Apa yang ada dalam benak Anda jika mendengar kata “Bule,” tentunya akan muncul bayangan seseorang dari luar negeri, berparas tinggi besar cantik atau ganteng dan tentunya tajir, bukan?
Rata-rata turis asing datang ke Indonesia selain belajar bahasa atau budaya, juga untuk menikmati keindahan alam Nusantara. Akan tetapi, ada juga lho, orang-orang yang masuk kategori bule dan ternyata menjadi seorang penjual sesuatu di pinggir jalan, layaknya para penjual kaki lima pada umumnya.
Berikut ini adalah para bule yang bekerja di pinggir jalan di Indonesia.
Nama Glen dan pemberitaan akan profesi yang digelutinya ini sontak menyebar luas dan banyak orang yang ingin mengetahuinya. Glen adalah seorang pria asal Amerika Serikat yang harus bekerja dengan berjualan burger di pinggir jalan di daerah Pasar Kober Purwokerto karena tidak memiliki cukup uang untuk biaya pengobatan istrinya, Purwita, yang menderita kanker serviks.
Dia tidak merasa malu sebagai statusnya sebagai bule dan harus bekerja di pinggir jalan. Dia mengatakan, “Daripada meminta-minta, lebih baik usaha berjualan burger.” Dikarenakan memang burger buatannya terbukti enak, setiap kali memulai berjualan, sudah banyak orang yang mengantre untuk membeli produk buatannya. Selain itu, tidak sedikit yang mendoakan agar istri Glen cepat sembuh.
Gorengana dalah salah satu jajanan tradisional di Indonesia. Sudah bukan menjadi satu hal yang menghebohkan jika ada orang Indonesia berjualan gorengan. Akan tetapi, bagaimana jadinya jika sang penjualnya itu berasal dari Italia. Ya, seorang kelahiran Italia bernama Fabrizio Urzo adalah seorang penjual gorengan yang membuka lapaknya di Jalan Manyar, Kertoarjo, Surabaya. Memang tidak ada yang membedakan gorengan milik Fabrizio dengan gorengan penjual lainnya, hanya pada sisi penjualnya saja.
Langkah untuk menjual gorengan di pinggir jalan ini adalah keinginannya sendiri walaupun sebelumnya dia pernah bekerja di sebuah restoran Italia sebagai General Manager. Tidak malu atau canggung, setiap pembeli dia layani dengan ramah dan Fabrizio juga sudah mahir berbasa Indonesia karena sudah lebih dari 10 tahun berada di negara ini.
Sergei Litvinov adalah seorang asing dari Rusia yang datang ke Indonesia karena ingin mengembangkan karirnya sebagai pemain sepakbola professional. Sempat bergabung dengan Solo FC pada tahun 2011, dia dikontrak oleh PSLS Lhokseumawe dengan durasi sampai tahun 2013. Sayangnya, selama membelai PSLS Lhokseumawe, gaji yang diharapkan ternyata tidak juga cair.
Seperti sudah jatuh tertimpa tangga, setelah gaji menghilang entah rimbanya, kesulitan makan dan tidak dapat pulang ke negaranya, istri Sergei juga meminta cerai. Dikarenakan tidak lagi memiliki biaya untuk hidup dan tidak mempunyai pekerjaan, Sergei memutuskan untuk kembali ke Solo dan berjualan jus di sebuah kedai kecil. Selain itu dia juga membuat kanopi untuk rumah di kawasan Banyuanyar.
Seorang fotografer freelance asal Amerika Serikat, Josh Estey, memang bukanlah seseorang yang datang ke Indonesia dengan tujuan utama untuk berjualan kopi. Akan tetapi, dia melakukannya karena merasa prohatin kepada orang-orang Indonsia yang lebih menyukai kopi instant, padahal menurutnya kopi asli Indonesia sangat nikmat dibandingkan dengan kopi-kopi yang dijual dalam sachet tersebut.
Selepas melakukan tugas utamanya sebagai fotografer, dia meluangkan waktunya dengan menjajakan kopi menggunakan sepeda yang telah dia modifikasi setiap dibukanya Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Dalam prosesnya, setiap kali ada orang yang ingin membeli, dia selalu menggilingnya dan meramunya sendiri secara manual. Walaupun begitu, alat-alat yang digunakannya, tidak main-main and berharga cukup mahal. Akan tetapi harga kopi yang ditawarkan masih terjangkau.
Keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan juga menuruti keinginan sang istri, Febryanti Evalusi, untuk pindah ke Indonesia, ternyata pupus sudah. Brian Murphy asal Amerika Serikat yang awalnya bekerja sebagai video editor di Negara Paman Sam tersebut harus berjualan Es Pisang Ijo karena tidak mendapatkan pekerjaan dan uang.
Di tahun 2012, Brian dan Febryanti memutuskan untuk pindah dari South Carolina ke Jakarta. Di Jakarta, Brian mencoba melamar ke berbagai tempat, sayangnya tidak ada satupun yang mengundangnya untuk wawancara kerja.
Dikarenakan hal tersebut dan tuntutan hidup semakin tinggi, Brian memutuskan untuk membantu sang istri dengan berjualan berbagai kuliner, seperti mia ayam, bakso, siomy dan dia juga berjuala Es Pisang Ijo sendiri di kawasan Cipinang, Jakarta.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…