Lucu

4 Fakta Kejamnya Sepak Bola Rezim Saddam Hussein, Antara Menang Atau Nyawa Jadi Taruhan

Tentu bisa menang di ajang sepak bola dunia adalah impian semua negara. Pasalnya selain bisa membuktikan eksistensi diri juga piagam serta hadiah dunia pun menanti. Oleh sebab itu berbagai upaya pun dilakukan agar Timnas yang dimiliki berkembang, mulai dari pertandingan persahabatan dengan tim besar, hingga ‘studi tour’  ke negeri sepak bola sana.

Tetapi rupanya Irak sempat melakukan cara nyeleneh hanya untuk sepak bolanya berkembang. Ya, penyiksaan dan hukuman mengerikan sempat diterapkan saat rezim Saddam Husein hanya untuk ‘memotivasi’ para pemainnya. Lalu seperti apa sebenarnya kekejaman waktu itu? Simak ulasannya berikut ini.

Kekalahan dianggap mencoreng nama negara, banyak siksaan diberikan

Kita mungkin sempat mendengar betapa tegasnya peraturan di bawah rezim Saddam Husein, namun siapa sangka hal itu juga dilakukan dalam dunia sepak bolanya. Tepatnya saat mandat mengurus Timnas nasional Irak diserahkan pada anak Saddan Husein, Uday Husein, beberapa peraturan dibuat tidak manusiawi. Ya, kekalahan adalah yang paling tak mau didengar di telinga Uday.

Musium Penyiksaan Rezim Saddam Irak [sumber gambar]
Shara Haydar mantan pemain Timnas waktu itu mengaku pernah diseret dengan keadaan badan terikat tanpa baju di tengah terik, sehingga banyak goresan dan luka. Belum lagi mereka akan dimasukkan ke dalam sebuah kurungan khusus di sana mereka akan disiksa, mulai dicambuk sebagai contoh pemain bola lain agar tidak gagal.

Latihan edan tidak manusiawi, justru buat para pemain ‘pingin’ mati

Belum lepas dari ancaman hukuman saat kalah, para pemain Timnas tersebut ternyata dijejali porsi latihan yang sangat edan. Bayangkan saja, setiap pemain Timnas diwajibnya menendang sebuah bola beton sebagai hukuman atas sebuah kesalahan kecil sekaligus latihan. Belum lagi sebelumnya para pemain ini diwajibkan untuk melakukan push 12 jam, lari sprint dan melakukan gerakan olahraga lainnya.

Uday Hussein [sumber gambar]
Ya, para pemain tadi wajib mengenakan seragam ala militer plus sebuah sepatu bot super berat sebagai pemberatnya. Dan jangan tanya lagi masalah keterlambatan ketika datang latihan, hukuman lebih berat tentu siap menanti tak peduli alasan apapun yang dilontarkan.

Penalti biasanya momentum paling dinanti, bagi pemain Irak dulu jadi momok tersendiri

Adanya penalti tentu menjadi sebuah keberuntungan tersendiri dalam pertandingan, pasalnya tim tak perlu repot-repot memutar otak lagi menjebol gawang lawan. Namun siapa sangka hal ini malah jadi musibah sekaligus berkah bagi Timnas Irak. Bagaimana tidak, pasalnya salah satu mantan pemain waktu itu, Abbas  Rahim Zahir, terpaksa menelan pil pahit lantaran gagal melakukan eksekusi penalti.

Uday bersalaman dengan timnas [sumber gambar]
Alhasil seperti yang diduga, tanpa adanya alasan yang jelas pemain tersebut hilang selama tiga minggu. Usut punya usut Abbas Rahim Zahir dijebloskan ke dalam penjara lantaran kegagalannya. Oleh sebab itu hanya beberapa orang saja yang berani mengambil tendangan penalti, itu pun berat taruhannya.

Kartu merah adalah tanda ciuman malaikat maut mendekat

Saat timnas masih dinaungi oleh Uday Husein, tak akan pernah dia mau mendengar pemainnya mendapatkan kartu merah. Pasalnya hal ini berarti sebuah ‘pencorengan muka’. Oleh sebab itu pun hukuman berat siap akan menanti. Seperti yang dialami oleh pemain bernama Yasser Abdul Latih mantan Timnas Irak yang dipenjara lantaran dapat kartu merah.

Timnas jadul dan Uday [sumber gambar]
Tidak sampai di situ, belum lagi rambut dan alisnya dicukur dan bajunya dilucuti, di mana hukuman ini dianggap sangat memalukan di Irak. Apalagi saat dipenjara ternyata Yasser disiksa dengan cambukan listrik selama berjam-jam, alhasil makin menderitalah pemain yang satu ini.

Tentu teknik penyiksaan yang dilakukan pada para atlet di rezim Saddan Husein ini memang tidak dibenarkan. Memang benar kalau ketakutan bisa membuat seseorang bisa melampaui batasannya. Namun jika ada cara yang lebih etis dan manusiawi kenapa tidak. Akan lebih baik seorang atlet jadi hebat lantaran motivasi dari dalam diri ketimbang didorong rasa ketakutan dan depresi.

Share
Published by
Arief

Recent Posts

Kisah Inspirasi Santo Suruh, Usaha yang Berkembang Karena Mau Disuruh-Suruh

Sering ngambek karena disuruh belanja sama ibu? Mungkin saatnya untuk menengok kepada sosok yang justru…

1 week ago

Statemen Arra Bocah Viral Dianggap Menyinggung Pekerja Pabrik, Ortu Dikritik Netizen dan Psikolog

Fenomena viral Arra, bocah lima tahun yang dikenal karena kepandaiannya berbicara dengan gaya dewasa, kembali…

3 weeks ago

Profil Fedi Nuril, Sang Aktor yang Gencar Kritik Pemerintah dan Pejabat Publik

Nama Fedi Nuril akhir-akhir ini kembali dikenal publik. Bukan karena kembali membintangi film dengan tokoh…

3 weeks ago

Kontroversi RUU TNI yang Mendapat Penolakan Masyarakat

Kamis (20/3/2025) pukul 03.00 WIB, saat asyik scrolling media sosial X sambil sahur, mata tertambat…

4 weeks ago

Indonesia Airlines, Maskapai Indo tapi Memilih Berpusat di Singapura

Dunia aviasi Indonesia bakal semakin berwarna dengan kehadiran burung-burung besi baru. Indonesia Airlines, sebuah perusahaan…

4 weeks ago

Kasus Pencabulan oleh Kapolres Ngada, Akhirnya Pelaku Dimutasi

Lagi-lagi rakyat Indonesia dibikin geleng-geleng kepala oleh ulah aparat penegak hukum. Kali ini kasusnya sedang…

1 month ago