Belakangan ini, di Indonesia marak sekali isu transgender yang fokus membicarakan lelaki yang melakukan berbagai cara untuk menjadi seorang perempuan. Berkebalikan dengan hal itu, di Afganistan ada satu tradisi yang unik dalam masyarakat. Namanya Bacha Posh, praktik yang menjadikan anak perempuan sebagai lelaki.
Bacha Posh ini sendiri merupakan istilah dalam bahasa Dari untuk menyebut anak-anak perempuan yang dibesarkan sebagai anak laki-laki. Hal tersebut sangat berbeda dengan tomboy. Anak-anak perempuan di negara ini menjelma menjadi kelompok kaum adam karena didikan keluarga. Lebih lengkap tentang Bacha Posh simak ulasan berikut.
Praktik Bacha Posh bukanlah hal aneh di negara yang luluh lantak karena perang ini. Membesarkan anak perempuan layaknya lelaki adalah hal yang sangat lazim dan banyak dilakukan. Hal ini terjadi karena masyarakat patriarkis Afganistan memandang keluarga yang tanpa lelaki adalah kelompok lemah, tidak utuh, dan dikasihani. Itulah salah satu sebab, jika anak mereka lahir sebagai perempuan mereka akan dibesarkan sama seperti lelaki, mulai dari nama, dandanan hingga pekerjaan yang diberikan.
Karena dipandang sebagai makhluk lemah, para perempuan tentu punya hak dan kebebasan yang terbatas. Dengan menjadi anak lelaki, mereka akan bisa bersekolah, memiliki hak sama seperti lelaki, serta bisa bebas menikmati waktu bermain di luar rumah. Namun, lagi-lagi hal ini berbeda dengan transgender karena ketika memasuki usia remaja, anak perempuan ini akan dikembalikan kepada kehidupan kodrati mereka sebagai kaum hawa. Makanya, karena sudah terbiasa dengan kehidupan yang bebas, tak jarang banyak perempuan yang menolak untuk menjalani kehidupan normal sebagai wanita.
Layaknya zaman jahiliyah, perempuan dianggap sebagai beban dalam keluarga. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan anak perempuan dari ejekan para tetangga, mereka lantas terpaksa menyamar sebagai lelaki. Dalam beberapa kasus Bacha Posh diyakini sebagai anak pancingan, karena bisa jadi seorang ibu akan melahirkan anak lelaki sungguhan.
Walaupun dengan berat hati, para Bacha Posh kebanyakan meninggalkan identitas lelaki ‘jadi-jadian’ mereka ketika memasuki masa puber. Namun, tak jarang ada yang bertahan hingga dewasa. Mereka melakukan itu semua terkadang demi pekerjaan. Ya, melakukan pekerjaan berat yang hanya bisa dikerjakan lelaki tentu bukan hal yang sulit lagi mengingat sudah dikenalkan sejak kecil. Walaupun menjadi cemoohan, setidaknya para perempuan Bacha Posh bisa menopang kehidupan ekonomi keluarga mereka.
Ya, praktik Bacha Posh yang terpaksa dilakukan para orangtua ini adalah bentuk protes halus mengenai ketidakadilan gender yang berlaku. Dengan menyamakan anak perempuan dengan lelaki, mereka bisa mendapat hak yang terenggut dan tidak dimiliki oleh para perempuan. Lagi-lagi syukur sekali kita dilahirkan di negara Indonesia di mana perempuan bisa menjadi apapun yang mereka mimpi dan inginkan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…