Seperti kita yang begitu menggilai sepak bola, orang-orang Romawi dulu juga pernah menggandrungi sebuah olahraga. Bukan sepakbola atau memanah, tapi yang jauh lebih ekstrem dan mematikan dari itu. Ya, Gladiator. Seperti yang kamu tahu, ini adalah olahraga kematian yang mempertontonkan beberapa orang untuk bertarung sampai mati. Ada pula satu sesi di mana para Gladiator harus bertarung melawan hewan-hewan buas.
Lantaran menjadi satu-satunya hiburan bagi masyarakat Romawi, para Gladiator pun sangat terkenal namanya. Mereka ibarat selebritis yang selalu dikuntit para pemujanya. Namun, di sisi lain seorang Gladiator itu sebenarnya tak benar-benar ada artinya. Mereka ibarat boneka yang dipertontonkan lalu ketika mati dibuang begitu saja.
Sangat dilematis sebenarnya hidup sebagai seorang Gladiator itu. Mereka mungkin terkenal bak seleb, tapi sesungguhnya hanya boneka yang dimainkan orang-orang besar. Masih tentang si petarung kematian, berikut adalah fakta-fakta Gladiator yang mungkin belum kamu ketahui.
Jika melihat apa yang dilakukan Gladiator di medan laga, sepertinya sangat mustahil kalau hiburan satu ini diikuti oleh para wanita. Tapi pada kenyataannya tidaklah demikian. Memang sangat ngeri dan mematikan, tapi ternyata profesi Gladiator juga dijalani oleh para wanita.
Awalnya Gladiator selalu menunjukkan para pria. Hingga pada suatu ketika terjadi semacam kejenuhan dalam hiburan satu ini, kemudian diusulkan untuk mengikutsertakan wanita. Akhirnya dimulailah debut para wanita-wanita petarung di Coloseum. Mereka biasanya bertarung dengan sesama wanita atau pria-pria dengan ukuran tubuh mini. Gladiator wanita ini tetap dipertahankan hingga Raja Septimus Severus melarangnya. Oh iya, para Gladiator wanita ini biasanya berasal dari kaum budak.
Meskipun risikonya harus bertarung sampai mati, tapi para Gladiator mendapatkan bayaran yang mungkin cukup sepadan. Ya, pamor mereka benar-benar menggila di masyarakat. Bak selebritis, para Gladiator dipuja banyak orang. Bahkan beberapa menganggapnya sebagai manusia bertuah dan membawa berkah.
Keringat atau darah Gladiator lazim dipakai sebagai jimat keberuntungan. Para gadis-gadis pun juga seolah berebut untuk melayani Gladiator di ranjangnya. Bocah-bocah kecil juga sangat mengidolakan para Gladiator dengan membuat mainan dari tanah berbentuk para petarung kematian itu. Di satu sisi mereka adalah boneka hiburan, tapi di sisi lain para Gladiator adalah selebriti terkenal.
Mungkin yang ada dalam pikiran kita Gladiator bertarung dengan sistem yang masih tradisional. Pertemukan dua orang, bertarung sampai mati dan selesai. Ternyata tidak demikian. Ada sistem kompleks di mana Gladiator ditentukan berdasarkan banyak hal.
Ada yang namanya kelas di mana para Gladiator disusun berdasarkan rekor, kemampuan, dan pengalaman. Tak hanya itu, mereka juga digolongkan dalam tipe-tipe. Ada yang tipe Retarius, Dimachaerus, dan lain sebagainya. Yang membedakan tipe satu dan lainnya adalah penggunaan senjata dan perlengkapan.
Tak hanya bertarung dengan sesamanya, para Gladiator kadang juga harus melawan hewan-hewan tertentu. Tapi, untuk pertarungan seperti itu sangat jarang sekali dilakukan. Para Gladiator hanya akan melawan hewan-hewan di waktu-waktu tertentu. Entah di bagian pembukaan, atau mungkin sisipan biar penonton tak bosan.
Nah, soal binatang yang dipertarungkan sendiri ternyata macam-macam. Ada rusa, burung unta, sampai yang paling gila macam singa, beruang, atau bahkan gajah. Seringnya dalam pertarungan hewan ini para binatanglah yang tewas. Tapi, ada juga para Gladiator yang tewas dicabik oleh lawan binatangnya.
Anggapan yang selama ini dipercaya tentang Gladiator adalah mereka harus bertarung sampai mati. Padahal sebenarnya tidak. Gladiator itu bukanlah acara bar-bar yang dilakukan tanpa sistem dan aturan yang ketat.
Misalnya soal cidera, ketika salah satu peserta terluka parah, biasanya pertarungan akan dihentikan. Atau jika pertarungannya begitu lama dan membosankan, pertunjukan pun bisa segera dihentikan. Mereka tak harus mati dalam pertarungan meskipun banyak penonton yang berkeinginan seperti itu.
Menjadi seorang Gladiator adalah pilihan karir yang bisa dibilang prestisius. Dengan risiko yang besar, mereka juga akan mendapatkan sesuatu yang berlimpah pula. Pamor, gadis-gadis, dan kenyamanan hidup. Sayangnya, menurut kabar, kebanyakan para Gladiator itu hidupnya sangat singkat. Tak kurang dari 30 tahun, mayoritas dari mereka pasti sudah almarhum.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…