Sumarah [image source]
Secara resmi, Indonesia memiliki 6 agama resmi yang bisa dicantumkan dalam KTP. Selain 6 agama resmi, Indonesia masih memiliki 151 aliran penghayat yang dimasukkan dalam sebuah ritual budaya. Untuk mendapatkan status agama secara resmi, seorang penghayat harus terintegrasi dengan agama utama agar bisa mendapatkan status di KTP. Sebagai contoh Penghayat Kaharingan di Kalimantan harus mengintegrasikan ajarannya dengan Hindu agar hak administratif warga negaranya bisa didapatkan.
Selain Sumarah, kelompok penghayat lain yang ada di Indonesia adalah Sumarah yang berasal dari Yogyakarta. Kelompok ini tidak terintegrasi dengan agama besar lain sehingga untuk KTP mereka masih menggunakan agama yang pernah dianut di masa lalu atau langsung memilih satu dari enam agama yang secara resmi diakui di Indonesia.
Untuk informasi lebih jelas terkait dengan Sumarah dan bagaimana ritualnya, perhatikan uraiannya di bawah ini.
Sumarah dibentuk oleh seorang pria bernama Raden Ngabei Soekinohartono (Kino) yang tinggal di Wirobrajan Yogyakarta. Suatu malam, beliau mendapatkan wahyu berupa cahaya dari langit yang berisi ajaran-ajaran dari Sumarah. Dari wahyu itu, Kino mulai menyebarkan ajarannya kepada orang terdekat sejak tahun 1935 secara perlahan. Dia tidak berani secara blak-blakan membangun kelompok ini karena bisa saja diciduk Belanda.
Tidak ada ritual secara khusus yang dilakukan oleh penghayat Sumarah dalam menjalankan ibadah. Apabila umat Islam melakukan salat dan pemeluk Kristen pergi ke gereja, maka penghayat Sumarah akan melakukan sujud bersama-sama di sebuah sanggar yang dijadikan tempat ibadah dan juga pertemuan dengan para penghayat yang lebih banyak menutup diri.
Meski merupakan aliran yang mirip dengan agama, pemeluk Sumarah tidak mau menyebut aliran ini sebagai sebuah agama. Hal ini dilakukan karena ada juga penghayat dari Sumarah yang merupakan pemeluk agama lain dan tetap menjalankan dua ibadah itu secara bersama-sama tanpa mencederai.
Dalam Sumarah tidak dikenal yang namanya dakwah yang secara frontal dilakukan untuk merekrut anggota. Dalam perkembangannya sejak puluhan tahun silam, Sumarah hanya mengajarkan penghayatannya kepada orang terdekat. Dari sana mulailah persebaran Sumarah terjadi dengan cepat dan masih bisa bertahan hingga sekarang dengan segala keterbatasannya.
BACA JUGA: 10 Tempat Wisata Terunik yang Hanya Ada di Indonesia
Demikianlah uraian singkat tentang Sumarah yang merupakan agama marginal dan belum diakui oleh Indonesia. Kira-kira, agama seperti ini harus dilestarikan atau dibiarkan begitu saja lalu hilang ditelan waktu?
Di tengah keputusasaan untuk menjaga kelestarian alam, Indonesia membutuhkan sosok yang berani melindungi sumber daya…
Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…
Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…
Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…
Duka terus menghampiri bangsa Indonesia di penghujung tahun 2025 ini. Belum kelar bencana banjir hebat…
Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…