Sudah menonton film dokumenter Sexy Killers yang dibuat oleh tim Ekspedisi Indonesia Biru yang ditayangkan di kanal YouTube Watchdoc beberapa hari lalu? Kalau dilihat dari jumlah penonton yang sudah menyambangi kanal tersebut, patut diakui jika karya Dandhy Laksono, Ucok Suparta dkk ini menyedot banyak perhatian masyarakat, terutama dari kalangan mahasiswa, aktivis lingkungan, bahkan kelompok karang taruna. Bahkan, berbagai acara nonton bareng sudah dilaksanakan dari Sabang sampai Merauke.
Seberes menonton film ini, pasti ada banyak sekali testimoni berupa perasaan kesal, marah sekaligus prihatin terhadap nasib masyarakat kecil yang ada di film. Ada pula pendapat yang ingin disampaikan sebagai bentuk protes, dan terakhir apresiasi kepada tim yang sudah bekerja keras di balik layar. Namun, selain perasaan nano-nano di atas, kita perlu memandang masalah ini sari sisi lain, apa sih yang sebenarnya ingin disampaikan oleh sineasnya? Yuk, diskusi bersama Boombastis.com.
Berdurasi 1 jam 28 menit, film ini dibuka dengan adegan sepasang kekasih yang sedang asik menikmati bulan madu. Nyatanya, romantisme yang disuguhkan itu butuh banyak energi, mulai dari lampu, kulkas, televisi, AC, laptop, telepon genggam, sampai pengering rambut, yang jika ditotal: cinta satu malam mereka saja butuh 1246 watt. Tidak usah dibayangkan apa yang terjadi selanjutnya, yang jelas harus diakui memang kita tidak mengetahui dari mana listrik yang kita pakai itu bersumber.
Nah, inilah yang dibahas tuntas oleh Sexy Killers dalam satu jam lebih berikutnya. Dari sekian banyak pembangkit listrik yang ada di Indonesia, PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) dengan bahan bakar utama batu bara lah yang paling banyak digunakan, lagi karena harganya yang murah meriah. Berlokasi syuting di Kalimantan, Karimun Jawa, Sulawesi, Bali, serta Cirebon, Sexy Killers mengekspose beberapa tempat yang dijadikan area tambang dan tempat berdirinya PLTU.
Dari sini masalahnya sangat jelas, batu bara dikeruk dengan teknik bom berdampak terhadap rusaknya lingkungan dan derita yang harus dibayar oleh masyarakat sekitar. Kisah ironis dan pedih dari korban yang kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian, kurang air bersih, bahkan yang paling miris adalah jatuhnya korban jiwa pun menjadi isu utama yang diangkat.
Siapapun yang sudah menonton dokumenter ini, pasti akan merasa kecewa terhadap para pemangku kekuasaan atau mungkin juga negara. Kita bisa melihat bagaimana janji-janji yang sering diberikan pemerintah pada akhirnya menguap (bak janji mantan, ehh) dan kemenangan tetap ada di tangan mereka yang punya banyak uang. Kehidupan damai yang diimpikan oleh rakyat hanya tinggal mimpi belaka, good bye. Dengan sangat berani, Sexy Killers menampilkan bagaimana empat putra terbaik bangsa –yang akan maju ke medan pemilu –ternyata punya koneksi (baik secara langsung atau tidak) dengan tambang batu bara yang memperburuk kehidupan masyarakat itu.
Di satu sisi film ini mendulang apresiasi, di sisi lain banyak warganet yang mempertanyakan: mengapa tayangnya harus dekat pemilu, apakah ini kampanye terselubung yang mengajak secara halus untuk golput? Seperti yang ditanyakan oleh @AsaIchsan, “Mas, bentar lagi mau pemilu loh. Mau tanya aja sih kok uploadnya mepet bgt sama hari pencoblosan yah? Supaya apa? Banyak org golput? Atau apa?,” tulisnya. Kalau menurut Boombastis sih, mau golput atau tidak golput, yang jelas film ini mengajak kita semua untuk tidak menjadi pemuja buta untuk kedua calon.
Ada juga yang sepakat jika di beberapa bagian scene, dokumenter ini terkesan sangat memojokkan citra pengusaha tambang, pemilik saham, serta orang-orang yang terkait sebagai sosok di balik semua kebusukan yang terjadi. Ya, kalau perspektifnya seperti itu terus Sahabat, jelas baik Sandiaga, Pak Jokowi, Pak Prabowo, atau Ma’ruf Amin dan siapapun yang terlibat akan selalu menjadi musuh masyarakat.
Secara umum, setelah menonton dokumenter ini, saya pun tidak akan ikut bersuara keras mendukung orang untuk golput dan menumpahkan segala kesalahan kepada para pemimpin yang ada di Sexy Killers. Pernyataan beberapa orang asli yang tinggal di daerah di mana latar film ini diambil pun mungkin bisa membuka mata hati kita untuk memandang masalah ini dari sudut pandang yang lain, bukan hanya prihatin lalu marah kepada pemilik saham dan tambang saja.
Di salah scene antara pengusaha pertambangan dengan wakil rakyat dari salah satu komisi di Senayan, juga wajib kamu jadikan alasan semakin mantap untuk memilih 17 April besok. Di tengah massivenya korupsi dan penyelewengan jabatan, ternyata masih ada satu dua orang yang benar-benar bekerja untuk negara, bukan? Alih-aling mengajak untuk golput dengan cara halus, dokumenter ini mungkin menyuruh kita berfikir dan memilih para dewan secara rasional.
Yang tergambar dalam Sexy Killers hanyalah berapa puluh persen dari target pemerintah untuk menghasilkan produksi batu bara di periode berikutnya. Indonesia adalah negara ketiga di dunia dengan potensi batu bara paling banyak setelah Amerika dan China, sehingga butuh perencanaan lebih matang untuk menyetop para penambang tersebut. Kecuali kalau memang ada terobosan pasti terkait sumber listrik yang lebih baik (dan tentunya murah, hehe) dari PLTU –yang semoga saja ke depan Indonesia bisa punya solusi itu –. Terlebih lagi, kita harus banget nih meninjau ulang perilaku konsumtif yang mubazir listrik diri masing-masing. Hitung saja ada berapa lampu, alat elektronik yang kamu punya, semakin banyak masyarakat membeli barang tersebut, semakin pemerintah harus putar otak bagaimana melayani kita semua, Sobatku tercinta. Lha wong ada pemadaman bentar aja udah ngamuk-ngamuk, betul?
Terakhir, hal yang ingin disampaikan melalui Sexy Killer ini adalah pesan untuk kedua orang calon pemimpin yang secara gamblang disebut dalam film ini. Siapapun yang terpilih, masyarakat menuntut kepada pemimpin untuk lebih tegas terkait persoalan penegakan hukum tambang, dari membasmi mereka yang memiliki tambang illegal, jarak aman warga dan tambang, hingga pengawasan terhadap limbah udara pabrik. Ya, syukur-syukur kalau presiden terpilih bisa beralih dari batu bara yang penuh masalah ini ke ke sumber energi bersih terbarukan yang membuat masyarakat sejahtera dan hidup makmur. Tapi lagi, menutup tambang juga bukanlah solusi yang baik karena itulah salah satu potensi yang menjadi power Indonesia.
Sebagai penutup dari ulasan panjang ini, mari kita renungkan lagi satu cuitan warganet bernama @jeffryrisandy, “Baru beres menonton #SexyKillers karya WatchDoc besutan Dandhy Laksono. Patah hati dan mendadak ingin marah-marah entah pada siapa. Penguasa? Pengusaha batu bara? Atau diri sendiri yang masih teramat boros dalam menggunakan listrik,” tulisnya.
BACA JUGA: Mengungkap Tabir Nestapa di Balik Enaknya Listrik yang Kalian Gunakan
Terakhir deh, Jangan lupa, ada banyak agenda gratis hanya dengan berbekal kelingking ungu bekas nyoblos besok loh. Hehe. Semoga yang akan memilih besok tambah mantap untuk ikut menentukan masa depan bangsa kita. Selamat mencoblos, wahay sobat semua!
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…