Categories: Tips

Masih Belasan Tahun, Pejuang Indonesia Ini Sudah Jadi Mayor dan Membentuk Akademi Militer

Saat berusia 14 tahun, apa yang sudah Anda lakukan dalam hidup sobat Boombatis semuanya? Kalau penulis sih masih ribet dengan tugas SMP yang menggunung dan ngebet banget jadi anggota OSIS meski gagal. Di usia 14 tahun, pejuang Indonesia yang akan kita bahas ini justru sudah mulai bergelut di dunia militer. Dengan usia yang masih muda, dia terobsesi untuk menyelamatkan negeri ini.

Kecerdasan yang dimiliki oleh pejuang ini bahkan membuatnya jadi perwira di usia yang masih muda. Tidak berhenti di sana saja, pola pikirnya yang dewasa juga membuatnya mampu membentuk Akademi Militer pertama di Indonesia. Ada yang tahu siapakah gerangan pejuang hebat ini? Yaph, benar sekali. Dia adalah Daan Mogot yang menjadi nama jalan di Jakarta. Berikut kisah selengkapnya dari seorang Daan Mogot.

Masa Kecil Daan Mogot

Daan Mogot atau yang memiliki nama lengkap Elias Daniel Mogot adalah pemuda yang lahir di Sulawesi Selatan pada Desember 1928. Ayah dari Daan Mogot adalah seorang Hakim Besar Ratahan sehingga dia cukup mudah mendapatkan akses pendidikan terutama saat mereka akhirnya pindah dari Manado ke Batavia pada tahun 1939.

Masa Kecil Daan Mogot [image source]
Daan Mogot dikenal sangat cerdas. Dia suka belajar banyak hal sehingga pengetahuannya akan ilmu pengetahuan dan militer saat besar. Saat pindah ke Jakarta di usia 11 tahun, Daan Mogot tinggal di kawasan Jakarta Pusat sementara ayahnya menjadi Dewan Rakyat Hindia Belanda sebelum akhirnya Jepang melakukan pendudukan pada tahun 1942.

Menjadi Tentara PETA saat Pendudukan Jepang

Saat Jepang mengambil alih Belanda pada tahun 1942, usia dari seorang Daan Mogot adalah 14 tahun. Dia mulai ikut pelatihan militer PETA yang dilakukan oleh Jepang. Dalam pelatihan yang dilakukan oleh Jepang, Daan Mogot memberikan prestasi yang sangat hebat. Tak pelak, Jepang mau mengangkatnya jadi anggota resmi meski batasan usia yang ditetapkan adalah 18 tahun.

Daan Mogot (kanan) [image source]
Setelah resmi jadi anggota, Daan Mogot dipromosikan untuk menjadi instruktur di PETA Bali. Pada tahun 1943, dia ke Pulau Dewata untuk melatih para calon tentara PETA baru dengan beberapa rekan barunya. Dari Bali, dia dipindahkan lagi ke markas pusat Jakarta hingga akhirnya Jepang menyerah pada sekutu setelah dua kota besarnya dijatuhi bom atom.

Mendirikan Akademi Militer di Tangerang

Saat Jepang akhirnya kalah dan diwajibkan keluar dari negeri ini, Daan Mogot tidak lagi menjadi anggota PETA. Dia akhirnya bergabung dengan BKR atau Barisan Keamanan Rakyat. Meski bergabung dengan usia 16 tahun, dia sudah menjadi Mayor dan berada di bawah pimpinan Letnan Kolonel Moefreni Moe’im.

Mendirikan Akademi Militer [image source]
Dalam karier militernya ini, Daan Mogot dan beberapa rekannya mendirikan Akademi Militer yang dinamai Militaire Academie Tangerang. Pengalamannya dalam melatih militer saat masih menjadi anggota PETA di Bali membuatnya lihai dalam melatih para perwira baru yang dipersiapkan untuk melakukan perang dan membela negeri ini.

Gugur dalam Perang di Usia Sangat Muda

Saat menjadi ketua dari Akademi Militer di Tangerang, Daan Mogot ikut terlibat aktif dalam usaha pelucutan senjata Jepang. Sebagai mantan anggota PETA, tentu Daan Mogot pernah dekat dengan petinggi Jepang. Dari sini, dia melakukan perundingan agar senjata bisa dilucuti dengan baid dan tidak melakukan serangan yang merugikan dua belah pihak.

Makam Daan Mogot [image source]
Saat melakukan perundingan anggota lain tanpa sepengetahuan Daan Mogot melakukan penyerangan di pos Jepang yang berlokasi di Lengkong. Serangan ini tentu membuat Jepang berang dan akhirnya tentara yang sudah menyerahkan senjata kembali mengambilnya untuk melakukan serangan yang mematikan. Pada tragedi yang terjadi di Lengkong ini, Daan Mogot meninggal dunia di usianya yang masih 17 tahun.

Dari kisah Daan Mogot di atas, kita bisa mengambil cukup banyak pelajaran. Salah satu pelajaran berharga dari cerita di atas adalah perjuangan dari Daan Mogot di usianya yang masih muda. Meski masih belasan tahun, Daan Mogot tetap berjuang untuk negeri ini meski nyawa menjadi taruhannya.

Share
Published by
Adi Nugroho

Recent Posts

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago

Risiko Bencana Tinggi, Anggaran BNPB Kena Efisiensi

Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…

3 weeks ago

Insiden Tumblr Hilang di KRL Berujung Pemecatan Karyawan Sana Sini

Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…

4 weeks ago