Persaingan negara di kawasan Asia Tenggara pasti tidak bisa dipandang remeh. Selain prestasi yang diperebutkan, ada harga diri juga dipertaruhkan. Tak ayal lantaran hal ini hubungan para suporter beberapa negara ini sering terjadi gesekan. Namun apa yang terjadi di luar lapangan tidak memengaruhi pemain-pemain yang memutuskan melanjutkan karier di negara saingan.
Bahkan berkat mereka klub tanah air mampu meraih prestasi tertinggi. Hal tersebut juga menjadikan cacian berubah menjadi pujian untuk pemain negara tetangga. Salah satunya adalah, M Safee Sali yang selalu dipuji meski pernah menghancurkan harapan Timnas menggenggam trophy pertamanya. Kisah ini tidak hanya dialami penyerang Timnas Malaysia itu saja, beberapa pemain ini juga alami hal serupa. Seperti apakah kisahnya simak ulasan berikut.
Sebagai pesepakbola asal Singapura, nama Noh Alamsyah pastinya menjadi seorang yang tidak terlupa. Pasalnya pada tahun 2004 pada ajang bertajuk Piala Tiger ia bersama rekannya menggagalkan Timnas meraih gelar. Padahal saat itu harapan tim merah putih merengkuh trophy bisa dikatakan tinggi lantaran bermain bagus saat di penyisihan grup.
Sama-sama berseragam Timnas Singapura, M Ridwan juga bisa dikatakan kenyang cacian saat melawan Indonesia. Suporter negara kita yang militan adalah alasannya. Mereka akan melakukan segala cara untuk dapat meneror atau memecahkan konsentrasi lawan. Layaknya Noh Almasyah tadi, mantan pemain Borneo FC juga jadi pujaan saat bermain di Indonesia.
Mungkin untuk para generasi zaman sekarang, Fandi Achmad menjadi nama yang asing untuk mereka. Padahal apabila ditarik sejarah ke belakang pria asal Singapura ini adalah pesepakbola hebat asal Asia Tenggara di tanah air. Lantaran hal tersebut ia mendapatkan gelar sebagai warga kehormatan Surabaya.
Seperti yang kita ketahui bersama Malaysia adalah musuh Indonesia dalam segala bidang. Begitu juga saat berada di ranah olahraga ini kedua negara tidak ada yang mau untuk mengalah. Kondisi inilah yang pernah menjadikan Safe Sali dihujani botol atau cacian dari penonton. Saat itu lantaran golnya, memupuskan harapan penonton dan penggawa Timnas meraih gelar pertamanya di piala AFF.
Beberapa kisah ini jelas menunjukkan pada kita semua bahwa sepak bola selalu mengajarkan toleransi. Meski mereka pernah “menyakiti” lewat gol atau buat tim pujaan gagal juara, tapi apabila pemain tersebut membantu klub. Cacian itu dapat dirubah menjadi pujian. Sejatinya rivalitas hanyalah 90 menit lebih dari itu kita tetap saudara.
Fenomena viral Arra, bocah lima tahun yang dikenal karena kepandaiannya berbicara dengan gaya dewasa, kembali…
Nama Fedi Nuril akhir-akhir ini kembali dikenal publik. Bukan karena kembali membintangi film dengan tokoh…
Kamis (20/3/2025) pukul 03.00 WIB, saat asyik scrolling media sosial X sambil sahur, mata tertambat…
Dunia aviasi Indonesia bakal semakin berwarna dengan kehadiran burung-burung besi baru. Indonesia Airlines, sebuah perusahaan…
Lagi-lagi rakyat Indonesia dibikin geleng-geleng kepala oleh ulah aparat penegak hukum. Kali ini kasusnya sedang…
Baru-baru ini, dunia hiburan Korea Selatan diguncang oleh skandal yang melibatkan aktor papan atas, Kim…