Layaknya seorang pilot, nakhoda juga merupakan pekerjaan antimainstream yang diimpikan banyak orang. Apalagi kalau bukan karena bisa keliling ke berbagai tempat tanpa harus keluar biaya. Ditambah lagi, gaji menjadi seorang nakhoda juga sangat menjanjikan, satu bulan bisa dapat ratusan juta Rupiah. Untuk mereka yang bekerja di kapal luar negeri, bayaran mereka lebih mahal.
Itu sisi sukanya, ya, Sahabat. Di balik itu semua, menjadi nakhoda bukan pekerjaan yang ringan. Ada banyak nyawa yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sebuah kapal. Jika kemudian kapal oleng, nakhoda tentu orang yang menjadi terdakwa pertama. Makanya, sebelum memutuskan untuk menjadi sang penjelajah lautan, simak deh sisi enggak enaknya menjadi nakhoda.
Saat memutuskan untuk menjadi seorang nakhoda, itu artinya kamu sudah siap dengan berbagai risiko yang akan dihadapi terutama jauh dari keluarga. Sedari sekolah, seorang yang akan turun ke kapal sudah punya sekolah khusus, seperti pelayaran misalnya. Setelah itu, mereka tidak langsung dipercayai menjadi kapten, akan tetapi melalui banyak jam terbang dulu. Layaknya copilot, nakhoda juga harus berguru pada kapten yang memiliki banyak jam terbang. Mereka dituntut untuk memahami hal kecil seperti memegang kemudi kapal, hingga menganalisa cuaca sampai kedalaman air laut.
Ketika melihat seorang nakhoda atau pilot, banyak orang yang berkata ‘wah, enaknya punya profesi seperti kalian, bisa jalan-jalan gratis’. Pada faktanya, memang nakhoda mampu melanglang buana hingga 5 benua karena tugas mereka. Tetapi, konsekuensi lain adalah jarang pulang dan bertemu dengan orang-orang yang dicintai. Meninggalkan keluarga bisa dalam waktu berbulan atau bertahun-tahun. Ketika orang lain berlibur, merayakan lebaran bersama keluarga, menikmati malam natal, nakhoda belum tentu bisa merasakan itu semua. Pasalnya tugas mereka menuntut untuk terus bekerja.
Sering sekali kita mendengar ada kabar tentang kapal yang meledak, karam atau tenggelam, atau mungkin hilang tanpa jejak. Inilah risiko menjadi nakhoda, harus siap kehilangan nyawa kapan pun juga. Ketika berlayar, sang nakhoda adalah orang yang bertanggung jawab atas setiap nyawa yang ada di dalam kapal. Bahkan Undang-undang (UU) sudah mengatur kehidupan mereka. Bahwa sang nakhoda sebagai kapten tidak boleh melarikan diri tanpa menyelamatkan nyawa para penumpangnya. Ia harus melakukan tindakan apapun yang bisa menyelamatkan orang dari bahaya.
Pada Pasal 345 tertulis: Nakhoda tidak boleh meninggalkan kapalnya selama pelayaran atau bila ada bahaya mengancam, kecuali bila ketidakhadirannya mutlak perlu atau dipaksa untuk itu oleh ikhtiar penyelamatan diri. (KUHD 341d; KUHP 468.)
Jadi, sudah merupakan hal yang pantas jika kemudian nakhoda mendapat upah mencapai ratusan juta. Hal tersebut sama besarnya dengan latihan, pengorbanan, serta risiko kematian yang akan mereka hadapi saat sedang berada dan berlayar di laut. Jadi, apakah masih ada sahabat yang berminat menjadi nakhoda?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…