3. Pembunuh Berantai Mengalami Kerusakan Otak
Seorang psikologis bernama Dr. Doroty Lewis merilis sebuah studi pada tahun 1986 tentang kerusakan otak dari pembunuh berantai. Hal ini didasari penelitian yang ia lakukan kepada 15 narapidana di penjara. Dari 15 orang pembunuh itu hampir semua mengalami benturan di kepala hingga otaknya mengalami gangguan atau kerusakan. Hal ini membuat Doroty mengaitkan hubungan antara pembunuh dan juga kerusakan otak.
Penelitian yang dilakukan oleh Doroty banyak mengalami kritik. Ilmuwan lain menyebutkan jika penelitian ini tidak valid, karena hanya mengambil sample yang sedikit. Penelitian Doroty tidak mewakili semua narapidana pembunuh. Karena jika hal ini diterima mentah-mentah, tindakan membunuh hanya akan menjadi gejala orang mengalami kerusakan otak. Padahal tidak semua orang yang mengalami kerusakan otak merupakan pembunuh.