Rencana dari Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, untuk menyulap wajah Monas menjadi sebuah taman layaknya Central Park di New York, memunculkan beragam komentar. Seperti yang kita tahu, Monas merupakan sebuah kawasan wisata yang selalu dipadati oleh pengunjung pada saat musim liburan maupun saat akhir pekan.
Selain rakyat yang diuntungkan dengan wacana make over Monas tersebut, secara tidak langsung juga bisa menjadi suatu kebanggan bagi pejabat DKI Jakarta, khususnya bagi Sandiaga Uno dan Anies Baswedan. Meski masih sebatas rencana, jika hal tersebut terjadi, tentu akan memberikan nilai lebih yang manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat Jakarta.
Warga Jakarta yang sering mengunjungi kawasan Monas, tentu familiar dengan papan bertuliskan “Dilarang Menginjak Rumput. Toh, hal tersebut juga sering dilanggar oleh mereka. Oleh sebab itu, pemerintah DKI bakal menyulap areal di sekitar Monas seperti Central Park-nya New York, menjadi sebuah taman bermain, dimana masyarakat bisa beraktivitas di atas rumput. Jadi bebas diinjak.
Berbeda dengan konsep “taman” dengan larangan menginjak rumput yang dianut oleh Monas, kawasan Central Park di New York justru membolehkan pengunjungnya melakukan beragam kegiatan positif di atas rumput. Hal ini dimungkinkan karena rumput tersebut senantiasa dirawat secara rutin oleh petugas khusus. Alhasil, strategi tersebut membuat pengunjung merasa betah nyaman berada di lokasi tersebut.
Semua masyarakat paham, bahwa Jakarta merupakan gudangnya macet dan polusi asap dari kendaraan bermotor. Hal ini diperparah dengan tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor dari tahun ke tahun. Belum lagi kurangnya area ruang hijau di Jakarta, jadi tambah bikin frustasi.
Dengan perubahan kawasan Monas menjadi Central Park, tentu akan menjadi sebuah ruang hijau “raksasa” yang bisa mengurangi polusi asap tersebut. Di New York Sendiri, Central Park juga difungsikan sebagai “penyedot polusi raksasa” yang alami, di mana terdapat ratusan pohon yang rimbun ditanam untuk hal tersebut. Jadi, hawa udaranya pun terasa lebih segar dari sebelumnya.
Di balik sebuah rencana pembangunan taman kota, pasti terselip unsur ekonomis di dalamnya. Tidak hanya di luar negeri, hal ini mungkin juga diterapkan di Indonesia. Ramainya pengunjung kawasan Monas, juga menjadi magnet tersendiri bagi pedagang kaki lima. Meski begitu, pemerintah Jakarta melarang untuk berjualan di tempat tersebut karena banyak pedagang yang tidak mematuhi larangan yang ada.
Jika rencana ini berjalan, tentu Monas akan segera berbenah, terutama bagaimana menyediakan tempat yang layak bagi pedagang untuk berjualan. Berkaca dari Central Park New York, di dalamnya terdapat pedagang yang menjual makanan dan minuman cepat saji dengan gerai portable. Meski begitu, kesadaran mereka tentang kebersihan cukup tinggi. Misalnya, mereka memasang sendiri tulisan “Keep The Park Clean”. Jika dibandingkan dengan pedagang di Monas, jangan dibayangin deh!
Luasnya areal Monas juga banyak dimanfaatkan untuk berolahraga. Misalnya, seperti lari-lari kecil, senam dan bahkan digunakan untuk berdemo. Jika perubahan Monas ke depannya mengikuti desain seperti Central Park, tentu pengunjung akan semakin tertarik untuk berolahraga di sana. Selain menikmati udara segar, mereka juga bisa berolahraga di atas rumput yang sebelumnya dilarang.
Hal ini juga berbanding lurus dengan pengunjung Central Park di New York. Banyak dari mereka memanfaatkan taman kota seluas 315 hektar tersebut sebagai tempat yang nyaman untuk berolahraga. Selain melepas lelah di bangku taman, banyak pengunjung yang bebas merebahkan tubuhnya di atas rumput jika merasa lelah setelah berolahraga.
Ketika musim hujan tiba, Kebanyakan wilayah Jakarta pasti tergenang banjir. Dan Itu adalah sebuah fakta miris yang tak terbantahkan. Jika proyek “Monas Going To Central Park” ini resmi dilakukan, bukan tak mungkin pepohonan yang akan ditanam bisa menjadi semacam resapan alami, yang akan menampung derasnya air hujan agar tidak mengenangi Ibukota.
Jika mengacu pada Central Park, kita bisa melihat seberapa sering kota New York tergenang banjir meski dilanda hujan yang cukup sering. Disinilah peran Central Park dibutuhkan. Kawasan yang difungsikan sebagai area hijau tersebut, juga berperan menjadi sebuah resapan air lewat deretan pepohonan dan danau yang ada. Hal ini tentu dapat mengurangi debit air yang akan merendam Kota New York.
Kawasan Central Park sendiri telah menjadi ikon bagi kota New York sebagai taman kota terluas di Amerika Serikat. Tentu saja, hal ini bisa menjadi daya tarik wisata bagi pengunjung di luar New York. Terbukti, taman kota yang dibangun pada 1857 tersebut justru didominasi oleh pelancong dari luar kota New York. Sisanya merupakan pengunjung dari warga lokal dan pekerja kantoran di sekitar Central Park.
Dengan adanya perubahan pada kawasan Monas menjadi seperti Central Park, taman baru ini bisa menjadi ikon pariwisata sekaligus kebanggaan masyrarakt DKI Jakarta. Dengan Dengan konsep tampilan taman yang modern, udara yang segar dan terjaga kebersihannya, bisa menjadi senjata yang ampuh untuk menarik pelancong untuk berkunjung
Bicara masalah pemasukan, tentu merupakan topik yang sangat menarik untuk dibicarakan. Terlebih, oleh pemerintah DKI Jakarta. Dengan dibangunnya kawasan Monas seperti Central Park, tentu akan semakin menarik minat warga Jakarta maupun non Jakarta untuk datang berkunjung. Idealnya, pemerintah bakal mendapatkan pemasukan dari retribusi parkir dan papan reklame yang mungkin ditempatkan pada areal taman tersebut. Toilet umum juga kali ya, kan bayar tuh!
Mungkin berbeda konsep dengan Monas, Central Park lebih banyak menggratiskan sarana publiknya agar masyarakat tertarik berkunjung ke tempat tersebut. Pengunjung yang datang pun tak perlu risau harus bayar karcis parkir dan bayar lagi ketika menggunakan toilet umum. Bisa jadi hanya pedagang makanan saja yang terkena pajak karena berjualan di areal Central Park tersebut.
Terlepas jadi atau tidaknya rencana perombakan kawsan Monas tersebut, pemerintah juga harus memperhatikan beberapa hal kecil. Seperti kebiasaan orang Indonesia yang kurang menjaga kebersihan dan kerapian, kemanan serta adanya pungli. Hal tersebut bisa saja terjadi pada saat acara pembukaan maupun pada momen hari besar maupun liburan. Memang tidak gampang untuk mengatasi hal tersebut. Meski begitu, jangan sampai rencana hebat tersebut hanya sebagai “kedok” belaka untuk menguntungkan segelintir elite pemerintahan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…