Disegani pemerintah Tiongkok dan kaya raya hingga ajal menjelang
Armada dan jumlah pasukannya yang mencapai 40.000 hingga 60.000 kapal, membuat armada pimpinan Ching Shih sangat tangguh dan susah untuk ditaklukkan. Padahal, Kekaisaran Tiongkok selama Abad 19 mencurahkan upaya signifikan untuk menumpas para bajak laut. Termasuk Ching Shih dan gerombolannya. Namun, ia sadar bahwa profesi sebagai bajak laut tak selamanya bisa dilakoni. Selain faktor usia, tertangkap pemerintah atau terbunuh dari pihak lawan adalah resiko yang harus dihindarinya di masa depan.
Dari sini, Ching Shih akhirnya mengupayakan negoisasi dan menyerah pada pemerintah pada 1890. Alih-alih mendapat hukuman, ia dan seluruh anak buahnya dimanjakan oleh pemerintah Cina pada saat itu. Laman vice.com menuliskan, ia mendapat pengampunan (amnesti) dan bisa memiliki harta jarahan yang diperolehnya. Chang Pao sang suami, malah diangkat menjadi admiral angkatan laut militer Cina yang memimpin armada khusus berisikan mantan perompak. Di akhit hayatnya, Ching Shih ‘pensiun’ dengan tenang sebagai wanita tua yang berlimpah harta dan memiliki bisnis perjudian di wilayah Kanton.
BACA JUGA: Edward Teach, Bajak Laut Paling Hebat yang Dikenal Sangat Susah untuk Dibunuh
Nama Ching Shih memang tak lagi terdengar pasca kematiannya pada 1844 di usianya yang ke- 69 tahun. Namun bagi sejarah kemaritiman dunia, mantan PSK itu merupakan sosok bajak laut yang dikenal kejam dan berkuasa atas samudera yang dipijak oleh dirinya. Hal ini seakan mengingatkan kita terhadap kerajaan seperti Majapahit yang ada di Indonesia. Di mana mereka juga memiliki tanggung jawab besar untuk mengusir perompak asing yang mencoba memasuki wilayah laut kerajaan. Terutama di Selat Malaka. Apakah itu sosok Ching Shih dan gerombolannya? Tidak ada yang mengetahui secara pasti.