Baru-baru ini, kita banyak mendengar berita tentang guru yang kena masalah gara-gara mendisiplinkan muridnya. Orang tua murid tersebut tidak terima hingga akhirnya memutuskan untuk ‘menindak’ si guru. Ada yang dilaporkan, tapi ada juga yang ditantang berkelahi hingga dihajar.
Kalau memang tindakan ‘mendisiplinkan’ ini kelewat batas, memang tidak heran kalau orang tua ikut marah. Tapi kalau masih wajar, tentu deretan kejadian tersebut sangat miris. Berikut ini beberapa diantaranya.
Beberapa waktu lalu, Nurmayani Salam yang merupakan guru SMPN 1 Banteng harus menghadapi jeruji besi gara-gara mencubit salah satu siswanya. Guru Biologi tersebut menjadi tahanan sejak Kamis, 12 Mei lalu sambil menunggu kasusnya disidangkan.
Masalah itu bermula ketika saat akan melaksanakan shalat Dhuha, dua orang murid bermain siram-siraman sisa air pel dan mengenai guru tersebut. Karena itulah ia kemudian mencubit siswa tersebut. Ternyata orang tua murid tidak terima dan malah membawanya ke ranah hukum. Permintaan maaf guru tersebut juga tidak dipedulikan oleh keluarga siswa.
Nurmayani Salam sampai stres berat karena kasus ini hingga penyakit diabetes keringnya kambuh kembali. Bahkan di malam-malam pertama menjalani masa tahanan, wanita malang ini juga beberapa kali jatuh pingsan.
Di Banyuwangi, seorang guru SD juga diadili gara-gara menindak siswanya yang memukuli 4 teman kelasnya. Guru bernama Rahman itu mendapati seorang sisi menangis gara-gara ditendang dan dipukul temannya. Ternyata, 3 siswi lain juga mengaku mengalami hal yang sama.
Melihat masalah ini, jelas Rahman memanggil siswa itu dan menanyainya. Ternyata ia mengaku dan Rahman menghukum dengan memukul kakinya dengan penggaris. Sepulang sekolah, siswa tersebut melapor pada ibunya yang kemudian membawa masalah ini ke ranah hukum.
Rahman akhirnya harus berurusan dengan hukum. Untungnya, ia dibebaskan karena hakim menganggap pemberian sanksi berupa memukul betis kanan dan kiri di bagian belakang masih sesuai dengan kaedah pendidikan dan bukan tindak pidana.
Kejadian bermula saat Aop Saopudin, guru SD di Jawa Barat melakukan razia rambut gondrong di kelas 3. Ia menemukan 4 siswa yang berambut gondrong dan tidak sesuai peraturan sehingga ia melakukan tindakan disiplin dengan memotong rambut mereka ala kadarnya. Ternyata salah satu orang tua murid tidak terima dengan perlakuan tersebut.
Iwan yang merupakan ayah salah satu siswa langsung mengangkat kerah baju Aop dan menantangnya di sekolah, tapi berhasil dilerai. Sorenya, ternyata Iwan kembali menghampiri Aop dan memukul kepalanya yang mengenakan helm. Iwan memaksa guru honorer tersebut kembali ke sekolah. Di sana, ia mengintimidasi Aop dan menggunting rambut guru tersebut.
Belum puas mempermalukan si guru, Iwan melaporkan Aop atas tuduhan melakukan diskriminasi. Ternyata warga juga akhirnya melaporkan balik Aop atas tuduhan perbuatan tidak menyenangkan sehingga keduanya sama-sama diadili. Aop awalnya mendapat hukuman percobaan tingkat pertama, tapi dibebaskan karena memang tugasnya mendidik dan mendisiplinkan siswanya. Sementara itu, Iwan yang awalnya juga dihukum percobaan akhirnya mendapatkan penjara 3 bulan.
Di MTS Al-Fauzan, Sumatera Utara kejadian yang tidak kalah miris juga terjadi. Ustad Ali Bata Ritonga yang merupakan guru di sekolah tersebut dihajar oleh orang tua siswa dan muridnya sendiri sampai babak belur. Tulah hidungnya patah, gigi goyang, dan pendengarannya juga terganggu karena penganiayaan tersebut.
Kejadian bermula saat siswa tersebut tidak terima dihukum berupa dicubit saat ujian. Guru tersebut sudah memberi waktu 25 menit untuk menghafal angka satu sampai sepuluh dalam bahasa Arab. Murid yang tak bisa menjawab dengan benar akhirnya mendapat hukuman cubit.
Saat giliran siswa tersebut, ia malah balik mengancam dengan mengepalkan tinju. Ali akhirnya mengambil rol papan dan memukul pantatnya serta memintanya untuk menemui guru BP. Tapi tidak lama orang tuanya datang dan malah menghajar guru malang tersebut. Ironisnya, siswa tersebut juga ikut-ikutan menghajarnya. Kasus tersebut segera dibawa ke ranah hukum dan tersangka akhirnya ditahan.
Miris rasanya melihat kasus-kasus seperti ini. Masalahnya guru tidak hanya berperan untuk memberikan pelajaran sekolah saja, tapi juga mendidik perilakunya. Sayangnya terkadang kalau murid tidak bisa diatur, guru disalahkan. Tapi saat ditindak tegas, guru malah dilaporkan dan dianiaya. Padahal dulu sepertinya tindakan pendisiplinan yang masih dalam batas wajar seperti ini juga sering terjadi. Tapi tidak pernah sampai ada kasus pengaduan ke kepolisian karena orang tua juga paham kalau anak memang melanggar peraturan, sudah seharusnya mendapat sanksi.
Kalau kasus semacam ini masih terus saja terjadi, bukan tidak mungkin murid akan kehilangan rasa hormatnya pada guru dan juga orang-orang lain di sekitarnya. Karena ketika mereka berbuat salah, bukankah mereka jadi terbiasa mencari cara agar bukan mereka yang disalahkan?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…