Memang benar, prank di zaman sekarang ini dimaknai sebagai sesuatu guyonan yang bisa dikatakan membohongi seseorang dan bersifat ‘mengerjai’, diatur seolah-olah serius namun ternyata hanya bohongan dengan tujuan supaya target prank merasa kaget, terkejut, atau bahkan malu.
Konten prank sebenarnya tak melulu berisi hal yang buruk kok, tapi di Indonesia prank biasanya mengarah ke hal yang negatif dan merugikan. Semakin parah bahkan, beberapa waktu yang lalu, sekelompok waria menjadi korban dari seorang YouTuber bernama Ferdian Paleka. Ia viral karena membagikan kardus kepada para waria yang ada di pinggir jalan di Bandung.
Namun, setelah dibuka isi dari bingkisan tersebut bukan makanan atau sesuatu yang berharga, melainkan sampah dan batu-bata. Siapa coba yang tidak murka, prank seperti ini jelas saja sudah masuk kategori ‘konten sampah’ yang kreatifnya kebablasan dan harus dihilangkan.
Kejadian seperti ini bukannya sekali dua kali terjadi. Sebelum Ferdian Paleka viral, sudah ada Hassanjr11 yang mengunggah konten prank menyuruh orang puasa membatalkan puasanya dengan ganjaran uang 10 juta Rupiah. Ada pula konten cancel pesanan makanan ojek online yang nilainya jutaan, prank bunuh diri, prank ajak wik-wik istri. Semuanya jelas tidak memberikan edukasi, di satu sisi malah bisa merugikan pihak lain.
Tetapi, mirisnya konten seperti ini laku-laku saja. Mengapa? Karena, video-video yang berisi prank memang sudah diminati dari dulu. Dengan begitu, prank merupakan salah satu cara untuk mendapatkan adsenses dengan mudah. Konten-konten prank akhirnya menjadi budaya dan diikuti oleh banyak orang. Kadang, di YouTube ada jenis prank apa saja yang lagi trend, sehingga para konten kreator akan membuat video dengan ide yang sama –hanya beda target yang akan di-prank saja.
Selanjutnya, setelah viral, para YouTuber akan hapus video dan melakukan klarifikasi minta maaf dan menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah sebuah kesalahan. Ini udah template banget deh, setelah viral videonya menghilang. Kalau tidak beruntung, maka akan mendapat hujatan dari netizen, akun YouTube yang terkena report (menghilang), dan digeruduk warga (dalam kasus Ferdian Paleka).
Sampai saat ini pihak Google memang belum memberikan tanggapan atas viralnya video-video prank yang dilakukan banyak Youtuber. Akan tetapi, Youtube sudah punya kebijakan akan menghapus konten prank yang dianggap sudah kelewat batas alias berlebihan atau sudah berbahaya. Selain itu, dalam mengunggah konten, para pembuat konten sendiri seharusnya menaati aturan yang sudah ada. Konten yang dipertontonkan tidak boleh merugikan atau berbahaya, berisi kekerasan, SARA, serta pembuat konten harus mempertimbangkan bagaimana dampaknya terhadap anak-anak yang menonton. Karena, Youtube melindungi anak-anak di bawah umur dalam ekosistem YouTube.
BACA JUGA: 4 Ide Konten yang Seharusnya Tak Lagi Digunakan oleh Para YouTuber Penghamba Adsense
Selain itu, ke depan semoga pihak berwajib ikut memberikan pelajaran kepada para YouTuber yang ‘asal’ dalam membuat konten ini. Tindak lanjut dari pihak berwenang seperti polisi akan memberikan efek jera, sehingga prank-prank lain yang tidak bisa membahayakan, membuat malu, serta merugikan orang lain ini tak lagi menjadi trend.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…