Profesor Yohanes Surya adalah aset bangsa. Beliau dikenal luas sebagai fisikawan terkemuka Indonesia serta pembimbing Tim Olimpiade Fisika Indonesia/TOFI. Jasa-jasanya terhadap kemajuan pendidikan, khususnya matematika dan fisika, tak ternilai harganya.
Bapak lulusan Universitas Indonesia ini juga punya target ambisius supaya Indonesia berhasil meraih hadiah Nobel pada 2020. Ia merasa bahwa dengan gelar tersebut, penghargaan dan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan juga akan semakin tinggi. Mari kita sedikit berkenalan dengan bapak olimpiade sains dan fisika Indonesia ini.
Sang guru besar lahir di Jakarta, 6 November 54 tahun silam. Siapa sangka, kehidupan masa lalunya ternyata jauh dari kata mewah. Sebagai anak ketujuh dari sembilan bersaudara, ia harus hidup hidup sederhana apa adanya. Maklum, ayahnya pensiunan tentara, sedangkan ibunya hanya berjualan kue tradisional. Uang yang diperoleh tak cukup untuk menyekolahkan anak mereka hingga ke perguruan tinggi.
Beruntung, saudaranya yang memilih untuk langsung bekerja selepas SMA, sepakat untuk menyisihkan uang hasil keringat agar Yohannes bisa kuliah. Itu karena mereka yakin bahwa Yohannes merupakan anak yang cerdas.
Pada tahun 1986, ia pun lulus dari Universitas Indonesia dengan mengambil konsentrasi ilmu Fisika. Setelah lulus, ia salurkan ilmunya dengan mengajar di SMAK I Penabur Jakarta.
Dua tahun kemudian, ia mengejar titel magister dan doktor dari College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat, yang masing-masing lulus dengan mendapat predikat Cum Laude. Setelah sukses meraih gelar tersebut, ia lalu bekerja sebagai konsultan Theoretical Physics di Continous Electron Beam Accelerator Facility (CEBAF) di kota yang sama.
Sebetulnya hidup beliau sudah mapan di Amerika Serikat. Gaji tinggi, masa depan terjamin. Ia juga sudah memegang Greencard (status keimigrasian yang mengijinkan pemegangnya untuk hidup dan bekerja di AS), namun ia lebih memilih kembali ke negara asalnya.
Pak Surya punya cita-cita mulia. Ia ingin mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Khususnya dalam olimpiade Matematika dan Fisika.
Semua berawal ketika ia mendengar pengumuman akan diadakannya Olimpiade Fisika Internasional di kampusnya, William and Marry. Ia pun gerak cepat meminta bantuan kepada UI untuk menyeleksi 5 siswa SMA terbaik dari dari Indonesia.
Selanjutnya, kelima orang terpilih ini diterbangkan ke Amerika Serikat untuk kemudian ia latih secara personal. Langkah ini menjadi cikal bakal berdirinya Tim Olimpiadi Fisika Indonesia (TOFI). Dalam ajang olimpiade tersebut, Indonesia berhasil meraih medali perunggu atas nama Oki Gunawan. Sejak saat iu, ia pun pulang ke negara asalnya untuk semakin mengibarkan sangsaka merah putih di negeri orang.
Beliau ingin membuktikan bahwa setiap anak Indonesia dikaruniai kecerdasan yang luar biasa. Tak ada yang namanya anak bodoh. Yang ada hanyalah anak yang tak mendapat kesempatan belajar dan tidak dilatih oleh guru yang baik serta metode yang benar.
Tak mau asal ngomong, beliau terbang sendiri ke Papua untuk mencari murid yang paling “bodoh.” Dalam artian, murid tersebut sering tak naik kelas, sama sekali tak mengerti fisika atau bahkan sekadar perhitungan sederhana.
Beberapa anak ia ambil untuk kemudian dilatihnya. Selama enam bulan menggembleng mereka, hasilnya luar biasa. Mereka yang awalnya bahkan tak mampu melakukan perkalian atau penjumlahan, kini berhasil menorehkan banyak prestasi
Seperti dalam ajang Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary School yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia. Itu adalah Olimpiade Matematika dan Sains untuk siswa tingkat SD se-Asia dan diikuti oleh 131 peserta. Dalam ajang tersebut, anak-anak papua tersebut berhasil mengantongi 4 emas, 5 perak, dan 3 perunggu.
Melalui Surya Institute yang ia dirikan, beliau giat memperkenalkan metode mutakhir dalam pembelajaran Matematika dan Fisika GASING alias Gampang, Asik dan Menyenangkan. Metode yang dibuat supaya anak-anak dapat dengan mudah dan jatuh cinta mempelajari ilmu matematika dan fisika.
Dalam metode ini, anak-anak tak hanya dijejali oleh teori atau rumus di papan tulis saja, namun mereka juga diajak mengeksplorasi alat peraga sehingga konsep suatu rumus dapat mereka bayangkan secara konkret sehingga pemahaman mereka pun menjadi lebih baik.
Hebatnya lagi, metode ini juga mengajarkan perhitungan rumit di luar kepala alias mencongkak dengan cepat. Anak-anak diajarkan cara menyelesaikan soal cerita dengan pendekatan logika dan eksplorasi, sehingga hafalan rumus bukan jadi prioritas utama.
Keberhasilan mendidik mereka yang sebelumnya dicap “bodoh” hingga menjadi juara baik di tingkat nasional maupun internasional juga kebanyakan berkat metode atraktif yang telah ia ciptakan ini.
Sejak tahun 1993 hingga 2007, siswa-siswi binaannya berhasil harumkan nama bangsa dengan membawa pulang 54 medali emas, 33 medali perak, dan 42 medali perunggu dari berbagai kompetisi Sains/Fisika internasional.
Saat ini, ia masih terus sibuk mengadakan berbagai pelatihan khusus di berbagai tempat. Ia juga sudah berhasil mendirikan Surya Research Education Center dan Surya University. Kelak, dari tempat inilah para pemuda harapan bangsa akan mengharumkan nama Indonesia di panggung internasional.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…