Pernah kamu bayangkan seperti apa dunia ini seandainya terjadi suatu bencana maha dahsyat atau perang dunia ketiga? Peradaban mungkin akan musnah, banyak negara porak-poranda, perekonomian lumpuh seketika, serta korban jiwa yang tumbang tak terhitung jumlahnya.
Satu hal lagi yang mungkin luput dari perhatian kita adalah menipisnya stok makanan. Bencana atau perang berskala besar akan menyebabkan orang-orang berebut makanan yang tersisa untuk bertahan hidup. Di sisi lain, akibat bencana atau perang tersebut, lahan-lahan subur yang dapat ditanami akan semakin menipis dan keanekaragaman pangan akan lenyap. Lalu bagaimana cara untuk mengantisipasi hal tersebut?
Didirikanlah sebuah fasilitas bernama Gene Bank atau bank genetik khusus untuk menyimpan benih pangan. Tempat ini bertujuan untuk melestarikan dan membudidayakan keanekaragaman hayati produk pertanian atau tumbuhan. Premis tempat ini dilandasi atas kepercayaan bahwa musnahnya varietas suatu pangan sama halnya dengan kepunahan dinosaurus atau spesies hewan lainnya yang tak dapat kembali dipulihkan.
Di dunia tersebar lebih dari 1.700 bank genetik yang menyimpan beragam benih pangan. Namun, tempat-tempat tersebut berada di lokasi yang rawan terhadap bencana alam atau peperangan. Selain itu, kendala lainnya yang dihadapi oleh fasilitas tersebut adalah kurangnya pendanaan baik dari pemerintah atau swasta serta buruknya manajemen yang ada.
Untuk mengatasi semua tantangan tersebut, dibangunlah Global Seed Vault.
Svalbard Global Seed Vault atau Doomsday Vault (kubah hari kiamat) adalah tempat penyimpanan aneka ragam benih terbanyak dan terbesar di dunia. Fasilitas ini berada di kaki gunung di pulau Arktik yang berada di antara Norwegia dan Kutub Utara.
Fasilitas yang dibangun dengan dana senilai US$9 juta ini secara administrasi dimiliki oleh kerajaan Norwegia, namun ditujukan bagi kebaikan seluruh dunia. Global Crop Diversity Trust, sebuah organisasi internasional, akan ikut mendukung operasional tempat ini serta mendanai pengiriman benih yang umumnya diambil dari berbagai bank genetik yang ada di negara-negara berkembang.
Seperti yang telah diuraikan di paragraf awal, bank penyimpanan benih yang ada saat ini cukup rawan dari terpaan berbagai bencana atau peperangan yang bisa terjadi kapan saja. Mereka pun mendapat ilham untuk membangun Seed Vault, sebagai tempat penyimpanan benih yang tahan terhadap segala kemungkinan buruk yang bisa manusia prediksi.
Fasilitas yang didirikan pada tahun 2008 ini bertujuan agar benih-benih ini dapat digunakan sebagi cadangan makanan dan juga agar manusia tak serta merta memulai proses agrikultur dari nol lagi apabila sewaktu-waktu bencana massal atau perang badar terjadi.
Mungkin kamu heran, mengapa tempat sepenting ini didirikan jauh di pelosok bumi? Itu karena area ini merupakan lokasi terbaik untuk menimbun benih. Bangunan ini dikonstruksi ke dasar bumi hingga kedalaman 120 meter, sehingga ruangan tempat benih-benih disimpan akan tetap dingin secara alami sehingga tak diperlukan suplai listrik yang besar untuk mendinginkannya.
Benih-benih tersebut akan dibungkus foil khusus tiga lapis yang dimasukkan ke dalam kotak dan disimpan pada rak yang tingkat suhunya minus 18 derajat celcius. Kenapa didinginkan? Supaya benih ini dapat tetap terjaga dan digunakan hingga sedekade atau bahkan seabad kemudian.
Secara geologis, area ini juga sangat stabil dengan tingkat kelembabab yang rendah. Soal keamanan, lokasi ini menjadi tempat yang paling aman jika dibandingkan dengan lokasi lainnya. Selain jarang dilanda bencana, lagipula negara mana yang mau berperang di lokasi ekstrem seperti ini?
Seed Vault punya kapasitas untuk menyimpan 4,5 juta sampel benih. Setiap sampelnya berisi sekitar 500 benih, sehingga di dalam kubah tersebut total maksimum benih yang dapat disimpan adalah 2,25 miliar. Namun, saat ini kubah tersebut hanya menyimpan sekitar 880 ribu sampel saja. Ke depannya, akan ada lebih banyak kiriman benih hingga mencapai batas maksimum penyimpanan.
Mereka mengutamakan benih yang punya peran paling penting untuk menopang kebutuhan pangan di masa mendatang. Benih-benih yang disimpan di fasilitas ini diantaranya adalah beras, kacang polong, kentang, terong, selada, gandum, serta masih banyak varietas unik lainnya yang kebanyakan berasal dari Afrika, Asia, dan Eropa.
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, tempat ini juga memiliki beberapa fakta unik lainnya. Misalnya konstruksi, kubah ini ternyata dirancang untuk tahan dari terjangan bencana global, entah itu wabah penyakit atau bencana nuklir sekalipun.
Kemudian untuk biaya operasionalnya, fasilitas ini membutuhkan dana sekitar US$100 ribu (sekitar Rp1,3 miliar) setiap tahunnya. Jumlah yang tergolong sedikit untuk fasilitas dengan tujuan mulia seperti ini. Untuk benih, ternyata tak semua jenis bisa disimpan di sini. Misalnya seperti buah pisang, yang tak punya biji. Atau kelapa yang tak bisa diawetkan dalam suhu yang kering dan beku.
Tempat ini mungkin aneh dan tidak biasa, tapi pada kenyataannya eksistensi Kubah hari kiamat ini begitu penting. Meskipun mungkin takkan ada perang atau bencana, tapi keberadaan tempat ini tetap dibutuhkan. Misalnya di masa global warming seperti sekarang ini di mana manusia tetap butuh agar bibit pangan tetap aman.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…