Papua Nugini masuk dalam jajaran negara termiskin di dunia, setara dengan wilayah di bagian Afrika seperti Senegal dan Chad. Sumber daya alam Papua Nugini sebenarnya sangat berlimpah, hanya saja eksploitasinya terhambat oleh medan yang sulit dan biaya pembangunan infrastruktur yang tinggi.
Di balik ekonomi yang sulit, ada yang unik dari negara tetangga ini, yaitu mata uangnya yang mahal. Dulu, mereka menggunakan alat tukar dalam Pound Papua Nugini dan Mark Nugini. Mata uang tersebut berubah nama menjadi Kina pada tahun 1975. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai Kina, berikut faktanya yang Boombastis rangkum.
Selain Pound Papua Nugini dan Mark Nugini, Papua Nugini pernah menggunakan Dolar Australia sebagai alat transaksi mereka. Pada 19 April 1975, Kina lahir sebagai pengganti resmi mata uang tersebut. Mengenai alasan, jelas karena sebelumnya Negara di timur Indonesia ini merupakan bekas jajahan Australia sehingga segala sesuatunya, termasuk mata uang yang menggunakan Dolar Australia. Setelah dinyatakan merdeka, Papua Nugini merombak bentuk kedaulatan serta mata uang resmi mereka.
Jika dilihat dari pertumbuhan ekonominya, Indonesia mungkin jauh lebih baik dibanding Papua Nugini. Namun, negara kita kalah aktivitas ekspor-impornya karena Papua Nugini jauh lebih baik. Dilansir dari moneysmart.id, Nilai ekspor Papua Nugini jauh lebih tinggi dari impornya. Dikutip dari The World Factbook CIA, nilai ekspor Papua Nugini sebesar US$ 9,52 miliar atau Rp 136 triliun. Sementara nilai impornya US$ 1,87 miliar atau Rp 26,88 triliun. Angka ekspor yang tinggi itulah yang mendorong tingginya nilai Kina.
Dari pertama kali terbit hingga saat ini ada 6 pecahan kertas Kina, 2, 5, 10, 20, 50, hingga 100 Kina. Sedangkan koinnya terdiri dari nominal 5 Toea, 10 Toea, 20 Toea, 50 Toea, dan 1 Kina. Logam tersebut terbuat dari perunggu dan cupronickel serta bolong di tengahnya (khusus untuk 1 Kina). Uniknya, semua uang kertas didesain sama persis seperti warna Dolar Australia yang mereka gunakan sebelumnya. Mungkin, tujuannya agar masyarakat tak bingung saat mereka diperkenalkan pertama kali. Sebagai informasi tambahan, sejak 19 April 2007, pecahan 1 dan 2 Toea udah tidak sah lagi digunakan.
Faktanya nilai Kina memang lebih besar dibanding Rupiah, Satu Kina dihargai Rp 4.420. Bukan lagi hal yang mengherankan jika penduduk Indonesia di perbatasan lebih suka bertransaksi dengan menggunakan uang tetangga, dari pedagang sampai tukang ojek. Mereka sebenranya mengumpulkan Kina karena nominalnya lebih tinggi, Kina akan dikumpulkan, lalu setelah banyak mereka akan menukarnya dengan rupiah. Dengan begitu, belanja akan lebih hemat. Hal ini sebenarnya masuk pelanggaran loh, oleh karenanya Bank Indonesia (BI) semaksimal mungkin mensosialisasikan rupiah dan menjaga pasokan di wilayah perbatasan.
Bagi teman-teman yang belum tau, dengan menggunakan mata uang Indonesia, hal tersebut akan membuat Rupiah stabil dan enggak semakin murah (anjlok). Maka dari itu, yuk, gunakan mata uang negara sendiri sebagai alat transaksi sah kita.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…