3. Ia Adalah Pejuang Persamaan Ras
Saat ia menjuarai olimpiade, ia memakai medali emas itu ke mana-mana. Saat berjalan-jalan di tengah kota pun ia tetap memakainya. Suatu hari ia masuk ke sebuah restoran untuk makan, tetapi pemilik restoran menolaknya dan mengatakan, “Kami tidak melayani orang kulit hitam.” Ali begitu terhenyak dengan kenyataan bahwa ia dianggap pahlawan karena memenangkan Olimpiade, tetapi masih saja ditolak orang hanya karena warna kulitnya. Legenda yang beredar mengatakan bahwa Ali kemudian membuang medali olimpiadenya itu ke sebuah sungai karena kecewa dengan perlakuan rasisme itu.
Saat ia kemudian menjadi muallaf dan mengganti nama menjadi Muhammad Ali, banyak sekali orang dan kalangan media yang menolak untuk memanggilnya dengan nama Muhammad Ali, dan tetap memanggilnya dengan sebutan ‘Clay’, nama asli Ali yang menurutnya adalah nama warisan perbudakan. Di sepanjang hidupnya Ali kemudian menjadi aktivis persamaan hak, dan bahkan menjadi pahlawan pergerakan ini di seluruh dunia, terutama di Afrika.