Seringkali kita mendengar atau membaca berita mengenai petugas satpol PP memergoki anak-anak sekolah yang bolos pelajaran. Mereka nongkrong di warung, menyulut rokok, bahkan balapan liar. Sungguh sedih melihatnya, padahal mereka punya kesempatan untuk menggapai cita-cita setinggi langit dan menimba ilmu yang banyak.
Banyak anak usia sekolah yang menyelepekan betapa beruntungnya mereka bisa memakai seragam, mendapatkan pelajaran di dalam kelas, berkesempatan untuk melanjutkan studi hingga jenjang yang tinggi. Ilmu sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa kepintaran dan pengetahuan, maka manusia tidak akan bisa meraih taraf hidup yang lebih baik dari sebelumnya.
Anak-anak muda yang masih malas-malasan untuk sekolah, harus melihat kegigihan para bapak-bapak dari Suku Sough di Papua ini untuk bersekolah. Di usia yang tak lagi muda, mereka semangat mencari ilmu. Memakai seragam, mereka yang sudah berumur minimal 44 tahun itu mendengarkan guru mengajar di depan kelas dengan seksama. Cita-cita mereka tinggi, ingin ada yang menjadi sarjana dari sukunya.
Stereotype bahwa suku-suku di Papua adalah orang-orang ‘kuno’ atau tertinggal, langsung runtuh. Bagi kita yang tinggal di kota, mendapatkan pendidikan sangatlah mudah. Sekolah ada di mana-mana, dari yang biasa hingga yang bertaraf internasional. Pemerintah Daerah masing-masing juga ngebut memberikan tunjangan biaya bagi anak-anak yang membutuhkan bantuan, agar tidak ada lagi yang tidak bisa baca tulis dan hitung.
Sedangkan saudara-saudara kita yang tinggal di pedalaman-pedalaman dan gunung-gunung di bumi cendrawasih, harus menunggu selama 25 tahun hingga akhirnya mimpi mereka menjadi kenyataan. Bapak-bapak, ibu-ibu, bahkan kakek nenek yang sudah tanggal semua giginya, tak mau mengenal kata terlambat untuk bersekolah.
Suku Sough sadar bahwa segalanya kini telah berubah. Dunia semakin maju, modern dan berkembang. Setidaknya, baca tulis hitung menjadi modal untuk bertahan hidup. Namun mereka tidak berhenti di situ saja, tapi tetap berusaha keras untuk mendapatkan pelajaran lainnya walau tertatih-tatih memahami mata pelajaran yang seharusnya sudah mereka dapatkan puluhan tahun sebelumnya.
Tidak hanya datang ke sekolah, para warga suku Sough ini juga memakai seragam rapi, putih abu abu dengan bangga! Jika di Jawa, pastilah ini sudah jadi bahan olok-olok bukan? Daniel Alexander, pendiri sekolah bagi suku Sough inipun bertanya.
Penuh rasa penasaran Daniel bertanya kepada sang murid, “Mengapa di usia setua ini masih mau pakai seragam SMA?” Jawab sang murid, “Karena saya sudah menunggu sekolah ini selama 25 tahun.” Daniel hampir menangis mendengarnya.
“Betapa lalai pemerintah republik ini, mengabaikan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan,” gumamnya dalam hati. Tapi sungguh, semangat mereka tidak kalah dari murid-murid usia belasan tahun.
Kini, sudah ratusan orang Sough telah menjalani pendidikan di sekolah-sekolah yang didirikan oleh tim PESAT Manokwari ini. Mulai dari TK hingga SMU, dari yang muda hingga tua. Para Guru semangat mengajar, melihat antusiasme murid-muridnya yang luar biasa besar.
Tidak ada kata terlambat untuk menambah ilmu. Mereka yang sudah tua, hidup terasing saja bersemangat agar semakin pintar. Kenapa yang sudah tinggal di kota masih bermalas-malasan? Tamparan keras ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Pendidikan itu penting, jangan sia-siakan kesempatan untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…