Muhammad Ali dianggap sebagai petinju terbaik sepanjang masa. Julukan “The Greatest of All Time” sebenarnya awalnya ia sendiri yang menciptakannya, tapi lama kelamaan orang-orang mulai sepakat sehingga julukan ini terus melekat kepadanya.
Baca Juga :6 Penjelasan Tentang Misteri Segitiga Bermuda
Muhammad Ali lahir dengan nama asli Cassius Marcellus Clay jr. Ia kemudian memeluk agama Islam setelah bergabung dengan organisasi Nation of Islam. Organisasi ini adalah sebuah perkumpulam kaum muslim kulit hitam, tetapi ajaran mereka sedikit menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.
Oleh pemimpin Nation of Islam, Cassius diberi nama baru “Muhammad Ali”. Karena prestasinya yang hebat dan latar belakangnya sebagai seorang muslim, nama Muhammad Ali mulai mendunia. Ia kemudian berkenalan dengan banyak orang yang memperkenalkannya dengan ajaran Islam yang sejati. Beberapa tahun kemudian ia menjadi seorang muslim sunni yang taat.
Sebenarnya bukan hanya prestasi di atas ring yang membuat ia dikagumi banyak orang. Justru prestasinya di luar ring lah yang membuat namanya begitu harum. Sayangnya prestasi di luar ring ini justru jarang diketahui orang. Berikut ini kami mengulas 5 prestasi Muhammad Ali di luar ring tinju yang mampu membuat muslim di seluruh dunia bangga dan dapat menirunya.
1. Ia Menyelamatkan Tawanan Perang Irak
Saat perang Irak pertama meletus, Muhammad Ali yang sudah tua dan telah mengidap penyakit Parkinson, pergi ke Irak untuk bertemu langsung dengan presiden Saddam Hussein. Ia yang kala itu telah lemah dan terbata-bata karena penyakitnya, berbicara dengan amat perlahan dan harus menggunakan bahasa isyarat tubuh. Saat bertemu Saddam Hussein, ia berkata, “Saya datang ke sini untuk misi damai. Saya tidak datang ke sini sebagai politisi. Saya datang ke sini mewakili penduduk Amerika, dan saya seorang muslim.” Ia pun meminta kepada Saddam untuk melepaskan 15 warga negara Amerika yang ditawan Irak.
https://www.youtube.com/watch?v=NVeWKvpDeaA
Selama beberapa hari Muhammad Ali tinggal di Irak untuk menunggu keputusan Saddam Hussein, ia mengunjungi banyak masjid dan berbicara dengan penduduk lokal di sana yang memang sangat mencintainya dan kagum kepadanya. Dalam penantian itu, persediaan obat-obatan yang ia perlukan untuk penyakit Parkinsonnya habis, tetapi ia menolak untuk pulang ke Amerika dan tetap bertahan di Irak untuk menanti keputusan Saddam Hussein.
Sang presiden Irak itu akhirnya membebaskan 15 orang tawanan itu, dan seluruh dunia melihat bagaimana negosiasi damai sebenarnya bisa dijalankan dalam situasi apapun. Bahkan ada juga pegulat Jepang yang melakukan hal yang sama. Ia datang ke Irak untuk meminta Saddam Hussein melepaskan tawanan asal Jepang.