Gerakan-gerakan separatis yang ingin mengganggu perdamaian di Indonesia perlu mendapat penanganan ekstra. Selain membahayakan stabilitas bangsa, gerakan semacam itu juga dapat merenggut nyawa yang tak bersalah. Belum lagi, dalam beberapa tahun terakhir, ekspansi ISIS ke tanah air telah membuat pemerintah ketar-ketir mengenai banyaknya warga Indonesia yang nekad pergi ke Timur Tengah demi bisa bergabung dengan kelompok separatis tersebut.
Di samping ingin menyebar teror, beberapa kelompok separatis yang pernah melancarkan aksinya di Indonesia, berusaha menuntut sebuah kemerdekaan. Tak jarang, mereka juga ingin mengubah Indonesia supaya hanya condong pada satu agama saja. Nah, berikut kami rangkum beberapa kelompok separatis yang ngotot sekali ingin menguasai Indonesia.
Nama kelompok separatis ini memang sedang hangat diperbincangkan di publik. Menurut data yang dilansir aparat, kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin oleh Santoso diperkirakan memiliki 40 anggota. Mereka terutama beroperasi di kawasan pegunungan Poso, Sulawesi Tengah.
Abu Wardah atau yang lebih dikenal sebagai Santoso, merupakan mantan kepala Jemaah Ansharut Tauhid (JAT) cabang Poso. Pria ini diketahui mahir melatih milisi dan merakit bom, dan dalam aksinya, dia suka menargetkan anggota polisi. Untuk menumpas kelompok Santoso, pada tahun 2015 lalu polisi dan tentara kemudian menggelar operasi gabungan.
Dalam operasi gabungan tersebut, mereka berhasil menembak mati wakil Santoso, Daeng Koro, sementara pentolan MIT itu mampu meloloskan diri. Dan pada November tahun lalu, MIT merilis sebuah video yang menyebut diri mereka sebagai prajurit Negara Islam. Mereka bahkan mengancam pemerintah dan kepolisian Jakarta.
Selain Mujahidin Indonesia Timur, Jemaah Ansharut Tauhid (JAT) adalah salah satu kelompok separatis yang berambisi menguasai Indonesia. Di bawah pimpinan Abu Bakar Ba’asyir, yang juga pernah mengepalai Jamaah Islamiyah, kelompok ini bahkan telah dimasukkan daftar Organisasi Teroris Asing oleh pemerintah Amerika Serikat.
JAT sendiri didirikan pada tahun 2008 silam oleh Ba’asyir. Namun karena terbukti menjadi perencana dan penyandang dana bagi pelatihan kelompok bersenjata di Pegunungan Jantho, Aceh, pada 2010, Ba’asyir lantas dihukum penjara 15 tahun.
Selama menjalani masa tahanannya di Lapas Nusakambangan, Ba’asyir diketahui menyatakan dukungannya terhadap kelompok ISIS. Bahkan, pada tahun 2014 lalu, dia juga diketahui meminta para pengikutnya untuk mendukung gerakan separatis yang dilakukan ISIS.
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) adalah salah satu organisasi separatis yang pernah memicu gejolak di tanah air. Betapa tidak, gerakan yang mereka lancarkan selama hampir 3 dekade itu sempat membuat pemerintah kewalahan untuk membendungnya. Gerakan tersebut juga dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF).
Kelompok separatis yang dibentuk pada 1976 ini kemudian dikepalai oleh Hasan di Tiro. Selama hampir tiga dekade, tokoh besar GAM tersebut bermukim di Swedia dan juga berkewarganegaraan Swedia. Tapi, sehari sebelum dia meninggal, pada 2 Juni 2010, Hasan di Tiro selama hampir tiga dekade bermukim di Swedia dan berkewarganegaraan Swedia berhasil memperoleh status kewarganegaraan Indonesia.
Untuk mewujudkan misinya melepas Aceh dari NKRI, GAM terus berseteru dengan pemerintah. Tak jarang, baku tembak dan pertumpahan darah harus terjadi di antara Indonesia dan GAM. Perselisihan antara RI dan GAM tercatat telah merenggut sekitar 15.000 jiwa.
Sama seperti GAM, tujuan dari organisasi separatis ini adalah untuk melepas Papua dan Papua Barat dari NKRI. Organisasi yang memiliki bendera dengan lambang Bintang Kejora ini diketahui telah memulai aksi militannya sejak Desember 1963. Jika GAM sudah resmi dibubarkan, OPM masih tetap eksis sampai sekarang. Bahkan, setiap tanggap 1 Desember, ada saja yang nekad mengibarkan bendera OPM di Papua. Tindakan tentunya dilarang karena dianggap sebagai sebuah pengkhianatan terhadap bangsa.
Tak jarang dalam aksinya, OPM melakukan tindak kekerasan atau bahkan pembunuhan. Pada tahun 1996, OPM pernah menawan sejumlah orang Eropa dan Indonesia. Beberapa dari mereka ada yang dibunuh dan sisanya dibiarkan hidup. Kebrutalan itu terus berlanjut sampai sekarang, yang sering menimpa anggota polisi atau tentara yang ditugaskan di daerah konflik Papua.
Kelompok separatis ini tidak hanya ditemui di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain di Asia Tenggara. Dinyatakan sebagai organisasi teroris, Jamaah Islamiyah juga melancarkan gerakannya di Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Filipina. Bahkan di Indonesia sendiri, organisasi ini telah dicap sebagai korporasi terlarang.
Banyak tokoh agama di tanah air yang menentang keberadaan kelompok ini. Hal ini karena mereka dianggap tidak memiliki tujuan yang jelas. Dan menurut informasi yang diperoleh intelijen Indonesia, JI rupanya mendapat suntikan dana dari kelompok teroris lain seperti Abu Sayyaf dan Al Qaeda.
Tokoh JI yang paling dikenal adalah Abu Bakar Ba’asyir dan Hambali. Ba’asyir yang sempat dipenjara selama masa pemerintahan Soeharto kemudian melarikan diri ke Malaysia. Di negeri Jiran, dia lantas mengajar ngaji dan mempunyai banyak pengikut. Bahkan, pengikutnya tersebar hingga ke Singapura dan Malaysia. Karena itulah, dia dianggap sebagai pendiri JI.
Inilah lima kelompok separatis yang ngotot banget ingin menguasai Indonesia. Mereka menghalalkan segala cara untuk mewujudkan tujuan tersebut, bahkan sampai rela merenggut nyawa-nyawa yang tak bersalah.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…