Categories: Tips

Gippeumjo, ‘Pasukan Kenikmatan’ Kim Jong Un yang Isinya Wanita-wanita Muda nan Cantik

Sudah menjadi rahasia umum bahwa para diktator yang memerintah dengan tangan besi, biasanya hidup dalam kemewahan sementara rakyatnya hidup menderita. Sementara mereka tidur di istana megah, bergelimang barang-barang mewah, rakyatnya justru dilarang untuk menikmati hal-hal seperti ini.

Memang, era diktator kini telah mulai tumbang, setelah banyak diktator mati atau dijatuhkan dari kekuasaan. Namun satu nama yang bertahan cukup kuat adalah Kim Jong Un, sang pemimpin dari Korea Utara. Konon ia memiliki sekumpulan ‘pasukan’ yang terdiri dari gadis-gadis cantik. Pasukan ini dalam bahasa Korea disebut Gippeumjo, atau berarti ‘’Pasukan Kenikmatan’’. Mau tau kisah tentang mereka ? Simak fakta berikut ya!

1. Sejarah Terbentuknya Barisan Pelayan Kim Jong Un

‘Pasukan’ ini pertama kali dibentuk oleh Kim Il Sung, sang pendiri negara Korea Utara, yang juga merupakan kakek kandung dari Kim Jong Un. Pada masa kekuasaannya di dekade 70an, setiap tahunnya petugas negara ‘merekrut’ puluhan perempuan cantik berusia remaja di daerah pedesaan untuk dijadikan pembantu, penyanyi, penari, yang menghibur sang pemimpin.

Gippeumjo, pelayan bentukan Kim Jong Un [image source]
Perekrutan ini biasanya terjadi secara paksa, karena gadis-gadis ini kadang diambil saat mereka berada di sekolah. Para orang tua pun tak dapat menolak karena takut dengan ancaman militer. Para gadis yang sudah direkrut ini kemudian menjalani pelatihan yang disesuaikan dengan tugasnya nanti. Satu persyaratan yang pasti, para gadis-gadis ini semuanya harus masih perawan. Bahkan ada yang direkrut di usia 13 tahun.

2. Struktur Gippeumjo Sesuai Fungsinya

Pasukan ini dibagi dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 grup yaitu Manjokjo (pelayan seksual), Haengbokjo (tukang pijat), dan Gamujo (penari dan penyanyi). Sebelum ‘resmi’ menjadi anggota pasukan, para gadis-gadis ini akan dilatih terlebih dahulu secara intensif oleh departemen khusus.

Gippeumjo terbagi sesuai dengan fungsinya [image source]
Yang paling cantik akan dijadikan ‘selir’ sang pemimpin. Setelah sang pemimpin bosan dengan satu perempuan, biasanya perempuan itu ‘dipensiunkan’ dengan cara dihibahkan kepada pejabat-pejabat tinggi negara itu. Para gadis belasan tahun ini biasanya akan diberhentikan dengan resmi pada saat usia mereka mencapai sekitar 22 atau 25, untuk digantikan lagi dengan kelompok-kelompok yang baru.

Saat pensiun, mereka biasanya dinikahkan dengan pejabat-pejabat yang mencari istri, atau justru menjadi simpanan pejabat-pejabat yang telah beristri.

3. Sempat Dibubarkan Karena Kim Jong Un Tak Percaya Siapapun

Pasukan ini sempat dibubarkan saat Kim Jong Un, Presiden Korea Utara sekarang yang merupakan cucu dari Kim Sung Il, naik menggantikan ayahnya yang meninggal di tahun 2011. Menurut informasi, Kim Jong Un tidak mempercayai siapapun di awal kekuasaannya, sehingga ia memecat banyak orang dan memerintahkan polisi rahasia untuk memeriksa riwayat hidup pejabat-pejabat elitenya. Ini termasuk membubarkan Gippeumjo dan mengirimkan mereka kembali ke rumah masing-masing.

Kepercayaan Kim Jong un mempengaruhi eksistensi Gippeumjo [image source]
Mereka juga disumpah untuk tidak menceritakan apapun tentang tugas mereka selama melayani ayahnya, dan juga diwajibkan menandatangani perjanjian khusus yang melarang mereka untuk menceritakan rahasia-rahasia negara yang tidak sengaja mereka dengar saat mereka sedang bertugas.

4. Dibentuk Lagi Gara-gara Kim Jong Un Asam Urat

Di bulan April 2015, saat Kim Jong Un terkena asam urat, ada yang mengusulkan menggunakan jasa terapi Gippeumjo kembali. Sang diktator baru ini setuju lalu memerintahkan perekrutan gadis-gadis baru. Sama seperti cara-cara yang dilakukan ayah dan kakeknya, gadis-gadis ini diambil dari sekolah saat baru berusia belasan tahun. Mereka dilatih secara khusus di sebuah hotel mewah, dan mendapat bayaran cukup lumayan untuk ukuran negara miskin seperti Korea Utara.

Kim Jong Un didampingi Gippeumjo [image source]
Menyeramkan ya gaya hidup para diktator ini. Mereka selalu berjanji untuk mensejahterakan bangsa tetapi justru hidup dalam kemewahan, di saat rakyat mereka tertindas dan hidup melarat.  Bersyukurlah kita hidup di Indonesia yang masih bisa bebas berpendapat dan bersikap.

Share
Published by
Norman Duarte

Recent Posts

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago

Risiko Bencana Tinggi, Anggaran BNPB Kena Efisiensi

Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…

3 weeks ago

Insiden Tumblr Hilang di KRL Berujung Pemecatan Karyawan Sana Sini

Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…

4 weeks ago