Lucu

Melihat Tradisi Pernikahan Orang Bugis yang Digelar Sampai 11 Tahapan, Apa Saja Ya?

Di Indonesia, tradisi dalam pernikahan adalah salah satu hal yang paling sakral. Jelas karena setiap pasangan menginginkan menikah sekali saja seumur hidup dan langgeng sampai kakek-nenek. Demi terlaksananya acara, tak jarang ada yang sampai dirayakan berhari-hari. Di Kalimantan bahkan ada pesta pernikahan berlangsung selama 10 hari.

Selain itu, lamanya keberlangsungan pesta ini juga bergantung pada adat dan budaya masing-masing daerah. Dalam masyarakat Bugis misalnya, ada banyak sekali tahapan yang harus dilalui oleh si pengantin demi status halal yang nantinya mereka sandang. Ada 11 tahapan yang harus dilalui loh Sahabat, apa saja ya kira-kira? Simak ulasan kali ini sampai habis ya!

A’jagang-jagang (Ma’manu-manu) dan A’suro/Massuro

Ilustrasi mencari tau latar belakang perempuan [Sumber gambar]
Sebelum ingin melamar seorang perempuan, seorang lelaki akan mengadakan penyelidikan pada calon mempelai wanitanya, terkait latar belakang keluarga serta hal lain yang dinilai penting. Tahap penyelidikan ini pasti membuat deg-degan, karena akan menentukan apakah mereka akan menuju tahap berikutnya atau tidak. Jika sudah diselidiki dan sudah ‘yes’, maka para pria akan lanjut ke A’suro/Massuro. Tahap ini adalah acara pinangan resmi yang dilaksanakan pihak calon mempelai pria kepada pihak calon mempelai wanita.

Appa’nasa atau Patenre atau menentukan hari pernikahan

Menentukan hari pernikahan [Sumber gambar]
Saat kata sepakat sudah di genggaman, kedua belah pihak akan menentukan hari untuk pernikahan atau dikenal dengan Appa’nasa atau Patenre Ada. Selain menentukan hari pernikahan, tahap Patenre juga membahas mengenai berapa uang mas kawin yang akan diberikan oleh pihak lelaki. Besarnya uang panai akan dilihat dari strata sosial di perempuan serta kemampuan dari pihak lelakinya. Saat sudah sepakat, maka mereka bisa naik ke tahap berikutnya, yaitu pertunangan (Appanai Leko Lompo (Erang–erang) disertai cincin sebagai pengikat dan hantar-hantaran.

Mappasau Botting & Cemme Passih

Merawat pengantin [Sumber gambar]
Semakin dekat hari H, akan adatradisi merawat si calon pengantin atau Mappasau Botting & Cemme Passih. Melansir dari thebridedept.com, acara ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut sebelum hari H. Selama tiga hari tersebut pengantin menjalani perawatan tradisional seperti mandi uap dan menggunakan bedak hitam dari campuran beras ketan, asam jawa dan jeruk nipis. Tujuan dari mandi ini adalah meminta perlindungan kepada Sang Maha Kuasa agar pengantin dilindungi dari bala, hingga tiba hari H pernikahannya.

Macceko atau A’bubu dan pemacaran

Pemacaran pengantin [Sumber gambar]
Setelah dirawat sang pengantin akan merasakan pencukuran rambut halus di daerah dahi yang dilakukan oleh penata rias. Hal ini dimaksudkan agar kelak riasan bisa melekat dengan sempurna. Setelahnya calon pengantin juga wajib memakai pacar, yang konon mempunyai aura magis bahkan merupakan simbol kesucian. Pemakaian pacar ini juga tidak dilakukan oleh sembarang orang, melainkan mereka yang kedudukan sosial cukup baik dan telah berumah tangga harmonis.

Puncak dari semuanya adalah akad nikah

Pernikahan adat bugis [Sumber gambar]
Setelah melalui berbagai macam tahapan, hal yang paling ditunggu adalah akad nikah. Pada tahap ini, mempelai pria akan datang ke rumah wanita dengan keluarga besarnya dan mengucapkan janji suci untuk bertanggungjawab atas hidup si wanita dan menjadi pengganti orangtuanya. Setelah sah, masih ada beberapa tahapan lagi sebenarnya, seperti Appabajikang bunting, yaitu tradisi mengantar pengantin ke kamar mereka. Pada tahap ini mereka diizinkan untuk melakukan berbagai hal yang dilakukan oleh pasangan suami-istri sah.

Setelah menikah sebenarnya masih akan ada balasan dari pihak perempuan untuk keluarga suaminya. Prosesnya memang memakan waktu lama dan butuh persiapan yang benar-benar matang ya Sahabat, tak cukup sebulan dua bulan saja. Tapi, itulah Indonesia. Kita dikenal dunia karena memang punya beragam budaya yang sudah berlangsung dari nenek moyang dan lestari hingga kini. Hal tersebut pastinya bisa membuat kita bangga bukan?

Share
Published by
Ayu

Recent Posts

Rosita Istiawan Pionir Hijau, Dedikasi Bangun Hutan 25 Tahun

Di tengah keputusasaan untuk menjaga kelestarian alam, Indonesia membutuhkan sosok yang berani melindungi sumber daya…

3 hours ago

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kebakaran Hebat Gedung Terra Drone, Korban Tembus 20 Orang

Duka terus menghampiri bangsa Indonesia di penghujung tahun 2025 ini. Belum kelar bencana banjir hebat…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago