Kisah perjuangan para muslim melawan ketidakadilan sepertinya hanya milik abad lampau. Jarang sekali orang mendengar kisah kepahlawanan muslimin di abad modern.
Tetapi sebenarnya cukup banyak tokoh Islam yang menginspirasi, berjuang, dan merelakan hidupnya demi melawan penindasan. Siapa saja mereka? Mari kita simak bersama.
Tokoh yang lahir pada tanggal 20 Agustus 1858 ini adalah tokoh perlawanan Libya di awal abad 20 melawan kependudukan fasisme Italia pimpinan Benito Mussolini. Beliau awalnya adalah seorang ustad yang mengajarkan Qur’an. Pada tahun 1911, Italia masuk ke Libya yang merupakan daerah kekhalifahan Turki. Italia memaksa Turki untuk melepaskan daerah kekuasaannya dan mulai membombardir beberapa kota di Libya. Hal ini menimbulkan kemarahan Omar dan memicu beliau untuk membuat pasukan perlawanan dan melakukan perang gerilya yang berlangsung selama 22 tahun!
Beliau ternyata sangat menguasai daerah gurun, dan menguasai taktik perang gerilya. Dimulailah penyerangan ala gerilya yang beliau pimpin langsung. Beberapa serangan ini sangat merugikan pihak Italia sehingga mereka terpaksa menambah pasukan dan membuat taktik baru. Omar Mukhtar tidak menyerah dan beliau pun menciptakan strategi yang baru pula untuk menghadapi serangan pasukan Italia. Kehebatan Omar dalam berperang membuat ia bahkan mendapat pujian dari salah seorang pemimpin Italia sendiri yang bernama Attilio Teruzzi.
Pasukan Italia semakin terdesak karena strategi Omar, berkali-kali mengganti jenderal agar mampu menghadapi serangannya. Mereka menggunakan banyak taktik antara lain menggunakan mata-mata, melakukan penyerangan besar-besaran dengan pesawat tempur dan tank, dll. Pada akhirnya pada tanggal 11 September 1931, beliau tertangkap. Pasukan Italia begitu kagum dengan sikap beliau yang tenang, cerdas, dan sangat alim. Beliau dipenjara dan diadili hanya dalam jangka waktu 3 hari.
Omar Mukhtar dihukum gantung di depan khalayak ramai pada tanggal 16 September 1931, dan kata-kata beliau yang terakhir adalah, “Inna lillahi, wa inna ilaihi rojiun.” Sesungguhnya kita milik Allah, dan kepada Allah lah kita kembali.
Kisah beliau kemudian difilmkan dengan judul Lion of the Desert dengan pemeran Anthony Quinn.
Lahir dengan nama asli Malcolm Little di Nebraska pada tahun 1925, Malcolm adalah seorang kriminal di masa mudanya. Sejak kecil ia sudah mengalami perlakukan rasis dari kelompok kulit putih di Amerika, dan bahkan ayahnya terbunuh oleh mereka. Saat dipenjara, Malcolm berkenalan dengan salah satu tokoh Black Moslem. Organisasi Black Moslem mengaku beragama Islam, tetapi ajaran mereka menyimpang dari ajaran Islam, dan sangat mengkultuskan Elijah Muhammad, sang pendirinya. Setelah keluar dari penjara, Malcolm kemudian resmi masuk organisasi itu dan mengganti namanya menjadi Malcolm X.
Di organisasi Black Moslem, nama Malcolm melejit. Ia menjadi pendakwah dan pembicara bagi organisasi itu. Ia menjadi tokoh yang memperjuangkan hak-hak atas kaum kulit hitam. Namanya kemudian menjadi terkenal ke seantero dunia, bahkan lebih tenar dari Elijah Muhammad sang pendiri gerakan Black Moslem yang ajarannya terkenal rasis dan keras.
Malcolm X kemudian menyadari bahwa Islam yang diajarkan oleh Elijah Muhammad bukanlah Islam yang sebenarnya. Ia kemudian pergi ke Mekah untuk naik haji dan mempelajari Islam. Di sana ia bertemu dengan syeikh-syeikh dan pemimpin umat Islam lainnya yang memperkenalkannya kepada ajaran Islam yang sejati.
Di sanalah ia mulai belajar wudhu dan melakukan sholat untuk pertama kali. Di Mekah, Malcolm yang kemudian mengganti nama menjadi Malik el-Shabaz, mulai menyadari bahwa Islam menjawab berbagai persoalan sosial dan perdamaian antar seluruh umat manusia adalah sesuatu yang mutlak.
Saat pulang ke Amerika ia mendirikan organisasinya sendiri, dan mulai memberikan dakwah terhadap Islam yang sejati. Pergerakannya ini menimbulkan kekhawatiran dari beberapa pihak, sehingga ia akhirnya dibunuh. Malcolm X terbunuh saat melakukan khotbah di hadapan pengikutnya di Manhattan pada tanggal 21 Februari 1965. Konon pada saat kematiannya, jari telunjuknya melakukan gerakan tasyahud seperti pada saat sholat. Hal ini pun terekam dalam film yang dibuat tentangnya yang diperankan oleh Denzel Washington.
Beliau adalah salah satu pendiri organisasi Hamas. Meskipun sekarang Hamas dianggap sebagai organisasi teroris, pada awalnya Hamas berdiri sebagai bentuk perlawanan Palestina atas penindasan Israel. Beliau lumpuh dan harus duduk di kursi roda sejak umur 12 tahun, juga sebelah matanya buta. Sebuah kecelakaan terjadi saat beliau sedang bermain gulat dengan temannya. Agar tidak terjadi pertikaian antara kedua keluarga, ia berbohong kepada orang tuanya dengan mengatakan bahwa ia terluka saat sedang bermain lompat kodok.
Di masa remajanya, Ahmad Yassin terkenal cerdas. Ia bahkan masuk ke Universitas Al-Azhar di Kairo. Tetapi karena kesehatannya yang buruk, beliau terpaksa hanya bisa belajar di rumah. Di sana beliau mempelajari filsafat dan berbagai macam ilmu lain sehingga beliau menjadi terkenal karena luasnya pengetahuannya. Bahkan sering diminta menjadi khatib (pemberi khotbah) saat ibadah Jum’at.
Ketika di tahun 1987 terjadi insiden terbunuhnya 4 orang Palestina yang tertabrak oleh tentara Israel, timbullah sebuah gerakan yang sekarang dikenal dengan nama Intifada. Berupa gerakan perlawanan dengan melempar batu terhadap tentara Israel. Ahmad Yassin lalu mendirikan Hamas sebagai sebuah organisasi paramiliter yang bertujuan untuk melawan tentara Israel. Organisasi ini mendapat banyak sekali dukungan karena kharisma Ahmad Yassin dan pengaruhnya yang luas. Dalam perkembangannya Hamas kemudian menjadi sebuah organisasi yang cukup berperan dalam perkembangan politik di Israel.
Pemberitaan media tentang Ahmad Yassin sering sekali bias dan terkesan memutar balikkan fakta. Beliau dianggap sebagai teroris yang ingin membunuh seluruh bangsa Yahudi. Padahal di beberapa kesempatan, beliau sendiri mengatakan bahwa perlawanan yang beliau lakukan bukanlah berlandaskan kebencian agama, melainkan semata-mata berlandaskan keinginan untuk melawan penindasan Israel yang semena-mena.
Pada tanggal 22 Maret 2004, beliau terbunuh saat pulang sholat Shubuh. Tentara Israel menggunakan helikopter Apache untuk melontarkan misil ke arah beliau. Saat itu beliau sedang didorong di kursi roda oleh salah seorang pembantunya. Kejadian itu membuat beliau terbunuh bersama beberapa orang penjaganya, beserta 9 orang yang kebetulan berada di sekitar situ, serta melukai beberapa orang lainnya.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…