Di Indonesia banyak sekali sekolah yang berdiri di daerah terpencil. Karena tempatnya yang cukup jauh dan susah untuk dijangkau, hal ini menyebabkan tempat pendidikan yang ada di sana minim perhatian dari pemerintah setempat apalagi pusat. Sehingga tak heran jika melihat keadaan sekolah di sana pasti jauh dari kata layak.
Salah satu contohnya adalah MTs Dzikir Pikir. Sekolah tersebut berada di sudut desa daerah Bengkulu. Keadaannya sangat miris karena gedung yang benar-benar hanya seadanya. Tak sampai sana, guru-guru yang mengajar pun dibayar dengan sejumlah uang yang tak lebih dari duit jajan bocah SD. Seperti apa potret yang bakal menampar pemerintah ini? Simak ulasan berikut.
Jangan dipikir jika sekolah ini dibangun oleh pemerintah setempat. Ternyata tempat untuk mengenyam pendidikan ini didirikan oleh pemuda sekitar yang memiliki latar pendidikan dan kepedulian terhadap pendidikan. Sekolah ini dinamakan MTs Dzikir Pikir yang bertempat di Desa Tik Teleu, Kecamatan Pelabai, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Alasan kenapa para pemuda di sana mendirikan sekolah ini adalah tak lain lantaran tingginya angka putus sekolah di sana. Penyebabnya sendiri bukan karena malas atau semacamnya, tapi lantaran susahnya sekolah. Mulai dari jarak yang jauh sampai kelayakannya.
Karena sekolah ini sudah dibangun dari tahun 2011 dan tidak ada bantuan dana dari manapun, menyebabkan bangunannya sudah terlihat tak terawat. Walaupun setiap hari ditempati tetapi pengurus sekolah tak mempunyai biaya lebih untuk merenovasinya. Terlihat sangat memprihatinkan dengan separuh gedung yang terbuat dari papan dan semen seadanya. Nggak hanya itu, sekolah ini juga memiliki plafon yang sudah mulai rusak. Hal ini membuat para murid seolah belajar di tempat berbahaya. Angin pun bisa membuat atap-atap sekolah ini roboh. Tapi hebatnya, para siswa tak peduli dan mereka antusias dengan apa yang mereka lakukan di tempat itu.
Jika guru-guru di kota mengeluh dengan bayaran yang dianggapnya sedikit, tidak dengan pengajar yang ada di MTs Dzikir Pikir ini. Pada awal pertama pendirian sekolah tahun 2011 dan 2012 mereka tak digaji sepeserpun. Dwifa yang merupakan salah satu guru di MTs tersebut mengungkapkan bahwa tenaga pengajar di sana selama dua tahun pertama tidak dibayar. Tetapi hal itu tidak membuat para guru menyerah karena melihat antusiasme para anak didiknya semangat untuk meraih cita-cita. Bagusnya guru-guru seperti ini yang diberi tunjangan. Jangan mereka yang cuma ngajar seadanya kemudian ongkang-ongkang.
Pada tahun 2013 ada program yang berguna untuk kesejahteraan sekolah yang dinamakan Bantuan Operasional Siswa. Dengan adanya program tersebut para guru ini bisa menarik nafas lega karena sudah mulai ada gaji. Tetapi bayaran yang diterima sangat menyakitkan hati. Itu semua karena tak sebanding dengan perjuangan yang mereka lakukan selama ini. Dari tahun 2013 sampai 2015 mereka menerima gaji sebesar Rp 90.000 per tiga bulan. Kemudian untuk tahun 2016 baru gaji naik menjadi Rp 100.000 per bulan. Tukang parkir saja cuma butuh waktu satu jam untuk mendapatkan uang sejumlah ini, nggak perlu bikin silabus pula.
Menjadi guru di tempat terpencil seperti ini memang nggak mudah. Butuh keikhlasan hati untuk menjalaninya. Seperti yang dilakukan Dwifa ini, ia tak peduli dengan gaji yang diterima. Itu semua karena niatnya ingin menjadikan anak-anak yang ada di sekolah tersebut menjadi lebih berwawasan. Untuk membiayai hidupnya ia bekerja juga sebagai petani. Sehingga ia tak pusing dengan bayaran yang ia terima ketika menjadi guru. Namun demikian harus pemerintah tetap mengapresiasinya dengan tunjangan dan fasilitas yang layak.
Hiriani adalah salah satu pengajar di MTs Dzikir Pikir yang paling junior. Itu semua karena ia baru menjadi guru di sekolah itu selama 6 bulan. Sebenarnya Hiriani sudah tau dengan gaji minim yang akan ia terima selama mengajar. Namun, wanita itu mengaku jika ia sudah sangat senang bisa berbagi ilmu dengan muid-murid di sana. Selain itu ia menjadi guru di sana karena atas panggilan hatinya mengabdi di kampung halaman. Sungguh mulia ya..
Kepala Sekolah MTs Dzikir Pikir ini ternyata mempunyai gelar master di bidang Agama Islam. Ia sendiri mengaku bahwa banyak tawaran kepadanya untuk mengajar di perguruan tinggi yang sudah pasti gajinya menggiurkan. Tetapi hal itu tidak menggoyahkan Sukamdani untuk tetap berdedikasi pada kampung halamannya ini. Ia menginginkan agar sekolah yang ditempati sekarang bisa menghasilkan anak-anak yang pintar di akademik dan agama juga.
Sekolah ini bisa dijadikan contoh bagi anak dan guru yang ada di luar sana. Itu disebabkan tempat pendidikan satu ini banyak memberikan contoh yang baik. Dari muridnya yang tak malas belajar walaupun kondisi sekolah sangatlah miris. Dan guru-guru yang memberikan pengajaran dengan ikhlas meskipun gaji yang diterima di bawah rata-rata. Yuk bersyukur dengan keadaan sekolah kita yang masih jauh lebih baik daripada MTs Dzikir Pikir ini.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…