Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah Presiden Indonesia keempat yang memiliki banyak sekali keunikan. Selain itu, beberapa ide dan pemikiran beliau selalu brilian, di samping juga sangat kocak. Gus Dur selalu mampu menyampaikan makna-makna penting melalui gaya bertuturnya yang jenaka tapi mengena. Hal inilah yang membuat banyak orang jadi kagum dan kangen dengan sosok beliau yang punya jargon: “gitu saja kok repot!”
Saat ini Gus Dur memang telah tiada. Sejak tahun 2009 silam, ia telah dipanggil untuk menghadap sang kuasa di usianya yang menginjak 69 tahun. Meski telah tiada, ajaran-ajaran beliau masihlah tertanam di Indonesia. Bahkan kita bisa menggalinya sembari mengingat betapa Indonesia banyak sekali kehilangan tokoh yang sangat hebat!
Berikut lima ajaran Gus Dur yang bisa membuat Indonesia ini berkembang lebih baik. Semoga saja!
Gus Dur pernah menulis begini: “yen iseh kotor ati akale, mula atine peten lan nistha.” (Jika masih kotor hati dan pikirannya, maka hatinya gelap dan nista.) Sebuah ajaran yang sederhana namun penuh makna yang sangat mendalam. Seseorang yang dipenuhi dengan kekejian di dalam hati dan pikirannya, maka segala hal yang dilakukan pasti tidak benar.
Hal ini bisa diaplikasikan kepada pemimpin. Jika ia memiliki hati dan pikiran kotor, maka rakyatnya akan selalu menderita. Ia akan selalu berpikir buruk dan memilih menguntungkan diri sendiri. Untuk kita sebagai individu, jika pikiran ini hanya berisi keburukan maka hidup juga tidak bisa nyaman. Banyak sekali kenistaan yang akan menjauhkan kita semua dari yang namanya kebahagiaan yang sebenarnya.
Melihat kondisi Indonesia yang carut marut. Asap di mana-mana, kebakaran membumihanguskan hutan, dan orang-orang berdasi yang enggak tahu malu bisa membuat kita geram. Kesabaran rasanya sudah mulai habis dan tak bisa dikembalikan lagi. Belum lagi harga kebutuhan pokok yang terus menghimpit hingga kadang dapur bisa mengepul sehari sekali saja sudah bersyukur.
Kata Gus Dur: “sabar narima najan pas-pasan.” (Sabar menerima meski pas-pasan.) Meski hidup serba pas-pasan, kita harus tetap sabar. Meski mendapatkan keburukan dari orang lain kita juga harus ikhlas menerimanya. Karena dengan hanya melakukan itu kita bisa bahagia.
“Kabeh tinakdir saking Pangeran.” (Semua ketetapan berasal dari Tuhan.) Kaya, miskin, hidup, dan mati semuanya ada di tangan Tuhan. Tugas kita sebagai manusia hanyalah menerima sekaligus berusaha. Kalau pun kita sudah berusaha sekuat tenaga berusaha dan tetap tak ada perubahan, maka tak ada jalan lain selain berserah diri. Menyerahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Tahu.
Gus Dur selalu menyuruh banyak orang untuk menerima apa saja yang dipunyai. Mau memiliki istri enggak cantik dan suami enggak gagah, kalau bisa buat bahagia, kurang apa lagi? Karena ukuran bahagia tidak diukur dengan uang. Begitu pula dengan negeri ini, kita harus menerima apa pun keadaannya sekarang. Yakinlah suatu saat akan ada kebaikan yang bisa kita raih bersama-sama.
Gus Dur memanglah orang yang pandai agama, tapi ia sangat menjunjung tinggi sebuah toleransi. Ia tak pernah menganggap agamanya paling super atau agama lain tak lebih baik dari keyakinannya. Pada hakikatnya semua agama sama-sama mengajarkan kebaikan, hanya saja manusianya yang sering melakukan masalah. Seperti kutipan syair yang pernah Gus Dur tulis.
Akeh kang Quran Hadise, seneng ngafirke liyane, kafire dewe gak digatekke, yen iseh kotor ati akale. (Banyak yang hafal Quran dan Hadis, senang mengkafirkan yang lain, kafirnya sendiri tidak diperhatikan, kalau masih kotor hati dan pikirannya.)
Meski beragama tinggi, kadang kita jadi gampang mengatakan orang lain kafir, tak beragama dan lain sebagainya. Padahal dirinya sendiri belum tentu memiliki pikiran dan hati yang bersih. Bisa jadi lebih kotor dari yang diolok. Hal semacam ini sering terjadi di Indonesia. Negeri yang seharusnya tumbuh subur toleransi keagamaan.
Gus Dur selalu disebut dengan bapak pluralisme. Orang yang menjunjung tinggi adanya keberagaman di Indonesia. Kaum minoritas seperti etnik Tionghoa bahkan sangat menghormatinya. Tanpa beliau tak ada Hari Raya Imlek. Gus Dur benar-benar ingin membuat Bhinneka Tunggal Ika kembali bangkit dan tak hanya menjadi semboyan semata.
Ajaran Gus Dur ini sudah semakin luntur di Indonesia. Terbukti masih banyaknya diskriminasi rasial di Indonesia. Kelompok superior dengan mudahnya menyingkirkan kelompok yang jadi minoritas. Jika saja beliau masih hidup, mungkin Gus Dur tak akan diam. Ia akan menyuarakan adanya kerukunan yang sejak awal menjadi fondasi NKRI ini.
Itulah sekelumit ajaran sederhana dari Gus Dur yang wajib kita hidupkan lagi. Kita sebagai generasi muda harus mampu membuat Indonesia yang sedang “sakit” ini untuk bangkit. Tak hanya banyak mulut di sosial media tapi juga banyak tenaga untuk bertindak.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…