Siapa yang tak kenal dengan Bripda Taufiq. Namanya baru-baru ini gencar dibicarakan karena ia salah satu orang yang kurang berada, namun bisa meraih impiannya menjadi polisi. Ia yang saat ini masih tinggal di kandang sapi membuat pola pikir masyarakat berubah akan sosok polisi yang sebelumnya diniliai sering ‘curang’ dan terlibat tindak korupsi.
Bripda Taufiq yang hidup di keluarga yang kurang mampu, hidup di kandang sapi, dan hidup yang kurang layak, tidak membuatnya putus asa dan pesimis untuk meraih impiannya yang sudah tertanam sejak dini. Perjuangannya untuk menggapai masa depan yang lebih cerah tak terpatahkan, demi membahagiakan keluarganya. Impian pria kelahiran 20 Maret 1995 ini semakin kuat saat kelas 3 SMA kala ia mengikuti pramuka. Berbagai hal ia lakoni demi tercapainya cita-cita menjadi polisi. Yuk simak perjuangan Bripda Taufiq hingga kini ia menjadi polisi.
Hidup dengan ketiga adiknya dengan keadaan yang seadanya membuat ia semakin gigih dalam mencari pundi-pundi uang. Saat sekolah di SMK, Bripda Taufiq juga bekerja sambilan dengan membantu ayahnya sebagai penambang pasir. Ia menambang pasir ikut ayahnya di sungai Boyong. Hingga ia lulus pada tahun 2013, ia tetap melakoni pekerjaan ini lantaran ia belum mendapat pekerjaan. Di sungai tersebut, ia membantu mengambil pasir dan memindahkannya ke mobil bak butut milik ayahnya. Uang yang ia hasilkan pun bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk membantu ekonomi keluarga, membiayai adiknya, dan menuruti kemauan adik-adiknya dengan membelikannya sate dikala mereka nangis kangen ibunya.
Tak lama berprofesi sebagai penambang pasir, ia ditawari sebagai penjaga perpustakaan di sekolahnya dulu yaitu SMK I sayegan. Dengan gaji 500 ribu rupiah per bulan, ia bisa membantu ayahnya menghidupi ketiga adiknya. Tak hanya itu, selain menjadi penjaga perpustakaan, ia juga mendapatkan penghasilan tambahan sekitar 200 ribu rupiah dari menjadi pelatih pramuka di sekolahnya.
Perjuangan pria beradik tiga ini tak berhenti sampai itu saja. Disaat yang lainnya mengikuti berbagai kursus tambahan agar lolos tes psikotes, ia berlatih tes psikotes sendiri lantaran iatak mempunyai uang. Hal tersebut ia lakukan disaat ia berprofesi sebagai penjaga perpustakaan. Sesekali ia belajar tes psikotes dengan harapan besar agar bisa lolos tes masuk polisi.
Tak hanya tes psikotes saja yang ia pelajari secara otodidak. Ia juga sering latihan fisik sendiri. Ia mengaku mempunyai banyak pengalaman dalam melatih fisik sejak ia mengikuti kegiatan pramuka sejak ia menduduki bangku SMA. Saat ia mengikuti kegiatan ekstra sekolah itulah yang membuatnya kenal dengan Saka ( Satuan Karya) Bhayangkara. Dengan begitu, ia bisa melatih fisiknya yang berguna untuk tes masuk polisi.
Usaha dan perjuangan pria muda ini juga diimbangi dengan ibadah yang kuat dengan meminta kepada Yang Maha Esa. Selain ia meminta restu pada nenek dan ayahnya saat akan mendaftar, ia juga melakoni puasa senin-kamis dengan itikad biar diterima di Sekolah Polisi Negara. Perjuangannya bukan semata-mata untuk dirinya melainkan untuk masa depan ketiga adiknya dan juga ayahnya. Selain dirinya yang menjalani puasa sunnah senin-kamis, ia juga meminta ayahnya untuk menjalani puasa juga. Neneknya juga tak henti-hentinya memanjatkan doa agar cucunya bisa diterima di sekolah polisi. Nenek Taufiq ini mengaku selalu menyebut nama Taufiq dalam doa. Beliau pun rela tidak tidur untuk mendoakan cucunya tersebut.
Ikhtiar dan doa yang ia, ayahnya dan neneknya lakukan membuahkan hasil. Ia dinyatakan lolos ujian polisi dan diterima di SPN. Pria asal Sleman ini merasa bagaikan mimpi, karena perjuangannya tidak sia-sia. Nenek dan ayahnya langsung sujud syukur mendengar kabar gembira tersebut. Pada tanggal 29 desember tahun 2014 lalu, ia dinyatakan lulus dari SPN Selopamioro. Kini pria yang bernama lengkap Muhammad Taufiq Hidayat ini menjadi salah satu anggota Direktorat Sabhara Polda DIY dengan pangkat Bripda.
Namun, saat dinyatakan bahwa ia telah menjadi anggota polri pada tanggal 12 Januari tahun 2015 lalu, ia berbuat kesalahan. Ia terlambat datang apel pagi. Hal ini bukan karena ia bangun kesiangan, namun karena ia tidak mempunyai transportasi untuk menuju kantor sejauh 5 KM dari rumahnya.
Meski ia sudah berangkat pukul 5 dini hari, namun tetap saja ia terlambat. Bripda ini terlambat lantaran ia harus berjalan kaki. Terkadang ia berlari untuk mengejar waktu agar ia tidak terlambat. Namun tetap saja, ia tidak bisa mengikuti apel yang dimulai pukul 06.30 pagi, tetapi ia baru tiba di kantor pukul 08.00 pagi.
Dengan berbagai perjuangan dari Bripda Taufiq, kita seharusnya sangat bersyukur dengan keadaan kita saat ini. Kegigihan dan usaha Bripda Taufiq bisa kita contoh agar kita bisa meraih apa yang kita inginkan. Tak ada cita-cita yang bisa diraih tanpa usaha dan doa. Semoga dengan kisah perjuangan dan kegigihan Bripda Taufiq ini kita bisa lebih termotivasi dan terinspirasi untuk menegakkan kembali impian kita yang belum tercapai.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…