Pernah nggak sih kamu memperhatikan sistem penanggalan kita? Mengapa ada bulan yang berusia 30 hari, 31 hari, dan khusus Februari malah 28 hari? Mengapa juga setiap 4 tahun sekali kita harus menambahkan satu hari lagi di bulan Februari? Mengapa tidak dibuat sama rata 30 hari semua?
Nah, ternyata sistem penanggalan yang sekarang ini diikuti oleh banyak negara di dunia ini nggak muncul begitu saja, lho. Ada sejarah dan perimbangan panjang yang membuat para ahli memutuskan membuat penanggalan seperti yang kita kenal sekarang ini.
Apa Itu Tahun Kabisat?
Dalam satu tahun, ada 365 hari. Tapi setiap 4 tahun sekali, jumlah harinya menjadi 366 hari. Nah, penambahan tahun inilah yang kemudian dinamakan sebagai tahun kabisat dan memang hanya terjadi 4 tahun sekali. Sistem ini dipakai pada kalender Gregorian seperti yang banyak digunakan di dunia saat ini.
Kalender ini adalah modifikasi dari kalender Julius yang kurang akurat. Pasalnya perayaan musim semi semakin maju dan perayaan-perayaan yang sudah disepakati sebelumnya jadi berubah-ubah tanggalnya.
Alasan Dibuatnya Tahun Kabisat
Tahun kabisat dengan 29 hari di bulan Februari ada karena murni untuk alasan astronomi. Tambahan satu hari ekstra ini diperlukan karena proses rotasi dan revolusi tata surya yang susah dibagi. Lamanya hari ketika bumi mengelilingi matahari (1 tahun) sebenarnya menghabiskan waktu 365 hari 5 jam 48 menit 45.1814 detik. Kalau hitungannya dibiarkan, maka setiap 4 tahun akan selalu tersisa 1 hari ekstra.
Sebelum Julius Caesar menjadi kaisar, hitungan jumlah hari dalam satu tahun hanya sebanyak 355 hari dan dengan tambahan 1 bulan berisi 22 hari setiap 2 tahun. Solusi ini ternyata malah makin berbelit-belit dan hari festival atau perayaan jadi bergeser ke musim yang berbeda-beda. Jadi, Caesar kemudian memerintahkan ahli astronominya, Sosigenes untuk menyederhanakan semuanya. Kemudian lahirlah 365 hari per tahun dengan tambahan hari ekstra per 4 tahun sekali di bulan Februari untuk meletakkan tambahan jam ini.
Masalah yang Terjadi Saat Mencetuskan Tahun Kabisat
Ternyata perhitungan tahun kabisat tidak langsung selesai begitu saja. Masih ada masalah lain. Jadi, tahun yang bisa dibagi dengan angka 100 tapi tidak bisa dibagi dengan 400, tidak akan dihitung sebagai kabisat. Jadi, tahun 2000 adalah kabisat, begitu juga dengan tahun 1600. tapi, tahun 1700, 1800, dan 1900 tidak dihitung sebagai tahun kabisat. Nah, ternyata ada alasan penting di balik catatan ekstra ini.
Satu tahun panjangnya memang 365 dan seperempat hari. Namun, itu adalah angka pembulatan, karena sebenarnya malah sedikit kurang dari 365 dan seperempat hari. Agar bisa dihitung dengan pas, maka Paus Gregory XIII dan ahli astronominya punya solusi, yaitu dengan menghilangkan tahun kabisat setiap 400 tahun. Untuk saat ini, sistem ini memang masih digunakan, tapi mungkin 10 ribu tahun lagi sistem perhitungannya perlu dipertimbangkan lagi. Atau mungkin juga, pada masa itu manusia sudah menemukan sistem baru untuk perhitungan tahun.
Kenapa Februari Cuma 28 dan 29 Hari Tapi Bulan Lain Tidak?
Kalau kita melihat kalender, bulan-bulan yang lain memiliki 30 atau 31 hari, tapi Februari hanya memiliki 29 hari saat tahun kabisat. Ternyata, ada sejarah tersendiri mengapa bulan Februari memiliki jumlah hari yang lebih pendek.
Di bawah pimpinan Julius Caesar, bulan Februari sebenarnya punya 30 hari sedangkan Agustus 29 hari. Kemudian ketika Caesar Augustus menjadi kaisar, ia merasa kesal karena bulan yang mengandung namanya (Agustus), hanya memiliki 29 hari sementara bulan yang menggunakan nama Julius Caesar (July) ada 31 hari. Karena itulah ia mengambil beberapa hari dari bulan lain agar Agustus sama dengan Juli. Dan bulan yang dikurangi tanggalnya adalah Februari.
Nah, jadi tanggal tambahan setiap 4 tahun itu memang dibuat dengan tujuan tertentu. Setiap hal kecil yang terjadi dan terkadang tidak kita sadari atau tidak pernah pikirkan sebelumnya itu selalu ada penyebab atau alasannya. Hanya saja kadang kebanyakan orang terkadang tidak terlalu suka memikirkan hal-hal kecil yang sebenarnya selalu muncul di depan mata.