Konon, karpet kerajaan berwarna merah karena melambangkan darah-darah tumpah yang mengantarkan raja ke singgasananya. Siapa saja yang menghalangi akan ditumpas. Bahkan yang berdarah dingin tidak akan ragu untuk membunuh saudara kandungnya sendiri.
Dua hari ini dunia dihebohkan dengan pembunuhan Kim Jong Nam, kakak kandung penguasa Korea Utara, Kim Jong Un. Pemerintah Amerika Serikat tanpa ragu-ragu menuduh Kim Jong Un sebagai otak dari pembunuhan ini. Ini bukan hal yang mengada-ada karena Kim Jong Un pernah membunuh paman dan bibinya. Bukan tidak mungkin jika ia melakukan hal yang sama terhadap kakaknya. Apalagi Kim Jong Nam dikenal menentang sistem pemerintahan Korea Utara. Itu pula yang menyebabkan Kim Jong Il tidak menyerahkan kursi kekuasaan pada putra sulungnya.
Kim Jong Un bukanlah satu-satunya penguasa yang dituduh membunuh kakak kandungnya demi kekuasaan. Beberapa raja juga pernah melakukan hal yang sama.
Pada tahun 1658, Aurangzeb dinobatkan sebagai Kaisar Mughal, kerajaan Islam yang daerah kekuasaannya meliputi India, Bangladesh, Pakistan, Afghanistan saat ini. Pencapaiannya itu ia dapatkan setelah dengan gelap mata mengeksekusi sang putra mahkota yang tidak lain adalah kakak kandungnya sendiri, Dara Shikoh.
Aurangzeb mengumumkan bahwa Dara Shikoh murtad dan menganut agama Hindu sehingga pantas untuk dibunuh. Padahal, apa yang ia lakukan semata-mata karena menginginkan kekuasaan yang diwariskan ayah mereka pada Dara Shikoh. Tidak hanya membunuh kakaknya, Aurangzeb juga mengeksekusi anak Dara, Sulaiman Dhikoh.
Memang tidak ada bukti yang cukup. Sama seperti Kim Jong Un, Bhumibol pernah dicurigai membunuh kakak kandungnya sendiri, Ananda Mahidol yang saat itu menjabat sebagai raja Thailand. Peristiwa tragis itu terjadi pada 1946. Saat itu Bhumibol masih berusia 19 tahun.
Bhumibol terlihat masuk ke kamar kakaknya 20 menit sebelum terdengar suara tembakan. Ini yang membuat banyak orang berspekulasi dialah yang membunuh Ananda. Namun karena tidak ditemukan bukti yang memberatkan, Bhumibol pun terbebas dari tuduhan dan resmi dinobatkan menjadi Raja Thailand menggantikan kakak kandungnya.
Air susu dibalas dengan air tuba mungkin adalah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan hubungan antara presiden Gambia, Yahya Jammeh dengan kakak kandungnya, Haruna Jammeh. Sebelum memiliki karir, Yahya hanyalah seorang pemuda miskin yang mendapat bantuan finansial dari kakaknya.
Konflik bermula dari perseteruan Haruna dengan Yahya mengenai masalah keluarga yang juga melibatkan ibu Yahya (Haruna dan Yahya adalah saudara beda ibu). Perseteruan ini rupanya bukan masalah kecil karena Haruna dan istrinya ditangkap di tahun 2005. Sejak itu tidak ada lagi yang pernah melihat pasangan tersebut. Banyak yang berspekulasi Haruna dibunuh oleh adiknya sendiri. Sementara pemerintah Gambia sendiri tidak pernah menyangkal tuduhan tersebut.
Seandainya Kim Jong Un tidak mengklarifikasi mengenai tuduhan pembunuhan terhadap kakak kandungnya, maka dia bisa ditulis dalam daftar penguasa yang membunuh saudaranya sendiri. Meskipun itu terjadi, ia sebagai pemegang kekuasaan absolut akan dengan mudah lolos dari jeratan hukum dan tidak akan ada yang benar-benar tahu apakah ia yang melakukannya atau tidak.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…