Memiliki hidup sempurna memang adalah keinginan semua orang. Tapi kalau kematian yang indah? Ya, mungkin semua orang menginginkannya, namun tak semuanya benar-benar mengejar kematian yang diinginkan. Padahal, kematian yang bagus akan menentukan hidup kita setelahnya. Dalam agama, akhirat adalah hal nyata dan baik buruknya kehidupan di sana selalu bergantung dengan bagaimana kematian.
Baik buruk kematian biasanya bergantung bagaimana dengan hidup. Jadi, kalau hidupnya biasa-biasa saja, maka kematiannya pun takkan spesial. Tapi sebaliknya, ketika seseorang selama hidupnya banyak melakukan hal hebat dan bermanfaat besar, biasanya matinya akan sangat luar biasa dan menghebohkan.
Enaknya bisa mati dengan cara asyik, tak hanya bisa jadi kabar berita yang bagus, tapi bagi yang mengalaminya pasti jadi berkah tersendiri. Nah, berikut adalah skenario kematian yang paling diinginkan banyak orang.
Kematian terbaik sebenarnya adalah di saat yang paling membahagiakan. Bagi yang sudah punya pasangan, merasakan dekapan istri rasanya tak bisa terlukiskan. Saat itu, kita ada di posisi paling nyaman dan dalam kondisi cinta yang begitu besar kepada istri. Mati dalam keadaan yang serba bahagia seperti itu tentu saja tak semua orang bisa.
Harta tak pernah akan dibawa mati, takkan pernah. Namun, mereka bisa dibawa si empunya jika sebelumnya telah disedekahkan. Bahkan esensi harta yang kekal atau yang kita bawa mati, justru adalah yang dikeluarkan, bukan yang disimpan.
Setelah melakukan kebaikan selalu rasanya nyaman dan hangat di hati. Apalagi jika yang dilakukan adalah kebaikan yang besar. Misalnya saja menemukan obat paling mujarab di dunia. Rasanya tentu sangat menyenangkan ketika tahu setiap orang bisa sembuh dengan obat yang kita ciptakan.
Seandainya Superman ada di dunia nyata, maka ketika mati ia akan selalu dikenang karena kebaikannya yang besar. Meskipun fiksi, namun bukan berarti kita tak bisa melakukan jalan hidup seperti sang pahlawan. Akan selalu ada tempat yang membutuhkan kebaikan dan keadilan.
Tidur adalah saudaranya mati. Saat tertidur kita memang masih hidup, namun sejatinya kita mati. Tidur dalam kematian menurut banyak orang adalah sebaik-baiknya cara untuk meninggal. Tanpa rasa sakit, tanpa meraung-raung, tenang dan seperti tidak ada beban.
Hutang yang tak terbayarkan setelah mati, ibarat kita tengah berjuang dengan bergelantungan di ujung sebuah tebing. Namun, di bawah kaki kita ada sebuah beban yang membuat perjuangan untuk menepi dari jurang makin susah. Hutang adalah kewajiban, bahkan sampai mati pun nilainya tetap wajib.
Selain hutang, dosa adalah pemberat kita setelah mati. Ya, makin besar dosa maka makin susah menjalani kehidupan selanjutnya. Maka, skenario mati selanjutnya yang paling diinginkan manusia adalah meninggal tanpa dosa.
Kematian adalah hal yang tak mungkin bisa diketahui. Bisa sedetik lagi, bisa beberapa menit lagi, atau bahkan 50 tahun lagi. Dalam waktu yang tidak tertentu itu kematian akan terjadi dan biasanya cara seseorang mati akan sama seperti kebiasaannya saat hidup.
Nah, sebagai aksi preventif biar tidak mengalami kematian buruk, maka tak ada jalan lain selain menghentikan kebiasaan buruk dan kemudian diganti dengan yang baik-baik. Masih selalu ada kesempatan, mumpung kematian belum menunjukkan tandanya.
Fenomena viral Arra, bocah lima tahun yang dikenal karena kepandaiannya berbicara dengan gaya dewasa, kembali…
Nama Fedi Nuril akhir-akhir ini kembali dikenal publik. Bukan karena kembali membintangi film dengan tokoh…
Kamis (20/3/2025) pukul 03.00 WIB, saat asyik scrolling media sosial X sambil sahur, mata tertambat…
Dunia aviasi Indonesia bakal semakin berwarna dengan kehadiran burung-burung besi baru. Indonesia Airlines, sebuah perusahaan…
Lagi-lagi rakyat Indonesia dibikin geleng-geleng kepala oleh ulah aparat penegak hukum. Kali ini kasusnya sedang…
Baru-baru ini, dunia hiburan Korea Selatan diguncang oleh skandal yang melibatkan aktor papan atas, Kim…