Keberadaan facebook kian terancam dengan bocornya data pengguna kepada pihak yang tidak bertanggung jawab. Akibat hal tersebutlah citra platform sosial media paling merakyat ini ikut tercoreng. Kabarnya sebanyak kurang lebih 50 juta data user dicuri dan disimpan dalam Cambridge Analitica, sebuah firma analisis data yang ada di Amerika Serikat. Data ini tentunya disalahgunakan, termasuk ketika pemilihan presiden Donald Trump pada pilpres 2016 lalu.
Kasus ini tentu membuat geram banyak pihak, termasuk pendiri Whatsapp. Melalui akun twitter pribadinya, Brian Acton mengajak netizen untuk beramai-ramai memakai hastag #deletefacebook. Kicauan ini menjadi viral, banjir komentar dan sudah di retweet 10.000 pengguna. Namun, Saboom penasaran enggak apa yang akan terjadi kalau misalnya facebook memang tidak lagi eksis di jagad maya? Terutama di Indonesia, yang menduduki posisi ke 4 sebagai pengguna terbanyak. Langsung kita bahas saja dalam uraian berikut.
Jika kamu adalah pengguna setia facebook, maka pasti sering sekali kamu temukan berbagai macam pemberitaan di berandamu. Berita ini tentunya dimiliki oleh portal online yang keberadaannya hampir menggeser pamor media cetak. Facebook dalam hal ini adalah platform yang berfungsi sebagai media pembantu, tempat menyebarluaskan berita tersebut. Keuntungannya tentu dari semua pihak, facebook akan semakin bertambah penggunanya, media online akan semakin dikenal banyak orang, dan pengguna smartphone juga bisa melek berita hanya dengan scrolling hape saja.
Kalau facebook lenyap apa yang akan terjadi? Yang paling merasa rugi tak hanya perusahaan milik Mark Zuckerberg saja, tapi juga portal media online yang mempromosikan konten mereka melalui facebook. Hilangnya facebook mungkin sama saja seperti kehilangan massa (pembaca) atau penonton.
Facebook adalah satu-satunya sosial media yang paling marakyat, bisa diakses oleh siapapun terlepas dari seberapa terisolasinya daerah mereka. Di beberapa tempat terpencil, mereka yang mau terlihat lebih gaul pasti mempunyai akun yang satu ini, mulai dari anak SD, SMP, SMA hingga orang tua. Facebook jelas lebih populer namanya melebihi Instagram atau Whatsapp. Alasannya tentu karena fitur beragam (posting foto, status, baca berita) hanya dalam satu aplikasi saja.
Ke manalah lagi mereka harus bercurhat ria seandainya facebook tinggal nama? Melihat reaksi dari pengguna Tumblr saat diblokir oleh Kominfo saja sudah naik pitam, apalagi kalau facebook gulung tikar ya. Ada berapa massa yang akan protes?
Selama beberapa tahun terakhir ini, jualan melalui media online menjadi laris manis dan meraup banyak keuntungan. Karena hal itu pula, beberapa orang memilih bekerja sampingan menjajakan dagangan, dan facebook adalah salah satu lapak mereka. Alasannya lagi-lagi karena merakyat dan penggunanya dari berbagai kalangan.
Menghapus facebook sama saja artinya seperti menggusur para penggiat dagangan dari rumah tinggal mereka.Ya, jika mungkin yang berdagang sudah mempunyai brand dan dikenal banyak orang, pindah lapak tentu tidak menjadi masalah. Tapi untuk yang hanya mengandalkan facebook, bagaimana?
Salah satu keunggulan yang dimiliki media Mark Zuckerberg ini adalah kapasitas untuk menampung banyak orang dalam satu grup dan komunitas. Sederhana saja, ada ribuan komunitas yang dibentuk karena mereka memiliki kehobian, serta visi yang sama, dan bisa terus menambah anggota tanpa terhalang daya tampung.
Mungkin, memang sih bisa pindah ke grup chatting seperti Whatsapp, atau mungkin Instagram, tapi jelas sensasinya akan berbeda bukan? Oleh karenanya, sama seperti problem yang dialami oleh penjual online, jika facebook benar-benar akan dihapus komunitas ini juga akan kehilangan rumah.
Silahkan renungkan sejenak! Walaupun tidak seurgent 4 alasan di atas, poin terakhir ini ada benarnya juga kan? Dulu –bahkan hingga sekarang- facebook telah banyak sekali berjasa mempertemukan jodoh serta teman yang sudah berpuluh tahun terpisah oleh jarak. Kamu mungkin juga pernah mengalaminya.
Punya teman SD yang tidak pernah berkomunikasi dan tak ada jejak, eh tiba-tiba bertemu kembali setelah tidak sengaja mengetik namanya di kolom pencarian facebook. Atau mungkin sepasang suami istri yang berjodoh hanya dengan melihat foto-fotonya di linimasa facebook. hal ini tentu tidak akan terjadi lagi jika facebook hanya tinggal nama.
Pastinya #deletefacebook ini tidaklah semudah yang ditulis oleh Brian Acton. Jika pengguna Tumblr yang lebih sedikit saja bisa protes dan emosi karena sempat diblokir Kominfo, bagaimana dengan pengguna facebook yang jumlahnya bejibun dan tak bisa dihitung jari? Namun, tidak juga ada yang bisa menjamin media ini panjang umur, melihat saudaranya seperti Yahoo!, Friendster, serta MySpace yang sudah pernah melejit saja bisa gulung tikar, iya kan?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…