Guyuran bonus besar kepada atlet Indonesia di ajang Asian Games 2018 yang berprestasi, tentu semakin membuat kantong mereka semakin tebal. Namun, hal itu seolah berbanding terbalik dengan kondisi para mantan atlet yang kini tak lagi berjaya. Sama-sama membela merah putih di ajang olahraga, nasibnya di masa depan ternyata tak seindah seperti harapan.
Seperti Karni, salah satu mantan atlet Indonesia yang pernah mengharumkan nama bangsa di cabang olahraga dayung. Meski telah memberkian yang terbaik kepada negara, jasanya di masa lalu kini seolah terlupakan. Karni pun harus menelan nasib pahit dan pasrah hanya menjadi seorang tukang kebersihan di masa tuanya. Sosok dirinya yang kini mulai terlupakan, menjadi saksi betapa kerasnya perjuangan atlet di masa lalu.
Di masa mudanya saat menjadi atlet dayung, Karni ditunjuk sebagai perwakilan dari Indonesia, untuk tampil di ajang kejuaraan dayung internasional di Hongkong dan kompetisi Asia di Singapura sekitar tahun 1996 -1997. Bersama dengan timnya, Karni sukses merengkuh 3 medali emas dan 1 medali perak. Bendera Indonesia pun berkibar dengan gagahnya pada saat itu.
“Saat itu saya satu-satunya atlet dayung perempuan dari Blora. Saya berlatih dengan sungguh-sungguh dan tekun. Latihannya di waduk Tempuran,” kata Karni yang dikutip dari blorakab.go.id.
Berbekal prestasinya di atas, Karni kemudian direkrut sebagai sebagai tenaga kontrak dan menjadi petugas kebersihan di tempat wisata oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Blora. Tugasnya pun hanya berkutat di seputaran menyapu, memunguti sampah dan mencabut rumput. Karni yang hanya direkrut sebagai tenaga kontrak, tak bisa memperbaiki posisinya sebagai PNS tetap lantaran terganjal tingkat pendidikan.
“Sampai sekarang saya belum PNS, saya menyadari hanya tamatan SD. Jadi saya syukuri saja,” ungkapnya yang dilansir dari murianews.com
Meski telah mengharumkan nama bangsa, Karni ternyata masih harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup di masa tuanya. Hal ini dikarenakan ia tak menerima tunjangan apapun dari pemerintah saat pensiun sebagai atlet. Miris memang. Jika olahragawan saat ini bergelimang harta karena prestasinya. Karni justru harus puas hanya menjadi tukang sapu yang jauh dari kata sejahtera. Sebuah apresiasi yang tak sebanding dengan pengorbanannya di masa lalu.
Seperti yang dituturkan Karni dalam sebuah video wawancara dengan Metrosports, ia mengungkapkan keengganannya menjadi pelatih karena faktor trauma. Ya, Karni memilih berganti profesi yang jauh dari dunia olahraga karena tak ingin juniornya bernasib sama dengan dirinya. Disanjung saat berprestasi, namun dilupakan di hari tuanya. Sungguh, sebuah hal yang berulang kali terjadi pada para mantan atlet di neger ini.
Di tengah profesinya sebagai petugas kebersihan, Karni masih berharap agar pemerintah daerah memikirkan kembali satutusnya sebagai mantan atlet yang berprestasi. Dengan sederetan medali miliknya yang mulai terlihat usang, ia ingin agar di sisa usianya dapat menerima penghargaan yang layak sesuai dengan apa yang telah ia raih saat masih menjadi atlet dayung.
Miris memang. Nasib mantan atlet Indonesia yang harus terpuruk d hari tuanya, seolah menjadi sebuah seri cerita yang tiada habisnya. Bila dibandingkan dengan generasi olahragawan saat ini, kehidupan mereka bisa dibilang jauh dari kata sejahtera. Mudah-mudahan pemerintah yang masih memiliki hati nurani, agar memperhatikan nasib para mantan atletnya di masa tua.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…