Warga kota Bandung pastinya sudah nggak asing lagi dengan kawasan Dago Pakar. Taman Hutan Raya yang terletak di utara kota Bandung ini memang memiliki pesona keindahan alam yang menyejukkan. Selain dipenuhi dengan berbagai macam jenis pepohonan rimbun, di dalam kawasan ini juga terdapat peninggalan sejarah.
Peninggalan sejarah berupa Goa Belanda Goa Jepang menjadi daya tarik tambahan. Selain karena nilai estetikanya, berbagai kisah mistis dan misteriusnya juga sungguh bikin penasaran. Salah satunya adalah soal pantangan menyebut kata “lada”. Kenapa pantang menyebut kata “lada”? Apa yang terjadi jika seseorang nekat mengucapkan kata itu?
Saat berada di Goa Jepang dan Goa Belanda, kita harus sangat berhati-hati ketika berbicara. Menurut masyarakat setempat, kata “lada” pantang diucapkan. Karena kata tersebut berkaitan dengan nama seorang tokoh masyarakat yang begitu dihormati, yaitu Eyang Lada Wisesa. Kalau seseorang nekat mengucapkan kata “lada” konon akan mengalami hal-hal mistis.
Menurut kabar yang beredar, kalau nekat mengucapkan “lada” nantinya bakal mengalami hal-hal aneh. Ada yang bisa tiba-tiba jatuh, merasakan hawa yang bikin bulu kuduk merinding, sampai yang paling parah bisa kesurupan. Hal-hal mistis dan aneh memang kerap terjadi di tempat-tempat yang menjadi peninggalan sejarah. Goa Jepang di Dago Pakar ini sendiri dibuat tahun 1942 dengan bantuan tenaga para pekerja romusha. Tapi nggak sempat terselesaikan, dan kabarnya goa tersebut juga tidak pernah direnovasi. Goa yang umurnya puluhan tahun dan dibuat dengan tenaga para pekerja paksa pasti meninggalkan banyak misteri.
Kondisi goa yang lembap dan gelap saja sudah menciptakan atmosfer yang aneh. Kesannya memang angker. Untuk masuk ke dalamnya pun sebaiknya membawa senter. Ada banyak cerita yang beredar soal penampakan misterius. Seperti kemunculan sosok yang menyerupai tentara tanpa kepala. Juga ada cerita soal suara derap langkah kuda yang begitu gaduh dibarengi dengan berbagai suara lainnya. Bahkan ada yang pernah foto di dalam goa mendapati penampakan yang menyerupai pocong dan kuntilanak. Well, memang sulit untuk memastikan kebenaran setiap cerita soal penampakan. Karena kadang berbagai cerita misterius seperti ini juga tercampur dengan berbagai macam asumsi dan imajinasi.
Percaya atau tidak pada mitos yang beredar, itu semua kembali pada diri masing-masing. Yang penting kita jangan sampai merusak kelestarian alam dan peninggalan sejarah. Hormati juga budaya atau keyakinan masyarakat setempat. Jangan sampai memiliki niat buruk atau bertingkah yang aneh-aneh kalau kita tak ingin celaka.
Nggak perlu takut atau keburu paranoid duluan. Kawasan Dago Pakar tetap menyenangkan kok untuk dinikmati. Kawasan cocok dikunjungi dan dijelajahi untuk melepas penat dan pikiran jenuh. Kalu nggak suka dengan goa, kamu bisa memilih alternatif kegiatan menyenangkan lainnya. Seperti naik kuda atau menikmati air terjun Maribaya (Curug Maribaya). Bersantai sambil menikmati jagung rebus pun bisa kamu lakukan di sana.
Untuk amannya memang kalau mengunjungi Goa Belanda dan Goa Jepang di kawasan Dago Pakar jangan nekat melanggar pantangan yang diyakini warga setempat. Nggak ada salahnya juga kan berusaha tetap menghormati mitos yang beredar. Daripada nekat usil melanggar, tapi kemudian jadi sial sendiri, ya kan?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…