5. Mao Mempersilakan Kaum Intelek Untuk Mengkritiknya, Namun…
Siapa yang berani mengkritisi Hitler atau Stalin? Bisa-bisa itu bakal jadi argumen yang mengantar mereka ke liang lahat. Namun Mao berbeda, ia menerima kritikan apa pun soal kepemimpinannya dan juga bagaimana jalannya pemerintah. Sayangnya, tidak seorang pun berani melakukannya. Hingga Mao kembali menegaskan jika tidak masalah untuk memberikan kritik asal juga menyematkan solusi yang bagus. Alhasil, satu juta surat pun akhirnya terkumpul di meja kerjanya.
Mao sepertinya salah langkah dengan ini dan akhirnya ia melarang siapa pun untuk menuliskan lagi surat-surat kritikan. Bahkan setahun setelah ia mengumumkan siapa pun boleh mengkritik terutama kaum intelek, ia malah mengeluarkan kampanye anti kritisi. Program ini pun menghasilkan sekitar 550 ribu orang yang diduga melakukan kritik keras. Mao takut jika hal-hal semacam ini akan memunculkan gerakan oposisi yang merupakan hal paling dibencinya.