Kadang miris sendiri melihat tidak meratanya pendidikan di negara ini. Di kota, fasilitas pendidikan begitu terjamin, nyaman, dan aksesnya mudah. Sedangkan di daerah-daerah, jangankan sekolah mewah yang punya lab ini itu, menuju sekolah saja bagai perjuangan hidup dan mati. Kita tengok di daerah pedalaman, masih ada yang harus menyebrangi sungai deras atau melewati jembatan yang nyaris putus.
APBN untuk pendidikan sebenarnya cukup, namun kenapa pendidikan tak merata? Kadang kita dibuat emosi gara-gara ini. Indonesia sendiri aslinya tidak sendirian dalam hal ketidakmerataan pendidikan ini. Ternyata ada beberapa negara yang mengalami hal serupa.
Tidak bermaksud untuk mencari perbandingan dalam hal hal buruk. Namun kita harus sadar jika masalah pendidikan yang tidak merata ternyata merupakan masalah global. Berikut adalah negara-negara yang para pelajarnya berjuang hebat hanya untuk pergi ke sekolah.
1. Perjuangan Anak-Anak Trong Hoa, Vietnam, Mencapai Sekolah
Trong Hoa adalah salah satu distrik di Vietnam yang bisa dibilang sama seperti daerah pelosok Indonesia. Masalahnya pun juga sama yakni infrastruktur yang masih belum diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini pun menyebabkan susahnya akses yang berdampak buruk pula terhadap anak-anak yang ingin menuju sekolah mereka.
![Anak-anak ini harus bisa berenang, kalau tidak mereka takkan bisa sekolah [Image Source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2015/12/anak-anak-trong-hoa-ke-sekolah.jpg)
2. Anak-Anak Yerusalem Bertaruh Nyawa Ketika Pergi ke Sekolah
Ketika anak-anak Yerusalem bilang, “Ma, aku tak mau ke sekolah hari ini” maka ibu mereka pun akan mengiyakannya. Bagaimana tidak, di tempat ini konflik hampir setiap saat terjadi. Demonstrasi berupa lemparan batu, gas air mata, dan pukulan-pukulan adalah pemandangan yang sangat umum.
![Dengan keadaan seperti itu gadis kecil ini tetap bersekolah [Image Source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2015/12/bocah-yerusalem-pergi-sekolah.jpg)
3. Mendaki Gunung Lewati Lembah Jadi Perjuangan Sehari-Hari Bocah Bijie, China
Hiking naik turun gunung memang aktivitas yang asyik banget untuk dilakukan. Tapi, maukah melakukan ini setiap hari? Memang pemandangannya bakal bagus, tapi kaki bisa-bisa copot dan tak rupa bentuknya. Kira-kira begitu emosi yang dirasakan oleh bocah-bocah asal Bijie, China.
![Meleng sedikit sudah tentu nyawa taruhannya [Image Source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2015/12/anak-anak-bijie-ke-sekolah.jpg)
4. Perjuangan Bocah Manila Menyeberangi Sungai Deras untuk Sekolah
Ada satu pemandangan unik dari anak-anak Provinsi Rizal, Manila, ketika mereka pergi ke sekolah. Ya, tak hanya membawa tas, mereka juga membawa sebuah ban berukuran besar. Bukan untuk bermain, tapi ini yang mereka butuhkan untuk bisa ke sekolah.
![Tak bisa berenang, anak-anak Manila ini pakai ban untuk ke sekolah [Image Source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2015/12/bocah-filipina-pergi-ke-sekolah.jpg)
5. Bocah Kolombia Naik Flying Fox untuk Pergi ke Sekolah
Jika kamu bergetar ketakutan ketika main flying fox, maka bayangkan jika berada di posisi gadis kecil ini. Bisa-bisa langsung pingsan saking ekstremnya. Seorang bocah dari pedalam hutan Kolombia ini harus menaiki semacam flying fox tersebut agar bisa menuju sekolahnya dengan lebih cepat.
![Kalau sampai tergelincir, dua anak itu pasti takkan bisa sekolah lagi [Image Source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2015/12/bocah-kolombia-naik-flying-fox.jpg)
Alangkah kurangnya aja ya kalau kita malas-malasan dengan segala fasilitas dan kemudahan, sedangkan anak-anak ini harus berjuang mempertaruhkan nyawa. Bahkan makin miris lagi ketika kita tahu sendiri bahwa anak-anak sekolah di sini suka bolos, pacaran, tawuran, mabuk, pakai obat-obatan terlarang dan sebagainya.
Bersyukur dengan fasilitas yang ada. Anak-anak di atas dan termasuk saudara-saudara kita yang di perbatasan dan minim fasilitas, menangis karena tidak bisa bersekolah dengan layak. Sehingga karena alasan itulah, mereka gigih tetap pergi ke sekolah meskipun perjalanan itu bisa saja jadi yang terakhir.