Mendengar kata pondok mungkin sebagian orang bakal langsung gatal-gatal sambil memegang perutnya. Pasalnya pondok selalu identik dengan lingkungan tak bersih yang bikin gatal-gatal dan juga harus hidup prihatin dengan segala keterbatasan. Sebenarnya nggak gitu juga kok. Ada banyak pondok pesantren modern yang bahkan lebih nyaman dari rumah sendiri. Gontor, Tebuireng, Langitan, adalah beberapa contoh yang paling terkenal.
Tapi, nggak semua orang mampu mondok di tempat-tempat tersebut. Sehingga solusinya adalah memilih pesantren biasa-biasa yang tak terlalu mewah yang ada pinggiran kota atau kalau perlu sampai ke gunung-gunung. Nggak masalah, toh ilmu yang bakal didapatkan juga sama. Bahkan ketika mondok di daerah pinggiran, kita bakal mengalami segudang pengalaman seru yang susah ditemukan di pesantren tengah kota yang modern.
Lalu keseruan apa saja yang hanya didapatkan anak-anak pesantren pinggiran itu? Simak ulasan serunya berikut.
Hidup di pondok pesantren memang harus siap mematuhi segala peraturannya. Terutama aturan soal pergi ke luar lingkungan pesantren. Tapi, namanya anak muda yang masih labil, kadang masih nekat juga pergi keluar, walaupun sebenarnya alasannya sangat sepele. Entah nonton bola di kampung sebelah, atau sekedar ngopi. Nah, karena ini berbenturan dengan peraturan, maka anak pondok pun harus melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Meskipun labelnya anak pesantren, tapi soal cinta mereka juga sama. Anak pesantren biasanya jatuh hati kepada para santriwati, tapi berhubung ini adalah lingkungan pondok, sudah jelas ada larangan khalwat alias campur baur. Di pesantren santri juga nggak boleh memegang handphone. Lalu gimana caranya mengungkapkan isi hati? Yup, pakai surat tentu saja.
Hukuman cambuk yang diberlakukan di salah satu pesantren pinggiran Jombang beberapa tahun lalu, dikecam banyak pihak karena dinilai berlebihan. Jarang sekali pesantren memberlakukan hukuman yang menyiksa seperti ini. Paling alternatifnya hanya dua, disuruh membersihkan pondok atau digundul.
Hal yang cukup membingungkan soal pondok adalah kenapa tempat seperti ini banyak banget hantunya. Padahal di dalamnya dipakai untuk mengaji, sholat malam dan sebagainya. Sudah banyak cerita-cerita tentang hantu yang dialami oleh anak pesantren. Terlalu sering sampai akhirnya mereka nggak takut lagi.
Namanya juga pesantren pinggiran, ada fasilitas untuk tinggal dan belajar ilmu sudah alhamdulilah. Nggak perlu minta yang aneh-aneh. Karena neriman kalau kata orang Jawa, maka anak pesantren biasanya nggak sadar kalau mereka ketinggalan zaman.
Senioritas di pesantren sangat tinggi lho, kalau nggak percaya tanya saja kepada anak-anak pesantren. Fenomena ini pun juga terjadi di pesantren pinggiran. Namanya juga senior, kadang mereka berlaku nggak baik kepada adik-adiknya. Tapi, nggak sampai bullying atau menyiksa secara fisik sih. Biasanya hanya main suruh-suruh saja. Entah belikan ini itu, atau sekedar ambilkan makan malam sekaligus minumnya.
Beginilah kehidupan pesantren pinggiran yang unik dan jadi kenangan asyik bagi yang pernah melewatinya. Ya, meskipun labelnya pinggiran tapi soal khazanah keilmuan mereka nggak kalah. Kadang dai dan kyai besar umumnya ya lulusan dari pesantren yang ada di gunung-gunung.
Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…
Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…
Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…
Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…
Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…
Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…