Acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (FIP Unesa) mendadak heboh di sosial media. Tagar #unesa pun menjadi trending topic Twitter hingga mencapai 38,9 ribu tweet pada Selasa, (15/09/2020).
Hal tersebut terjadi lantaran senior dari kampus tersebut membentak juniornya sambil menanyakan ikat pinggang agar diperlihatkan. Karena dilakukan secara daring, peristiwa tersebut menjadi viral di media sosial. Bukan apa-apa, tindakan yang seharusnya tidak perlu terkadang berpotensi membuat ospek secara online jadi unfaedah bagi maba.
Salah satu hal utama yang bikin ospek secara online tidak berfaedah adalah, kuota internet yang bakal terbuang percuma jika isinya hanya marah-marah, membentak, dan semacamnya. Bagi mereka yang mampu, mungkin hal tersebut bukan dirasakan sebagai beban. Tapi untuk yang kurang mampu, akan sangat mubazir jika acara tersebut hanya diisi dengan kegiatan yang demikian.
Bayangkan jika antara ospek secara online dan offline semuanya sama-sama diisi dengan teguran, bentakan, dan hal lainnya yang bisa membuat maba merasa tidak nyaman. Mereka yang seharusnya mendapat pengalaman soal kehidupan kampus dari kakak-kakak seniornya, akhirnya kehilangan esensi dari nilai-nilai ospek itu sendiri karena sikap-sikap yang mungkin kurang berkenan seperti yang disebutkan di atas.
Melaksanakan ospek secara online sejatinya bisa mendatangkan sesuatu yang baru di tengah pandemi Covid-19. Misalnya menggunakan cara-cara kreatif lewat platform digital sebagai perkenalan antara senior dengan maba. Namun jika membawa kebiasaan ospek lama yang penuh dengan bentakan dan kata-kata kasar seperti saat tatap muka di lapangan (offline), pengenalan lingkungan kampus secara daring tersebut terasa sia-sia.
Berkaca pada kasus yang terjadi di Unesa, ospek tersebut jadi sorotan publik karena diduga mengandung kekerasan verbal yang dilakukan oleh senior kepada junior mereka. Dalam video yang beredar, para senior terlihat membentak maba karena dianggap melanggar aturan dengan tidak mengenakan ikat pinggang. “Ikat pinggangmu mana?,” ucap seorang senior. “Ikat pinggang diperlihatkan,” sahut senior yang lain dalam tayangan tersebut.
Senioritas yang berlebihan dikhawatirkan bisa menjadi ‘jurang pemisah’ antara kakak tingkat dengan para maba yang notabene adik-adik tingkat mereka. Kesalahan persepsi dalam menerima ucapan bisa jadi masalah jika tidak ditangkap dengan baik. Salah satunya adalah memberi peringatan atau contoh dengan cara yang mungkin dirasa kasar. Terlebih jika hal tersebut dilakukan lewat ospek secara daring.
BACA JUGA: 5 Sisi Lain OSPEK dan MOS di Indonesia Meski Banyak Dihujat
Masa-masa ospek atau pengenalan lingkungan sekolah, sejatinya merupakan momen yang tepat bagi senior untuk membangun hubungan dengan junior mereka. mereka bisa berbagi tips, pengalaman, sekaligus memberikan edukasi yang positif soal kehidupan di kampus. Jika adik-adik maba merasakan manfaatnya, secara tidak langsung mereka akan menaruh hormat tanpa harus melihat tingkat senioritas kakak-kakak tingkatnya.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…