Kamu pasti tahu atau setidaknya pernah mendengar sebuah film yang diadaptasi dari novel berjudul “The Hunger Games.” Dalam film ini, setiap peserta akan dikumpulkan dalam satu arena atau wilayah dan lewat sebuah aturan mereka akan dipaksa untuk saling membunuh satu sama lain. Pernahkah terlintas di benak kamu, bagaimana jika seandainya film tersebut menjadi nyata?
Seorang pria asal Rusia mungkin telah memikirkan hal tersebut jauh sebelum kita. Sebab, saat ini ia tengah mendesain sebuah reality show yang terinspirasi dari film tersebut. Acara yang kurang lebih akan menggunakan aturan yang sama seperti The Hunger Games ini ia namakan Game2: Winter.
Garis besarnya, itu adalah sebuah reality show berisikan 30 kontestan yang terdiri dari pria maupun wanita. Mereka akan diasingkan ke kawasan Siberia yang terkenal akan cuacanya yang dingin ekstrem. Tercatat suhu di kawasan tersebut berada pada titik minus 35 derajat celcius pada musim panas dan minus 50 derajat celcius pada musim dingin.
Semua kontestan tersebut akan berjuang untuk saling membunuh satu sama lain demi memperebutkan total hadiah yang bernilai US$1,65 juta atau sekitar 25 miliar rupiah. Acara ini akan berlangsung selama sembilan bulan, mulai dari tanggal 1 Juli tahun ini hingga April tahun 2018.
Yevgeny Pyatkovsky, sang kreator yang baru berusia 35 tahun, berujar bahwa Game2: Winter rencananya akan disiarkan secara langsung di beberapa negara seperti Inggris, Cina, Perancis, Jerman hingga Arab. Namun, tenang saja, bagi mereka yang berada di luar wilayah tersebut tetap dapat menyaksikannya secara streaming via situs mereka atau Youtube.
Namanya juga reality show, tentu saja para pemirsa dapat menyaksikannya. Namun, yang menarik dari acara ini, tak akan ada kru kamera di lapangan. Pihak panitia hanya akan memasang lebih dari 2.000 kamera tersembunyi di berbagai titik. Tak lupa setiap kontenstan juga dipasangi kamera kecil. Sehingga para penonton dapat merasakan kengeriannya secara nyata jika berada pada posisi orang pertama.
Selain tak ada kru kamera, mereka juga tak akan menyediakan dokter atau tenaga medis lainnya jika sewaktu-waktu ada peserta yang terluka. Satu-satunya jalan keluar hanyalah tombol panik yang mereka pegang masing-masing. Jika tombol tersebut ditekan, helikopter akan datang dan membawa mereka pulang, dengan status sebagai pecundang.
Begitu para kontestan menjejakkan kaki di tanah Siberia, mereka akan diberi waktu untuk mengumpulkan makanan, kayu bakar, membangun tempat perlindungan, dan persiapan lainnya selama tiga bulan. Selama waktu tersebut, sesama peserta tak boleh saling serang.
Namun, begitu masa persiapan telah selesai, maka dimulailah permainan yang sebenarnya. Sang kreator menyebutkan bahwa dalam acaranya ini, semua peserta adalah Tuhan bagi dirinya sendiri. Mereka bebas melakukan apa saja. Saling pukul, saling bunuh, hingga saling memperkosa!
Selain ancaman dari sesama manusia, para peserta juga harus siap menghadapi serangan dari berbagai macam binatang buas yang ada di wilayah tersebut. Semisal beruang dan serigala buas yang banyak hidup di wilayah tersebut.
Panitia hanya akan menyediakan sebuah pisau untuk setiap orang. Mereka tak menyediakan alias melarang penggunaan senjata api. Sebab, hal tersebut dapat menurunkan kadar keseruan permainan. Namun, para kontestan dapat menggunakan atau membuat senjata tajam yang berasal dari alam liar.
Ada kontrak khusus yang harus diteken oleh para peserta sebelum mengikuti pertandingan, di mana dalam kontrak tersebut, mereka bersedia untuk bertanggung jawab secara penuh terhadap semua hal buruk yang akan mereka perbuat ataupun yang akan menimpa diri mereka.
Tentu saja format acara ini menuai banyak kritik tajam dari beragam pihak yang menuding bahwa acara ini sungguh tak etis dan telah melampaui batas norma kemanusiaan. Hal ini juga mereka anggap dapat memicu munculnya acara-acara lain yang lebih kejam dan jauh lebih tak manusiawi lagi.
Kendati begitu, tetap saja banyak peserta yang bersedia ikut ambil bagian. Hingga kini, sudah ada lebih dari 300 peserta yang mengutarakan minatnya. Mereka yang tertarik juga bukan berasal dari sembarang kalangan. Ada psikolog, penyintas profesional, agen real estate, dan masih banyak lagi.
Wajar saja, kabarnya mereka yang mau ikut pertandingan ini, harus bersedia membayar “uang pendaftaran” sebesar US$130` ribu. Oleh karena itu, game reality show ini menargetkan kalangan atas sebagai kontestannya. Dan agar para penonton yakin bahwa semua peserta yang nantinya ikut dalam acara, adalah orang-orang yang waras dan punya akal sehat.
Jika 30 kontestan telah resmi diperoleh, mereka semua akan dilatih secara khusus terlebih dahulu sebelum terjun ke gelanggang arena. Mereka akan dilatih oleh seorang prajurit yang pernah bekerja di bawah naungan unit intelijen militer Rusia.
Sama seperti di Hunger Games, para peserta dapat bertanding secara berkelompok maupun individu. Para peserta juga dapat menerima hadiah atau bingkisan khusus, yang didonasikan oleh para pemirsa via website acara tersebut. Tentu saja tak semua barang bisa mereka terima.
Sang kreator menyebutkan bahwa acara ini telah digodok beberapa tahun sebelumnya. Ia mengklaim belum ada acara yang seberani dan sebrutal acara buatannya tersebut. Memang benar, sepertinya belum ada acara yang memperbolehkan para pesertanya untuk saling bunuh seperti Game2: Winter. Apabila acara ini benar diadakan, semoga saja kita nanti dapat menyaksikannya. Itupun jika pihak KPI luput mengetahuinya.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…