Mungkin kita menganggap jika hidup seorang teroris sangatlah mudah. Cukup menjadi orang jahat, melakukan aksi teror berupa pengeboman atau penembakan. Namun sebenarnya terorisme tak ubahnya sebuah bisnis perusahaan. Mereka harus melakukan banyak hal seperti training, pekerja kontrak, hingga membuat iklan untuk perekrutan anggota.
Organisasi terorisme juga mencari untung besar agar kelompoknya tetap bisa hidup. Menggaji anggotanya yang juga memiliki keluarga. Jadi tak salah jika kita menganggap kelompok teroris adalah sebuah bisnis tapi dengan cara yang lebih ekstrem. Berikut penjelasannya untuk anda!
Kita salah jika membayangkan kelompok teroris hanya mencari anggota lalu menyuruhnya berjuang. Bahkan merelakan nyawanya untuk kasus seperti bom bunuh diri. Apakah mungkin dengan perekrutan biasa mereka mau melakukannya? Jawabannya adalah tidak. Kelompok ini juga melakukan branding kepada organisasinya meski agak terselubung.
Mereka biasanya menawarkan keuntungan yang besar, memperlihatkan pesona yang tak bisa ditampik. Akhirnya beberapa individu yang notabene orang kaya atau berpendidikan tinggi bisa terperosok ke dalamnya. Baik ISIS atau Al-Qaeda juga membuat kelompoknya jadi terkenal hingga masalah perekrutan dan pencarian dana menjadi lebih gampang.
Jangan membayangkan jika seseorang ingin bergabung dengan Al-Qaeda maka mereka akan dites kemampuan menembak. Atau dites seberapa jahat dan kejinya mereka. Saat penyerbuan Osama bin Laden tahun 2011 silam, pihak militer Amerika menemukan sebuah form untuk join grup ini. Bahkan ada juga CV yang dikirimkan anggota.
Kelompok ini juga menyeleksi anggotanya dengan sangat teliti. Kemampuan menulis CV juga menjadi dasar penerimaan. Mirip sekali dengan perekrutan di perusahaan, kan? Padahal mereka tidak bekerja di kantor. Kerjanya agar visi misinya terpenuhi meki menyebarkan kengerian pada masyarakat.
Bagi beberapa perusahaan, investor adalah sesuatu yang sangat penting. Uang merekalah yang nantinya diputar dan menghasilkan untung. Tanpa investor sebuah perusahaan, terutama start-up tidak akan berjalan dengan baik. Kelompok terorisme juga melakukan hal yang sama. Mereka ingin mencari investor atau dalam hal ini donor untuk kepentingan operasional mereka.
Biasanya mereka melakukan penculikan atau pemerasan. Jika sudah sangat kepepet biasanya mereka juga menyelundupkan narkoba dan juga senjata. Uang inilah yang digunakan untuk membayar anggota, konsumsi harian, hingga biaya perawatan dan training anggota baru. Jika sampai sumber dana ini tak ada, maka bisa dipastikan organisasi ini tak bisa berjalan dengan baik.
Training adalah hal yang sangat penting dari perekrutan anggota baru. Perusahaan mana pun akan melakukannya agar anggota baru bisa bekerja dengan baik. Menyesuaikan dengan ritme kerja serta lingkungan. Kelompok terorisme juga melakukan hal yang sama. Biasanya mereka akan merekrut anggota semudah mungkin. Anak-anak jauh lebih baik.
Alasannya adalah mereka sangat mudah diarahkan. Doktrin-doktrin yang sangat principal bisa masuk dengan cepat. Latihan bertarung juga bisa dilakukan agar saat dewasa mereka bisa cepat ditugaskan. Itulah mengapa hampir setiap kelompok teroris selalu memiliki tempat training yang tertutup untuk memajukan organisasi terornya.
Tak hanya perusahaan asli yang memberikan libur atau bahkan cuti kepada pegawainya. Kelompok teroris juga melakukannya. Mereka akan memberikan libur dalam jangka waktu tertentu. Alasannya adalah agar mereka mendapatkan kebahagiaan. Tidak bosan dengan pekerjaan dan mampu bekerja dengan penuh saat dibutuhkan.
Bagi mereka yang sukses menjalankan misi, atau bahkan melebihi ekspektasi, bonus sudah menanti. Bonus ini bisa berupa uang, keringanan, hingga wanita. Tergantung kesepakatan awal yang diberlakukan. Terbukti kan jika mereka juga menerima apa yang diberikan oleh seorang karyawan perusahaan?
Salah satu komponen paling penting dari sebuah perusahaan adalah interaksi dengan masyarakat luas. Dalam hal ini perusahaan membuat sebuah akun sosial yang nantinya digunakan untuk menjaring komentar publik. Kelompok teroris seperti ISIS juga melakukannya. Mereka menggunakan media sosial seperti Twitter untuk keperluan sosialisasi.
Dengan menggunakan akun sosial, kelompok teroris akan dengan mudah mengetahui komentar publik. Sebesar apa kebencian terhadap mereka dan juga bertujuan menjaring anggota. Akun ini juga bisa dimanfaatkan untuk branding dan persuasi yang kuat. Mereka tak lagi kelompok yang harus sembunyi-sembunyi. Mereka terbuka dengan teror yang mereka buat kepada masyarakat.
Promosi adalah sesuatu yang penting bagi setiap perusahaan. Dengan promosi mereka akan mampu menjual sesuatu yang mereka buat. Entah itu berupa barang atau pun jasa. Tanpa promosi maka perusahaan akan sulit berkembang dengan baik. Bahkan bisa jadi bangkrut sebelum mendapatkan untung.
Organisasi teroris juga melakukan sebuah promosi. Biasanya mereka akan membuat sebuah video untuk perekrutan dengan diberi visi dan misi. Salah satu video yang dibuat ISIS untuk promosi organisasinya biasa anda saksikan di atas. Mereka melakukan apa saja yang dianggap perlu hingga menyerupai sebuah perusahaan.
Nah, melihat tujuh poin di atas kita semua akan paham jika organisasi teror juga punya sistem. Mereka tak hanya main tembak atau bom. Segalanya diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan visi, misi, dan mendatangkan keuntungan yang entah itu apa.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…