekalipun bisa diwujudkan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…