Masa lalu yang penuh lika-liku historis antara Indonesia dan Belanda memang sangat membekas hingga saat ini. Terlebih, penjajahan selama berabad-abad yang dilakukan oleh negeri Kincir Angin itu telah meninggalkan sejumlah kenangan pahit di antara masyarakat. Salah satunya adalah peristiwa pembantaian yang terjadi di masa lalu.
Kini, luka tersebut seakan kembali terbuka setelah Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti berkunjung ke Indonesia. Mereka yang menolak kedatangan dua bangsawan tersebut merupakan korban dari kekejaman Raymond Westerling, yang dulu pernah membantai ratusan rakyat sipil. Nada-nada penolakan pun mulai bermunculan.
Mereka yang menolak kedatangan Raja dan Ratu Belanda, merupakan korban pembantaian tentara Belanda yang dipimpin oleh Raymond Westerling. Salah satunya adalah sosok Abdul Halik yang kini berusia 82 tahun. Sang ayah yang bernama Becce Beta saat itu menjadi korban eksekusi brutal Westerling pada tahun 1947. “Pemerintah Belanda harusnya tahu diri, memikirkan apa yang pernah dilakukan oleh tentara itu atas perintah neneknya (Raja Willem-Alexander). Itu harus disadari,” kata Halik yang dikutip dari BBC (09/03/2020).
Senada dengan Halik, beberapa keluarga korban kekejaman Westerling seperti Ismail Rahim dan Andi Kafrala, juga ikut datang ke kedutaan besar Belanda di Jakarta. Sebelumnya, mereka telah berkirim surat pada pihak kedubes melalui pengacara sekaligus aktivis Lidik Pro, Irwan Lubis, yang mendampingi Ismail dan Andi. Semua masih belum bisa melupakan pembantaian massal yang dilakukan oleh Westerling di masa lalu.
Salah satu hal yang mungkin masih dirasakan sangat mengganjal adalah, tidak adanya permintaan maaf dari pemerintah Belanda terhadap anak cucu dari korban pembantaian di masa lalu. Bahkan, beberapa dari korban perang belum menerima kerugian dari pemerintah Belanda. Hal inilah yang kemudian dianggap tidak adil oleh Abdul Halik, yang juga tak bisa mengajukan ganti rugi karena terkendala masalah gugatan yang dianggap telah kadaluwarsa oleh pemerintah Belanda. Meskipun demikian Raja Willem meminta maaf di hadapan Jokowi terkait apa yang pernah bangsanya lakukan di masa lalu.
Acara kunjungan Raja dan Ratu Belanda ini juga dijadwalkan akan mengunjungi beberapa tempat. Salah satunya adalah Taman Makan Pahlawan (TMP) Kalibata untuk menghormati korban-korban perang kemerdekaan. Namun, niat tersebut justru dikritik dengan keras oleh pendiri Histori Bersama, Marjolein van Pagee . “Itu munafik dan sangat memalukan. Berani-beraninya mereka mengunjungi tempat itu? Kita tahu mereka tidak menghormati para korban perang,” ucapnya yang dikutip dari BBC (09/03/2020).
BACA: TERKUAK! Foto Perjuangan Indonesia yang Selama ini DISEMBUNYIKAN oleh Belanda
Secara resmi, kedatangan Raja dan Ratu Belanda dimaksudkan untuk kerjasama dalam cakupan yang lebih luas. Terutama di bidang perdagangan. Tercatat, Indonesia merupakan negara pengekspor komoditas penting seperti minyak sawit, asam lemak monokarboaksilat, dan biodiesel ke Belanda. Jelas, tak ada wacana untuk menguak masa lalu dalam pertemuan tersebut. Namun tetap saja sejarah memang tidak akan pernah bisa dihapuskan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…