Blusukan, istilah yang dikenal saat Joko Widodo masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta hingga saat ini menjadi Presiden. Namun ternyata, Presiden kedua RI Soeharto pun lebih dulu melakukan blusukan. Tapi kala itu, belum ada istilah blusukan. Cara Pak Harto pun berbeda dalam melakukan blusukan, semua serba rahasia dan tak ada ramainya sambutan masyarakat. Bahkan, awak media pun sampai tak mencium inspeksi mendadak yang dilakukan oleh sang Presiden kedua ini.
Pengalaman blusukan Pak Harto terungkap dari cerita orang yang bersinggungan secara langsung saat kegiatan blusukan dilakukan. Seperti Tri Sutrisno yang kerap mendampingi Pak Harto blusukan, dan mantan Gubernur Jawa Barat Solihin GP yang pernah menjadi sasaran blusukan sang presiden. Kisah menarik pun turut mewarnai blusukan itu, mulai dari tidur sembarangan seperti di restoran ikan, rumah warga tanpa kamar mandi, hingga bekal ikan teri yang selalu ke mana-mana dibawa Presiden.
Saat menjadi Presden, Pak Harto kerap blusukan ke berbagai daerah di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jangan sangka jika sang presiden akan makan di restoran dan menginap di hotel atau rumah Gubernur, kondisi blusukan kala itu cukup memprihatinkan. Pak Harto membawa rombongan kecil, urusan makan pun tak sampai membeli. Mulai dari nasi yang dimasak sendiri dengan beras yang dibawa dari Jakarta. Selain itu, ibu negara juga membekali dengan sambal teri dan kering tempe dalam jumlah yang cukup. Meski begitu, Tri Sutrisno yang saat itu masih menjadi ajudan Pak Harto melihat jika sang presiden senang dengan kondisi seperti itu.
Tujuan blusukan yang dilakukan Pak Harto dilakukan guna melihat hasil-hasil pembangunan, khususnya di daerah terpencil yang sulit dijangkau pemerintah. Orang-orang yang terlibat dalam blusukan hanya ajudan, satu dua pegawal, dan dokter pribadi. Pak Harto pun selalu mewanti-wanti agar tidak ada orang lain yang tahu. Sebab tindakan sang presiden, banyak pejabat setempat yang mati kutu dan kalang kabut. Sebab tak ada persiapan, penyambutan, atau persiapan jawaban untuk pertanyaan yang diajukan sang presiden.
Terkait blusukan Soeharto, mantan Gubernur Jawa Barat Solihin GP memiliki pengalaman unik. Solihin menyatakan jika Pak Harto sangat bersahaja di awal masa kepresidenannya. Kala itu, Jawa Barat pun kebagian kunjungan dadakan sang presiden. Pak Harto tidak meminta tidur di tempat mewah dan makanan lezat. Jadilah Pak Harto tidur di sebuah restoran ikan mas di Sukabumi. Lain lagi saat berada di Banten, Pak Harto memilih tidur di rumah warga yang tak memiliki kamar mandi. Solihin yang kala itu ikut mendampingi juga dibuat heran sebab Pak Harto bisa makan apa saja, termasuk sambal ikan teri dan kering tempe.
Masih tentang blusukan di pedalaman Banten. Solihin menceritakan jika saat itu Pak Harto bertanya, “Lihin, besok kita nongkrong di mana?” Nongkrong yang dimaksud di sini adalah buang air besar. Lalu Solihin pun keesokan harinya mengajak Pak Harto ke sungai untuk BAB. Tanpa ragu, sang presiden pun menenteng handuk dan pergi ke sungai untuk buang hajat sekaligus mandi.
Saat sidak ke daerah-daerah, Soeharto langsung berbincang dengan rakyat tanpa perantara. Informasi yang didapat kemudian di catat. Misalnya informasi tentang pembangunan, daerah mana yang telah berhasil dan daerah mana yang perlu perbaikan. Termasuk tentang pembagian pupuk bersubsidi dan sebagainya. Catatan inilah yang kemudian menjadi pedoman untuk mengecek ulang saat dilakukan rapat kabinet. Dengan cara ini, menteri pun tak bisa berbohong sebab sang presiden sudah mengetahui terlebih dahulu.
Jaman dahulu saat televisi hanya dimiliki orang kaya raya dan alat seperti smartphone masih tak ada, sulit bagi masyarakat mengenali presidennya. Hal ini dimanfaatkan oleh Soeharto untuk mendekati rakyat dengan mudah menggunakan cara menyamar. Kisah ini diceritakan dalam buku Catatan Ringan Wartawan Istana. Diketahui kala itu Pak Harto dan rombongan kecilnya pergi ke daerah Majalengka. Di perjalanan ini, Pak Harto menyamar sebagai Pak Mantri. Setelah melakukan perjalanan dan berdialog dengan rakyat dari berbagai kalangan seperti petani hingga pedagang, ada orang yang akhirnya mengenalinya. Seorang kepala desa yang tak siap menyambut kehadiran Presiden akhirnya menggedor toko Cina di malam hari, untuk membeli blacu yang dijadikan sprai untuk tidur Pak Harto.
Berbeda lagi kisah kunjungan di sebuah SD Inpres di Cilacap. Pak Harto mengecek beres tidaknya bangunan dengan cara menendang dinding. Saat ditendang dan menemukan bangunan itu ambruk, Pak harto lantas meminta pihak pemborong bertanggung jawab atas pembangunan proyek tersebut. Dan sebab tindakan Pak Harto tersebut, kebobrokan proyek di daerah itu terbongkar.
Ya, itulah beberapa fakta tentang blusukan masa pemerintahan Soeharto. Salah satu sisi manis dari sejarah pemerintahan presiden kedua RI yang masih dikenang hingga saat ini. Dan ternyata, blusukan bukan hal baru bagi pemimpin-pemimpin di tanah air. Nyatanya, hingga saat ini kegiatan itu masih dipertahankan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…