“Ganyang Malaysia!” Ungkapan ini berasal dari pidato Presiden Soekarno ketika sang Bapak Bangsa begitu geram dengan ulah negara persemakmuran ini. Dikutip dari sejarah, dulu Malaysia ngotot ingin menarik Serawak, Sabah, serta Brunei untuk tergabung dalam federasi mereka. Hal ini mengancam stabilitas Indonesia kala itu. Bung Karno pun marah dan akhirnya memberikan pidato pedas itu.
Baca Juga : Melihat Kemewahan Anak-Anak Super kaya di Malaysia di Instagram
Tak hanya itu, bentuk ketidaksukaan Bung Karno juga beliau tunjukkan lewat aksi keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB di tahun 1965. Gara-garanya Malaysia masuk jadi anggota tidak tetap PBB. Nah, di era Presiden Soeharto, bangsa kita sudah bisa lebih bersahabat dengan negara serumpun itu, dan pada masa presiden-presiden selanjutnya pun makin akrab.
Konfrontasi kembali pecah ketika Malaysia melakukan klaim terhadap milik bangsa Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah pulau-pulau serta kebudayaan. Nah, siapa sangka ternyata Malaysia bukan hanya pernah jadi musuh kita, tapi juga beberapa negara lainnya. Lalu siapa saja negara ini dan kenapa hal tersebut bisa terjadi? Berikut ulasannya.
Rohingya seperti yang kita tahu mengalami konflik dengan pada Buddhis di Myanmar. Hingga pada akhirnya mereka pun memutuskan untuk pergi dari negara itu setelah tak ada dukungan dari pihak mana pun bahkan pemerintah sendiri. Memutuskan untuk pergi pun juga tidak mudah karena banyak negara yang menolaki mereka, salah satunya adalah Malaysia.
Ya, para pengungsi Rohingya mengatakan jika ingin merapat ke Malaysia. Tujuannya sendiri tentu agar di negeri melayu tersebut mereka mendapatkan pekerjaan serta penghidupan yang lebih baik. Sayangnya, pihak Malaysia sendiri langsung mengusir kapal-kapal Rohingya ketika akan mencapai bibir pantai negara itu.
“Kami sangat Simpati terhadap mereka yang terapung di lautan lepas. Tapi, negara tidak bisa dibebankan dengan masalah itu sebab masih ada ribuan orang lagi yang akan meninggalkan daerah tempat mereka tinggal,” ungkap Najib Razak. Selain alasan tersebut, faktor etnis juga dikatakan sebagai penyebab enggannya Malaysia menerima para Muslim ini. Pada akhirnya pengungsi Rohingya justru dibantu oleh masyarakat Aceh dan kini mereka hidup nyaman di sana. Malaysia sendiri pernah menampung pengungsi dari Bosnia saat konflik Yugoslavia dulu. Namun dengan berbagai dalih mereka malas untuk menerima pengungsi Rohingya yang ibaratnya hanya tinggal dijemput saja.
Kesultanan Sulu yang ada di Filipinia dianggap sebagai pemilik Sabah yang sah. Hal tersebut berdasarkan perjanjian antara Kesultanan Brunei dan Sulu yang memberikan daerah ini untuk Sultan Sulu sebagai balas jasa ketika mampu meredam perang sipil di Brunei. Namun ketika datang bangsa asing dari Portugis dan Inggris, Sabah berkali-kali pindah kepemilikan. Namun sifatnya hanya sewa saja.
Ketika masa Perang Dunia II berakhir, penduduk Sabah pun diberi pilihan untuk ikut Federasi Malaysia atau memilih kembali ke Kesultanan Sulu. Mereka pun menyatakan ingin bergabung dengan Malaysia. Sebenarnya hak kepemilikan Kesultanan Sulu atas Sabah tidak hanya perjanjian dengan Brunei saja, tapi juga berdasarkan keputusan pengadilan tinggi North Borneo di tahun 1939. Dan perjanjian ini lebih dulu dilakukan sebelum Federasi Malaysia terbentuk.
Konflik ini pernah memanas 2013 lalu sampai kedua belah pihak terlibat konfrontasi secara militer. Sayangnya, hingga kini belum diketahui secara pasti bagaimana kelanjutan konflik ini.
Indonesia pernah berurusan dengan Malaysia soal klaim pulau. Siapa sangka jika negara serumpun itu juga melakukan hal yang sama kepada Singapura. Ya, beberapa waktu lalu Malaysia mengklaim Pulau Batu Puteh milik Singapura. Alasannya sendiri lantaran pulau tersebut lebih cenderung milik Malaysia berdasarkan sebuah peta teritorial yang dibuat tahun 1979.
Tak hanya Pulau Batu Puteh, mereka juga pernah mengklaim pulau Singapura yang lain bernama Pedra Banca. Namun Malaysia dianggap tidak memiliki landasan kuat untuk melakukan klaim tersebut. Mahkamah Internasional tidak mengakui kebenaran peta teritorial yang dijadikan rujukan oleh Malaysia. Alhasil, kedua pulau ini pun selamat dari rengkuhan negara semakmuran Inggris tersebut.
Soal perbatasan negara ternyata Malaysia tidak hanya berkonfrontasi dengan negara kita saja, tapi banyak pula negara tetangga yang lain. Mulai Thailand, Brunei, Filipina dan juga Singapura. Untuk perseteruan dengan Thailand, Malaysia menganggap jika daerah perbatasan keduanya bernama Ko Losin tidak ikut Thailand karena jauh dari garis terluar pantai. Thailand pun juga tak kalah ngotot mengklaim daerah ini, bahkan mereka punya bukti perjanjian bernama Anglo-Siamese Treaty yang dibuat pada tahun 1909. Konflik ini masih belum menemukan jalan keluarnya hingga saat ini.
Dengan Brunei yang sejatinya memiliki kedekatan budaya, Malaysia juga pernah melakukan klaim daerah perbatasan. Bahkan ada di dua tempat yakni daerah bernama Limbang dan juga Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Malaysia yang sedikit mencaplok milik Brunei. Keduanya sempat bersitegang bahkan sampai membawa kendaran perang.
Sama seperti Indonesia dan 138 negara lainnya, Malaysia sangat pro terhadap Palestina dan mengatakan jika negara itu harus bebas dari kependudukan Israel. Bahkan aksi ini direalisasikan negara berlambang macan itu dengan tidak membangun kedutaan besar Israel di negaranya alias tak memiliki hubungan diplomatik.
Meskipun sangat pro dan membela Palestina, diketahui jika hubungan ekonomi antara Malaysia dan Israel ternyata sangat harmonis. Hal tersebut dibuktikan lewat perdagangan antara keduanya pada tahun 2013 kemarin yang mencapai $ 1,52 miliar. Data ini berdasarkan badan pusat statistika Israel.
Tentu saja kenyataan ini sangat timpang. Ditambah lagi para pejabat Malaysia memang menunjukkan ketidaksukaan kepada Israel dengan tertuliskannya sebuah pernyataan berbunyi, “paspor ini berlaku untuk semua negara kecuali Israel.” Ya, memang sulit untuk menghidari produk-produk Israel di era sekarang ini lantaran negara itu memang jadi basis teknologi.
Baca Juga : 5 Fakta Tentang Malaysia, Negara Tetangga Yang Sering Rebutan Hak Paten Dengan Indonesia
Ya, tiap negara punya masalahnya sendiri-sendiri. Termasuk Malaysia yang punya berbagai konfliknya sendiri. Namun kita sebagai negara tetangga, hendaknya harus turut mendukung perdamaian tanpa jalan militer dan perang. Misalnya dengan memediasi rundingan dan sebagainya. Namun ketika memang mengusik hal yang sifatnya tetap dan prinsip, jangan ragu pula untuk mempertahankan.
Akhirnya kejadian, seorang petugas pemadam kebakaran Depok gugur ketika melakukan tugasnya. Dia adalah Martin Panjaitan,…
Menjelang pemilu yang semakin dekat, sejumlah daerah mengadakan debat calon kepala daerah untuk memperkenalkan visi…
Kasus penahanan seorang guru bernama Supriyani di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, menjadi sorotan publik. Perempuan…
Solo yang dikenal dengan kota yang tenang, baru-baru ini terdapat kejadian yang menghebohkan. Kota Solo…
Fomo (fear of missing out) adalah rasa takut ketinggalan akan sesuatu hal yang sedang tren.…
Drama Korea sering kali memberikan kisah-kisah yang tak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pelajaran hidup…