Bicara soal kekayaan budaya Indonesia itu emang nggak ada habisnya. Pasalnya, Indonesia memang kaya dengan tradisi, budaya, dan adat istiadat dari ujung Timur hingga ujung Barat. Karena berada dari berbagai budaya yang berbeda, maka kebiasaan sehari-hari termasuk bahasa yang digunakan juga beragam.
Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan agar antara suku atau budaya yang satu dengan yang lain tetap bisa saling memahami. Meski begitu, kadang ada juga beberapa istilah yang nggak ditemukan padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Beberapa istilah bahasa Jawa berikut ini misalnya.
1. Kunduran
Istilah kunduran itu sulit dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya asal katanya adalah mundur. Tapi, kunduran sendiri berarti nggak sengaja tertabrak saat kendaraan tersebut sedang berjalan mundur. Nah, nggak ada istilah tepat dalam bahasa Indonesia buat kata ini. Kemunduran juga bukan kata yang tepat buat menjelaskan istilah ini.
2. Nyunggi
Nyunggi adalah kegiatan membawa barang dengan meletakannya di atas kepala. Mirip seperti apa yang dilakukan para wanita Bali yang membawa barang di kepala. Dalam bahasa Indonesia sih ada istilah memikul, tapi itu untuk mengartikan membawa barang di atas bahu. Kalau bawanya di atas kepala sih, belum ada istilah yang menjelaskannya secara spesifik.
3. Thenguk-thenguk
Kamu pasti pernah kan duduk diam, nggak melakukan apa-apa. Kadang sambil melamun, atau kadang juga sekedar duduk sambil ngeliatin orang lewat dan diem aja. Nah, dalam bahasa Jawa itu disebut dengan thenguk-thenguk. Beberapa orang mungkin menjelaskan istilah ini sebagai nongkrong. Tapi, nongkrong itu biasanya identik dengan hang out rame-rame. Sedangkan thenguk-thenguk cenderung sendirian.
4. Plaur
Istilah plaur juga nggak ada padanan katanya di Indonesia dan lumayan panjang buat njelasinnya. Jadi, plaur itu menjelaskan kegiatan nggak penting atau sia-sia, tapi tetep saja dilakukan. Misalnya, ada orang yang repot banget nyari tahu gosip terbaru tentang seseorang atau tentang artis yang padahal juga jelas-jelas nggak kenal. Nah, itu dia lagi plaur.
5. Tlusupen
Istilah tlusupen juga lumayan susah dijelasin. Tlusupen itu adalah ketika kamu nggak sengaja tertusuk duri, pecahan kayu, atau apapun yang kecil banget. Berbeda dengan tertusuk atau ketusuk, karena tlusupen itu bendanya kecil banget sampai biasanya nggak terlalu kelihatan, tapi kalau diraba kerasa sakitnya karena ada yang nancep.
6. Mbribik
Selanjutnya ada mbribik yang menjelaskan kondisi seseorang ketika mau menangis. Jadi, mbribik itu adalah ketika seseorang sudah mau menangis, matanya berkaca-kaca dan merah, kemudian bibirnya sudah mengkerut menahan nangis yang sudah hampir pecah. Nah, kalau dalam bahasa Indonesia, biasanya cukup dijelaskan dengan berkaca-kaca. Tapi, mata berkaca-kaca kadang juga belum tentu karena mau nangis, kan?
7. Siwilen
Siwilen juga belum ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Siwilen itu buat menjelaskan kulit di bagian sudut kuku yang sedikit terkelupas dan kalau ditarik rasanya sakit setengah mati. Apa ya istilah bahasa Indonesia buat siwilen?
Itulah beberapa istilah dalam bahasa Jawa yang susah buat dijelasin ke dalam bahasa Indonesia. Nah, ini juga jadi salah satu bukti kalau Indonesia itu kaya banget. Meski begitu, bahasa adalah hal yang fleksibel sehingga kadang satu kata digunakan buat menjelaskan banyak istilah.