Kadang miris sendiri melihat tidak meratanya pendidikan di negara ini. Di kota, fasilitas pendidikan begitu terjamin, nyaman, dan aksesnya mudah. Sedangkan di daerah-daerah, jangankan sekolah mewah yang punya lab ini itu, menuju sekolah saja bagai perjuangan hidup dan mati. Kita tengok di daerah pedalaman, masih ada yang harus menyebrangi sungai deras atau melewati jembatan yang nyaris putus.
APBN untuk pendidikan sebenarnya cukup, namun kenapa pendidikan tak merata? Kadang kita dibuat emosi gara-gara ini. Indonesia sendiri aslinya tidak sendirian dalam hal ketidakmerataan pendidikan ini. Ternyata ada beberapa negara yang mengalami hal serupa.
Tidak bermaksud untuk mencari perbandingan dalam hal hal buruk. Namun kita harus sadar jika masalah pendidikan yang tidak merata ternyata merupakan masalah global. Berikut adalah negara-negara yang para pelajarnya berjuang hebat hanya untuk pergi ke sekolah.
Trong Hoa adalah salah satu distrik di Vietnam yang bisa dibilang sama seperti daerah pelosok Indonesia. Masalahnya pun juga sama yakni infrastruktur yang masih belum diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini pun menyebabkan susahnya akses yang berdampak buruk pula terhadap anak-anak yang ingin menuju sekolah mereka.
Ya, mereka tak punya pilihan lain selain menyebrangi sungai yang cukup deras dan dalam ini untuk menuju sekolah yang ada di seberang. Tantangannya, bukan hanya air yang dalam. Di musim penghujan seperti sekarang, debit air makin tinggi belum termasuk juga hewan-hewan yang ada di dalamnya, seperti ular. Makanya tak heran jika anak-anak Trong Hoa jago berenang. Bukan karena hobi, tapi ini yang memang harus mereka lakukan jika ingin bersekolah.
Ketika anak-anak Yerusalem bilang, “Ma, aku tak mau ke sekolah hari ini” maka ibu mereka pun akan mengiyakannya. Bagaimana tidak, di tempat ini konflik hampir setiap saat terjadi. Demonstrasi berupa lemparan batu, gas air mata, dan pukulan-pukulan adalah pemandangan yang sangat umum.
Sebagian anak-anak takut pergi ke sekolah, namun sebagian lain tetap semangat menuntut ilmu walaupun situasinya sangat buruk, bahkan bagi kita yang sudah dewasa ini. Gambar di atas adalah potret bagaimana perjuangan anak-anak Yerusalem bersekolah. Langkahnya sangat mantap meskipun kita tahu hati anak-anak ini luar biasa takutnya. Namun karena semua ini demi kehidupan yang lebih baik. Maka mereka mengambil risiko itu. Masih kepikiran bolos setelah lihat ini?
Hiking naik turun gunung memang aktivitas yang asyik banget untuk dilakukan. Tapi, maukah melakukan ini setiap hari? Memang pemandangannya bakal bagus, tapi kaki bisa-bisa copot dan tak rupa bentuknya. Kira-kira begitu emosi yang dirasakan oleh bocah-bocah asal Bijie, China.
Percaya atau tidak, hampir setiap hari mereka harus naik turun gunung hanya untuk pergi ke sekolah. Tak hanya capek ketika berjalan, mereka juga dihadapkan dengan jurang-jurang terjal di sisi-sisi gunung. Sekali saja anak-anak ini oleng karena capek, mungkin itulah perjalanan terakhir mereka.
Ada satu pemandangan unik dari anak-anak Provinsi Rizal, Manila, ketika mereka pergi ke sekolah. Ya, tak hanya membawa tas, mereka juga membawa sebuah ban berukuran besar. Bukan untuk bermain, tapi ini yang mereka butuhkan untuk bisa ke sekolah.
Ya, anak-anak ini harus menyeberangi sungai sangat deras untuk menuju sekolah mereka yang ada di seberang. Jangan tanya bagaimana rasanya, karena foto di atas sudah cukup menjelaskan perasaan mereka. Tak hanya hanya harus melewati sungai deras mematikan itu, sebelum mencapai sungai setidaknya mereka harus berjalan selama satu jam.
Jika kamu bergetar ketakutan ketika main flying fox, maka bayangkan jika berada di posisi gadis kecil ini. Bisa-bisa langsung pingsan saking ekstremnya. Seorang bocah dari pedalam hutan Kolombia ini harus menaiki semacam flying fox tersebut agar bisa menuju sekolahnya dengan lebih cepat.
Tidak terbayangkan bagaimana ngerinya ia ketika meluncur dengan kecepatan 80 kilometer per jam di atas kabel ini. Sebenarnya ada jalur alternatif lain yakni lewat hutan. Sayangnya, itu akan memakan waktu lama, belum lagi risiko yang didapatkan juga besar. Meskipun meluncur dengan kabel tersebut juga sama mematikannya kalau selip dan terjatuh. Pada foto di atas kamu bisa melihat ekspresi si gadis kecil yang nampak sangat was-was dan ketakutan. Satu lagi, karung yang dibawanya itu adalah adiknya yang juga harus bersekolah.
Alangkah kurangnya aja ya kalau kita malas-malasan dengan segala fasilitas dan kemudahan, sedangkan anak-anak ini harus berjuang mempertaruhkan nyawa. Bahkan makin miris lagi ketika kita tahu sendiri bahwa anak-anak sekolah di sini suka bolos, pacaran, tawuran, mabuk, pakai obat-obatan terlarang dan sebagainya.
Bersyukur dengan fasilitas yang ada. Anak-anak di atas dan termasuk saudara-saudara kita yang di perbatasan dan minim fasilitas, menangis karena tidak bisa bersekolah dengan layak. Sehingga karena alasan itulah, mereka gigih tetap pergi ke sekolah meskipun perjalanan itu bisa saja jadi yang terakhir.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…