Terlepas dari pro kontra soal hukuman mati, bisa dikatakan kalau metode eksekusi di masa sekarang ini sungguh sangat beradab. Mungkin cukup kejam juga sih menghadapkan seseorang dengan satu grup tembak, tapi cara ini adalah yang paling manusiawi. Dibandingkan dulu, orang-orang di masa lalu melakukan metode eksekusi dengan cara yang ekstrem. Salah satunya seperti di zaman Tiongkok kuno di mana ketika itu hukuman mati dilakukan dengan metode Five Pains.
Five Pains kalau diterjemahkan artinya adalah lima rasa sakit. Secara harfiah hukuman ini memang seperti itu. Tak seperti hukuman tembak yang sekali dor selesai, eksekusi dengan Five Pains dilakukan bertahap. Dimulai dari tubuh bagian atas dulu, lalu ke bawah kemudian lanjut ke bagian yang terakhir. Meskipun hukuman ini dilakukan dengan bertahap, tapi ujung-ujungnya tetap adalah si terdakwa mati.
Hukuman ini cukup lama diberlakukan hingga akhirnya diprotes karena terlalu kejam. Lebih jauh soal hukuman ngeri satu ini, berikut adalah deretan fakta Five Pains yang bakal membuatmu ngeri tak karuan.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, Five Pains dilakukan bertahap alias satu per satu secara berurutan. Sebagai permulaan, si terdakwa akan di tato dengan menyakitkan di salah satu bagian tubuhnya. Tato ini sendiri tidak pernah dijelaskan bergambar apa, namun yang pasti itu merupakan tanda kalau si terdakwa masuk waiting list eksekusi.
Ditandai sudah, berikutnya tahap kedua yakni pemotongan hidung. Metodenya sendiri ya konvensional menggunakan pisau dan diiris seperti mengiris mangga muda. Level selanjutnya makin parah, si terdakwa bakal dipotong salah satu alat geraknya, bisa tangan atau kaki. Dalam beberapa kasus, seorang terdakwa bisa dipotong semua alat geraknya kalau kesalahan yang dilakukannya sangat parah.
Setelah selesai dengan tahap awal yakni dipotong hidung dan alat geraknya, si terdakwa kemudian memasuki level berikutnya hukuman Five Pains. Ya, hukuman ini berbentuk kebiri alias pemotongan alat vital. Sama seperti pemotongan sebelumnya, hukuman ini dilakukan dengan cara tradisional yakni dipotong memakai pisau biasa. Hukuman ini berakhir ketika organ reproduksi sudah benar-benar mati dan tak berfungsi.
Setelah dikebiri, langkah selanjutnya alias jadi pemungkas yakni eksekusi mati. Ada beberapa keterangan berbeda di luar sana soal tahap terakhir ini. Ada yang mengatakan eksekusinya dengan cara dipenggal, tapi ada juga yang menuliskan lewat cara dipotong setengah badannya. Apa pun caranya, yang jelas pada akhirnya si terdakwa pasti mati.
Tahap akhir Five Pains adalah kematian, tapi seperti yang disinggung sebelumnya, hal tersebut dilakukan dengan bermacam metode. Ada yang langsung dipenggal begitu saja, atau dipotong setengah badannya. Nah, selain dua cara ini, ada satu lagi yang juga tak kalah gila. Caranya adalah dengan mengiris bagian tubuh si korban.
Slicing alias mengiris ini dilakukan oleh para eksekutor yang biasanya lebih dari dua orang. Mekanismenya sendiri ya seperti apa yang kamu bayangkan. Tubuh si terdakwa diiris-iris selagi masih hidup. Pengirisan itu akan terus dilakukan selagi terdakwa masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Li Si, seorang kanselir yang menciptakan hukuman ini mengatakan jika Five Pains dirancang tak hanya sebagai metode eksekusi tapi juga memberikan efek bagi yang lain. Maksudnya bisa memberikan pelajaran kepada banyak orang untuk tidak melakukan kejahatan atau bakal dijatuhi hukuman ngeri ini. Cara ini sepertinya cukup berhasil karena membuat orang-orang sangat ketakutan.
Dampak baiknya memang semua orang jadi takut, tapi di balik itu masyarakat sepertinya juga jengah. Pasalnya, hukuman macam begini sungguh di luar batas kemanusiaan. Bagaimana seseorang bisa tahan dengan dipotong hidung dan kemaluannya selagi masih dalam kondisi hidup? Polemik ini pun menciptakan ketidaknyamanan di masyarakat.
Tak hanya tentang metode hukumannya yang gila dan amoral, cerita Five Pains juga soal kematian Li Si, si kreatornya. Ya, siapa sangka jika si kanselir ini pada akhirnya harus mati dengan cara yang ia ciptakan sendiri. Five Pains diciptakan Li Si untuk memberikan pelajaran kepada masyarakat agar tidak berbuat kesalahan. Tapi, ia sendiri malah melakukan kesalahan besar yang berakibat hukuman ngeri itu.
Ceritanya dimulai ketika kaisar Qi Shi Huang meninggal dunia dan mewasiatkan putranya untuk jadi pengganti. Li Si rupanya tidak setuju dengan titah sang Kaisar karena suatu sebab. Wasiat sang raja pun dicederainya dengan mengangkat pangeran lain. Ketahuan, Li Si pun dihukum karena terbukti melakukan pengkhianatan. Five Pains, metode eksekusi keji buatannya sendiri ini yang jadi agenda terakhir Li Si.
BACA JUGA: 7 Geng Penjara Paling Berbahaya Yang Ditakuti Oleh Polisi Di Dunia
Tak salah kalau pada akhirnya Five Pains dihapus karena sama sekali tak manusiawi dan biadab. Okelah seseorang sudah melakukan kesalahan besar, tapi sangat tidak berperikemanusiaan kalau ia dihukum macam begini. Ngerinya lagi, Five Pains ini berlaku kepada semua orang termasuk para wanita. Benar-benar amoral dan keji!
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…